Makalhah Reduplikasi dan Kalimat Majemuk


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Sesuai dengan perubahan waktu dan kemajuan peradaban manusia, ilmu bahasa juga senantiasa turut mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi masyarakat. Karena itu, dituntut untuk senantiasa, memberi perhatian yang serius terhadap pemakaian bahasa Indonesia. Mempelajari, mengkaji, membina, dan mengembangkan bahasa adalah wujud perhatian terhadap bahasa. Realisasi perhatian tersebut, disalurkan melalui pengajaran bahasa, mengkaji unsur-unsur bahasa, penertiban buku-buku bahasa, dan pembinaan melalui pendidikan formal dan media komunikasi massa.
Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatikal,baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. Misalnya kata ulang rumah-rumahan dari bentuk dasar rumah. Kata ulangperumahan-perumahan dari bentuk dasar perumahan, kata ulangjalan–jalan dibentuk dasar berjalan, kata ulang bolak-balik dari bentuk dasar balik.
Setiap kata ulang sudah tentu memiliki bentuk dasar. Kata-kata seperti sia-sia, alun-alun, mondar-mandir, compang-camping, huru-hara, dalam tinjauan deskriptif tidak dapat digolongkan kata ulang karena sebenarnya tidak ada satuan yang diulang. Dari deretan morfologik dapat ditentukan bahwa sesungguhnya tidak ada satuan yang lebih kecil dari kata-kata tersebut. Deretan morfologik antara lain: pertemuan, penemuan, bertemu, ketemu, ditemukan, menemukan, mempertemukan dan sebagainya. Tidak semua kata ulang dapat dengan mudah ditentukan bentuk dasarnya. Dari pengamatan, dapatlah dikemukakan dua petunjuk dalam menentukan bentuk dasar bagi kata ulang yaitu pertama pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata,maksudnya bahwa bentuk dasar bagi kata ulang itu harus sesuai dengan golongan kata tersebut. Kedua bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa.    

B.     Latar Belakang Masalah
1.      Pengertian Redulikasi ?
2.      Ciri-Ciri Reduplikasi?
            3. Bentuk Dasar Kata Ulang?
            4. Macam-Macam Reduplikasi?
            5. Pembagian Proses Pengulangan Atau Reduplikasi?
6. Apa Yang Dimaksud Dengan Kalimat Majemuk ?
            7. Jenis-Jenis Kalimat Majemuk?
            8. Ciri-Ciri Kalimat Majemuk?

C.    Tujuan
1.      Untuk Mengetahui Pengertian Reduplikasi.
2.      Untuk Mengetahui Ciri-Ciri Reduplikasi.
3.      Untuk Mengetahui Bentuk Dasar Kata Ulang.
4.      Untuk Mengetahui Macam-Macam Reduplikasi.
5.      Untuk Mengetahui Pembagian Proses Pengulangan Atau Reduplikasi.
6.      Untuk Mengetahui Maksud Dari Kalimat Majemuk.
7.      Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Kalimat Majemuk.
8.      Untuk Mengetahui Ciri-Ciri Kalimat Majemuk.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    REDUPLIKASI
1.      Pengertian Reduplikasi
Ada beberapa macam pengertian reduplikasi atau proses pengulangan menurut pakar kebahasaan yaitu :
a.       Menurut KBBI (2008:1153) Proses pengulangan atau reduplikasi adalah proses atau hasil perulangan kata atau unsur kata, seperti kata rumah-rumah, tetamu, bolak-balik.
b.        Menurut Hasan Alwi (2003) reduplikasi atau perulangan adalah proses pengulangan kata atau unsur kata. Reduplikasi juga merupakan proses penurunan kata dengan perulangan utuh maupun sebagian. Contohnya adalah "anjing-anjing", "lelaki", "sayur-mayur" dan sebagainya.
c.       Menurut M.Ramlan (2009:65) Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatikal,baik seluruhnya maupun sebagian nya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Contoh: rumah-rumah, berjalan-jalan, bolak-balik dan sebagainya.
d.       Menurut Soedjito (1995:109) Pengulangan adalah proses pembentukan kata dengan mengulang bentuk dasar, baik secara utuh maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Contoh: sakit-sakit, gerak-gerik, bermain-main dan sebagainya.
e.       Menurut Masnur Muslich (1990:48) Proses pengulangan merupakan peristiwa pembentukan kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afik maupun tidak. Contoh: gunung-gunung, menari-nari, gerak-gerik dan sebagainya.
f.       Menurut Harimurti Kridalaksana (2007) Proses pengulangan atau reduplikasi adalah proses pengulangan kata, baik secara utuh maupun sebagian, baik dengan menggunakan variasi fonem maupun tidak. Contoh: lari-lari, luntang-lantung, leluhur dan sebagainya.

2.      Ciri-Ciri Proses Pengulangan atau Reduplikasi
Ciri-ciri proses pengulangan atau reduplikasi antara lain adalah sebagai berikut:
a.       Menimbulkan makna gramatis,
b.      Terdiri lebih dari satu morfem,
c.         Selalu memiliki bentuk dasar,
d.      Pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata atau kelas kata. Apabila suatu kata ulang berkelas kata benda, bentuk dasarnyapun berkelas kata benda. Begitu juga apabila kata ulang itu berkelas kata kerja, bentuk dasarnya juga berkelas kata kerja.
e.       Bentuk dasar kata ulang selalu ada dalam pemakaian bahasa. Maksud dalam pemakaian bahasa adalah dapat dipakai dalam konteks kalimat.

3.      Menentukan bentuk dasar kata ulang
Setiap kata ulang memiliki satuan yang diulang. Satuan yang diulang itu  disebut dasar.    Sebagian kata ulng dengan mudah dapat ditentukan bentukk dasarnya.
Misalnya ;
Rumah- rumah                :
Perumahan-perumahan    :
Sakit-sakit                        :
Pemikiran-pemikirn         :
Kebaikan-kebaikan          :
bentuk dasarnya rumah
bentuk dasarnyaa perumahan
bentuk dasarnya sakit
bentuk dasarnya pemikiran
bentuk dasarnya kebaikan

Tetapi tidak semua kata ulang bisa di tentukan bentuk dasar nya. Dari pengamatan, dapatlah dikemukakan dua petunjuk dalam menentukan bentuk dasar bagi kata ulang
a.        Penggulangan pada umum nya tidak menggubah golongan kata
Misalnya:
Berkata-kata (kata kerja)                        : bentuk dasarnya berkata (kata                 
kerja)
Menari-nari (kata kerja)                          : bentuk dasarnya menari (kata
kerja)
Tersenyum-senyum (kata kerja)              : bentuk dasarnya tersenyum
                                                                  (kata kerja)
Minum-minuman (kata nominal)            : bentuk dasarnya minuman
                                                                (kata nominal
Cepat-cepat (kata sifat)                          : bentuk dasarnya cepat (kata
                                                              sifat)
Sepuluh-sepuluh (kata bilangan)             : bentuk dasarnya sepuluh
(kata bilangaan)
Pukul-memukul (kata kerja)                    : bentuk dasarnya memukul
(kata kerja)
Kemerah-merahan (kata nominal)           : bentuk dasarnya merah (kata
sifat)
b.       Bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa.
Misalnya:
Memperkata-katakan           : bentuk dasarnya memperkatakan
                                               bukan”memperkata”
 Mengata-ngatakan              : bentuk dasarnya mengatakan
                                                bukan”mengata”
Berdesak-desakan               : bentuk dasarnyaberdsakan
                                                bukan”berdesak

4.      Macam-macam reduplikasi atau pengulangan
Berdasarkan cara mengulang bentuk dasarnya, pengulangan dapat di golongkn menjadi empat golongan :
a.       Pengulangan seluruh
Yaitu penggulangan seluruh bentuk dasar,tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinsi dengan proses pembubuhan afiks
Misalnya:
Sepeda           : bersepeda
Buku              : buku-buku
Kebaikan       : kebaikan-kebaikan
b.      Pengulangan sebagian
Yaitu pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Disini bentuk dasarnya tidak diulang seluruhnya. Hamper semua bentuk dasar pengulangan golongan ini berupa entuk kompleks.
Misalnya :
1)      Bentuk Men-
Mengambil    : mengambil-ambil
Membaca       : membaca-baca
Menjalankan  : menjalan-jalankan
2)      Bentuk di-
Diusai                        : diusai-usai
Ditarik           : ditarik-tarik
Dikemasi        : dikemas-kemasi
3)      Bentuk ber-
Berjalan         : berjalan-jalan
Bertemu         : bertemu-temu
Bermain         : bermin-main
4)      Bentuk ter-
Terbatuk        : terbatuk-batuk
Terbentur       : terbentur-bentur
Terjatuh         : terjatuh-jatuh
5)      Bentuk ber-an
Berlarian        : berlari-larian
Berjauhan      : berjauh-jauhan
Berdekatan    : berdekat-dekatan
6)      Bentuk –an
Minuman       : minum-minuman
Makanan        : makan-makanan
Sayuran          : sayur-sayuran
7)      Bentuk ke-
Kedua             : kedua-dua
Ketiga            : ketiga-tiga
c.       Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks
Dalam golongan ini bentuk dasar diulang seluruhnya dann berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks maksudnya pengulangan itu terjadi bersama- sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama sama pula mendukung satu fungsi. Misalnya :
Lauk                : lauk-pauk
Ramah             : ramah-tamah
Sayur               : sayur-mayur



d.      Dwilingga salin suara
Kata ulang dwilingga salin suara adalah kata yang dibentuk dari pengulangan bentuk dasar yang disertai perubahan salah satu fonemnya (bisa berupa fonem vokal maupun fonem konsonan).
 Contoh:
1)       Perubahan vocal
Gerak  = gerak-gerik
Balik    = bolak-balik
2)      Perubahan konsonan
Sayur   = sayur-mayur
Cerai    = cerai-berai
e.      Dwipurwa
Kata ulang dwipurwa yaitu kata yang dibentuk dari pengulangan suku pertama dari bentuk dasar.
 Contoh:
Tamu-tetamu
Tangga-tetangga
Luhur-leluhur
Jaka-jejaka
f.        Kata ulang berimbuhan
Yaitu kata ulang yang dibentuk dari pengulangan kata yang disertai penambahan inbuhan(afiks).
Contoh:
Daun         = daun-dedaunan
Ganti         = ganti-bergantian
Merah        = kemerah-merahan



g.       Kata ulang semu
Kata ulang semu yaitu kata yang menurut bentuknya tergolong kata ulang, tetapi sebenarnya bukan kata ulang sebab tidak ada dasar yang diulang.
Contoh:
Kupu-kupu                                   
Kura-kura
Anai-anai
Rawa-rawa
Alun-alun

5.      Pembagian Proses Pengulangan atau Reduplikasi
Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatikal,baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. Misalnya kata ulang rumah-rumahan dari bentuk dasar rumah. Kata ulang perumahan-perumahan dari bentuk dasar perumahan, kata ulang jalan–jalan dibentuk dasar berjalan, kata ulang bolak-balik dari bentuk dasar balik. Menurut Abdul Chaer (2008:179) pembagian proses pengulangan atau reduplikasi adalah sebagai berikut :
a.       Reduplikasi Fonologis
Reduplikasi fonologis berlangsung terhadap dasar yang bukan akar atauterhadap bentuk yang statusnya lebih dari akar. Status bentuk yang diulang tidak jelas dan reduplikasi fonogis ini tidak menghasilkan makna gramatikal, melainkan makna leksikal. Yang termasuk reduplikasi fonologis adalah bentuk-bentuk seperti:
1)      Kuku, dada, pipi, cincin, dan sisi. Bentuk-bentuk tersebut bukan berasal dari ku, da, pi, cin dan si. Jadi, bentuk bentuk tersebut adalah sebuah kata yang bunyi kedua suku katanya sama.
2)      Foya-foya, tubi-tubi, sema-sema, anai-anai dan ani-ani. Bentuk-bentuk memang jelas sebagai bentuk ulang, yang diulang secara utuh. Namun, bentuk dasarnya tidak berstatus sebagai akar yang mandiri.
3)       Laba-laba, kupu-kupu, paru-paru, onde-onde dan rama-rama. Bentuk-bentuk ini juga jelas sebagai bentuk ulang dan dasar yang diulang pun jelas ada, tetapi hasil reduplikasinya tidak melahirkan makna gramatikal. Hasil reduplikasinya hanya menghasilkan makna leksikal.
4)       Mondar-mandir, luntang lantung, lunggang-langgang, kocar-kacir dan teka-teki. Bentuk-bentuk ini tidak diketahui mana yang menjadi bentuk dasar pengulangannya. Sedangkan maknanya pun hanyalah makna leksikal, bukan makna gramatikal. Dalam berbagai buku tata bahasa tradisional, bentuk-bentuk ini disebut kata ulang semu.
b.      Reduplikasi Sintaksi
Reduplikasi sintaksis adalah proses pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa akar, tetapi menghasilkan satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi daripada sebuah kata. Kridalaksana (1989) menyebutnya menghasilkan sebuah ‘ulangan kata’, bukan ‘kata ulang’.
Contoh:
-          Jauh-jauh sekali negeri yang akan kita datangi
-          Panas-panas memang rasanya hatiku.


c.       Redulikasi Semantis
Reduplikasi semantis adalah pengulangan “makna” yang sama dari dua buah kata yang bersinonim. Misalnya ilmu pengetahuan, alim ulama dan cerdik cendakia. Kita lihat kata ilmu dan kata pengetahuan memiliki makna yang sama; kata alim dan ulama juga memiliki makna yang sama. Demikian juga kata cerdik dan juga kata cendekia
d.      Redulikasi Morfologis
Reduplikasi morfologis dapat terjadi pada bentuk dasar yang berupa akar, berupa bentuk berafiks dan berupa bentuk komposisi. Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan berubah bunyi, dan pengulangan sebagian.

B.     KALIMAT MAJEMUK
1.      Pengertian Kalimat Majemuk
Pengertian kalimat majemuk  menurut para ahli 
a.       Keraf, 1984: 167
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih. Sebagai contoh: ayah menulis surat sambil adik berdiri disampingnya, pola kalimat yang pertama adalah ayah menulis surat dan pola kalimat yang ke dua adalah adik berdiri disampingnya.
b.      Chaer, 1994: 243
Kalimat majemuk yaitu sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat lebih dari satu klausa.
c.       Jamiludin, 1994: 62
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih
d.      Alwi dkk, 1998: 385 
Kalimat majemuk yaitu kalimat yang mengandung satu klausa atau lebih yang hubungan atar klausanya ditandai dengan kehadiran konjungtor (kata hubung) pada awal salah satu klausa tersebut dengan adanya pelesapan bagian dari klausa khususnya subjek.
Sehingga dapat kami simpulkan bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai 2 pola kalimat atau lebih yang memiliki kalimat penghubung yang dapat memperjelas kalimat tersebut.

2.      Jenis-jenis Kalimat Majemuk
a.       Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah Kalimat gabung yang hubungan antarpola-pola kalimat di dalamnya sederajat atau seharkat. Sederajat di sini berarti antara kalusa satu dengan yang lainnya tidak saling bergantungan. Kalimat majemuk setara dibagi menjadi 5 :
1)      Kalimat majemuk setara sejalan (penambahan/penjumlahan)
Contoh:
Ibu menyapu lantai, Andini mengelap perabotan, dan Rudi merapikan mainan ke dalam kardus. Kalimat tersebut terdiri dari tiga klausa yaitu (1) /ibu menyapu lantai/ yang berpola SPO; (2) /Andini mengelap perabotan/ yang berpola SPO; dan (3) / Rudi merapikan mainan ke dalam kardus/ dengan pola SPOK. Konjungsi yang dipakai adalah [dan]
2)      Kalimat majemuk setara memilih (pemilihan) 
Contoh:
Kita akan melanjutkan perjalanan, atau kita beristirahat.
3)      Kalimat majemuk setara perlawanan
Contoh  :     
 Amir tidak pergi ke stasiun tetapi ke terminal 
4)      Kalimat majemuk setara sebab akibat
Contoh :
Roy Martien ditahan, karena ia telah membawa sabu-sabu.
Kalimat tersebut adalah kalimat majemuk setara yang menyatakan sebab akibat.
5)      Kalimat majemuk setara menguatkan (penegasan)
b.      Kalimat Majemuk Rapatan
Kalimat rapatan berasal dari kalimat majemuk setara yang bagian-bagiannya dirapatkan, karena kata-kata atau frasa dalam kalimat tersebut menduduki jabatan yang sama.Proses perapatan bagian tersebut diperoleh kalimat gabung yang lebih efektif, jelas dan tegas.
contoh:
-          Sawah itu subur,
-          Sawah itu luas
Sawah itu subur dan luas.
c.       Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sehingga perluasan itu membentuk satu atau beberapa pola kalimat baru, selain pola yang sudah ada.
Bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk pola kalimat baru itu disebut anak kalimat atau klausa bawahan atau klausa sematan.
Bagian kalimat yang menduduki fungsi lebih tinggi atau tetap disebut induk kalimat atau klausa atasan atau klausa utama.
Macam dari kalimat majemuk bertingkatbergantung dari fungsi kalimat yang diperluas menjadi klausa. Apabila fungsi subjek diperluas menjadi klausa, dia akan berubah menjadi kalimat mejemuk bertingkat dengan klausa utama sebagai subjek. Demikian pula fungsi lainnya. Perhatikan contoh berikut ini Kalimat tunggal : lelaki itu bekerja di bengkel ayahku Kalimat majemuk bertingkat :lelaki berkaca mata hitam itu bekerja di bengkel ayahku. Subjek pada kalimat di atas diperluas sehingga membentuk pola baru, dari [lelaki itu] menjadi /lelaki berkaca mata hitam/ yang memiliki pola SPPel.
d.      Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk yang di dalamnya terdapat kombinasi kalimat majemuk setara atau rapatan dengan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat yang terdiri atas satu pola utama dan sekurang-kurangnya dua pola bawahan atau sekurang-kurangnya dua pola utama dan satu atau lebih pola bawahan.
Contoh:
Ketika kami sedang makan malam, Amir datang membawa sebungkus sate ayam dan sepring gorengan hangat. Klausa satu dan dua memiliki hubungan bertingkat dengan bentuk kalimat majemuk bertingkat perluasan keterangan waktu. Hal ini ditandai dengan penggunaan konjungsi [ketika] di awal kalimat. Klausa kedua dan ketiga ditandai dengan konjungsi [dan]. Penggunaan konjungsi tersebut tentunya menunjukkan hubungan setara.

3.      Ciri-Ciri Kalimat Majemuk
a.       Kalimat Majemuk Setara
1)       Antar klausa memiliki hubungan koordinatif, sehingga bisa berdiri sendiri meskipun dipisahkan.
2)      Klausa yang satu berkedudukan sama dengan klausa lainnya. 
3)      Konjungsi yang menghubungkan biasanya berupa, danlalukemudian,  bahkan,ketikasetelah,         dan sebelum.
Contoh :
Klausa 1  = Ayah sedang berkebun.
Klausa 2 = Ibu sedang memasak di dapur.
Ayah sedang berkebun dan Ibu sedang memasak di dapur.
Contoh – contoh kalimat majemuk setara :
a)      Kakek sedang tertidur lelap sedangkan nenek sedang membaca Koran.
b)      Budi sangat pandai dalam hal akademik, tetapi dia tidak pandai dalam hal olahraga.
c)      Ibu telah menyiapkan sarapan pagi sebelum ayah bangun dari tempat tidurnya.
d)     Paman datang dari Jakarta ketika aku sedang menonton televisi di ruang tamu.
e)      Burung – burung kembali ke sarangnya setelah matahari terbenam di barat.
b.      Ciri-Ciri Kalimat Majemuk Rapatan
1)   Bisa dipisahkan menjadi dua buah kaalimat tunggal atau lebih.
2)    Dipisahkaan dengan tanda koma, dan konjungsi dan, serta, dan juga. 
Contoh:
Ibu memasak ayam goreng.
Ibu memasak ikan goreng.
Ibu memasak nasi goreng untuk makan malam.
Ibu memasak ayam, ikan, dan nasi goreng untuk makan malam.
Contoh – contoh kalimat majemuk rapatan.
a)      Aku mengunjungi Museum Fatahillah dan Monumen Nasional di Jakarta.
b)      Ayah memberiku buku, tas, dan sepatu baru.
c)      Kakek minta dibelikan susu, roti, sabun mandi serta pasta gigi. 
d)     Budi mengajak Nia, Andi, Shinta serta Agung pergi ke pasar.
e)      Ani sangat pintar dalam hal memasak, membersihkan tempat tidur, dan merapikan baju.
c.       Ciri-Ciri Kata Majemuk Bertingkat
1)      Salah satu klausa / anak kalimat tidak tidak dapat berdiri sendiri. Dengan kata lain, akan tidak memiliki arti jika dipisah.
2)      Kata penghubungnya berupa jika, ketika, walaupun, bahwa, bagaikan, sebab, dan sehingga.
Contoh
Klausa 1 / Induk kalimat = Gempa yang sangat dahsyat terjadi di Nepal
Klausa 2 / Anak kalimat = Bangunan dan rumah rata dengan tanah.
Gempa yang dahsyat mengguncang Nepal sehingga bangunan dan rumah rata dengan tanah.
Contoh – contoh kalimat majemuk bertingkat
a)      Aku akan datang ke rumah Andi jika tidak hujan deras.
b)      Budi sedang sakit ketika teman – temannya mengajak dia bermain. 
c)      Semua toko di Pasar Baru tetap buka walaupun tanggal merah.
d)     Perilaku Budi menunjukan bahwa dia adalah anak yang baik hati.
e)      Hari ini sangat cerah bagaikan lampu yang bersinar.
f)       Ani tidak pernah terlambat ke sekolah sebab rumahnya dekat.
g)      Agung melempar kucing itu ke tanah sehingga menjadi kotor.
d.      Ciri-Ciri Kalimat Majemuk Campuran
1)      Memiliki lebih dari dua buah klausa.
2)      Dihubungkan dengan dua buah konjungsi seperti pada kalimat majemuk setara dan campuran. 
Contoh :
Klausa 1= Teman – temanku telah pulang
Klausa 2 = Aku baru sampai.
Klausa 3 = Aku datang tepat waktu
Ketika aku baru sampai, teman – temanku telah pulang padahal aku datang tepat waktu.
Contoh – contoh kalimat majemuk campuran.
a)      Saat kebakaran itu terjadi, rumah sedang kosong sehingga tidak ada korban yang terluka.
b)      Budi merupakan anak yang pintar, tetapi sayangnya tidak rajin sehingga kepintarannya tersebut menjadi sia – sia.
c)      Joko selalu sarapan pagi sebelum dia berangkat sekolah, meskipun hanya nasi putih saja.  


















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Proses pengulangan atau reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatikal,baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak.  Hasil pengulangan disini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. Misalnya kata ulang rumah-rumahan dari bentuk dasar rumah. Dari pengamatan, dapatlah dikemukakan dua petunjuk dalam menentukan bentuk dasar bagi kata ulang yaitu pertama pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata, maksudnya bahwa bentuk dasar bagi kata ulang itu harus sesuai dengan golongan kata tersebut. Kedua bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Bentuk dasar bagi kata ulang penting sekali artinya bagi penentuan golongan pengulangan.
ciri-ciri proses pengulangan atau reduplikasi adalah menimbulkan makna gramatis, terdiri lebih dari satu morfem, selalu memiliki bentuk dasar, pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata atau kelas kata, bentuk dasar kata ulang selalu ada dalam pemakaian bahasa. Macam-macam pengulangan antara lain: pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan dengan proses pembubuhan afiks, dwilingga salin suara, dwipurwa, kata ulang berimbuhan dan kata ulang semu. Selain itu penulis juga menemukan pembagian dari proses pengulangan atau reduplikasi antara lain: reduplikasi fonologis, reduplikasi sintaksis, reduplikasi semantis dan reduplikasi morfologis.
Kalimat majemuk adalah kalmat yang mempunyai 2 pola kalimat atau lebih dimana setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat majemuk dapat diketahui dengan melihat kata penghubung yang digunakan.

Jenis-jenis kalimat majemuk adalah    :
Kalimat Majemuk Setara
Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat Majemuk Ratapan
Kalimat Majemuk Campuran

B.     Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak terjadi kesalahan, dengan ini penulis memohon bagi para pembaca untuk memberi saran yang mendidik bagi penulis sendiri dan bagi kita semua mahasiswa, dengan selesai makalah ini penulis memberi pesan kepada pembaca untuk membaca pada referensi yang lebih lengkap yang ada di dalam buku-buku mengenai Morfologi yang berkenaan dengan reduplikasi dan komposisi yang lebih  legkap lagi, supaya  dapat menambah wawasan mahasiswa tidak hanya bergantungan mata materi yang tercantum dalam makalah ini.














DAFTAR PUSTAKA

Ramlan, M. 2009. Morfologi. Yogyakarta : CV Karyono
Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi ke III. Jakarta :
             Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Kelas Kata Dalam Bahasa Indonesia.Jakarta:
             PT.Gramedia Pustaka Utama.
Muslich, Masnur. 1990. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Bumi
            Aksara
Soedjito. 1995. Kosa Kata Bahasa Indonesia. Jakatra: PT Gramedia
            Pustaka Utama
Bahasa Pusat. DEPDIKNAS. 2008. KBBI. Jakarta: PT Gramedia
http://http://www.prbahasaindonesia.com/2015/05/pengertian-ciri-ciri-dan-contoh-
kalimat.html


No comments:

Post a Comment