BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Sesuai
dengan perubahan waktu dan kemajuan peradaban manusia, ilmu bahasa juga
senantiasa turut mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan situasi dan
kondisi masyarakat. Karena itu, dituntut untuk senantiasa, memberi perhatian
yang serius terhadap pemakaian bahasa Indonesia. Mempelajari, mengkaji,
membina, dan mengembangkan bahasa adalah wujud perhatian terhadap bahasa.
Realisasi perhatian tersebut, disalurkan melalui pengajaran bahasa, mengkaji
unsur-unsur bahasa, penertiban buku-buku bahasa, dan pembinaan melalui
pendidikan formal dan media komunikasi massa.
Proses
pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatikal,baik
seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil
pengulangan disini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan
bentuk dasar. Misalnya kata ulang rumah-rumahan dari bentuk
dasar rumah. Kata ulangperumahan-perumahan dari bentuk
dasar perumahan, kata ulangjalan–jalan dibentuk
dasar berjalan, kata ulang bolak-balik dari bentuk
dasar balik.
Setiap
kata ulang sudah tentu memiliki bentuk dasar. Kata-kata seperti sia-sia,
alun-alun, mondar-mandir, compang-camping, huru-hara, dalam tinjauan
deskriptif tidak dapat digolongkan kata ulang karena sebenarnya tidak ada
satuan yang diulang. Dari deretan morfologik dapat ditentukan bahwa
sesungguhnya tidak ada satuan yang lebih kecil dari kata-kata tersebut. Deretan
morfologik antara lain: pertemuan, penemuan, bertemu, ketemu, ditemukan,
menemukan, mempertemukan dan sebagainya. Tidak semua kata ulang dapat dengan
mudah ditentukan bentuk dasarnya. Dari pengamatan, dapatlah dikemukakan dua
petunjuk dalam menentukan bentuk dasar bagi kata ulang yaitu pertama pengulangan
pada umumnya tidak mengubah golongan kata,maksudnya bahwa bentuk dasar bagi
kata ulang itu harus sesuai dengan golongan kata tersebut. Kedua bentuk
dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan
bahasa.
B. Latar Belakang Masalah
1.
Pengertian Redulikasi ?
2.
Ciri-Ciri
Reduplikasi?
3. Bentuk
Dasar Kata Ulang?
4.
Macam-Macam Reduplikasi?
5.
Pembagian Proses Pengulangan Atau Reduplikasi?
6. Apa Yang Dimaksud Dengan Kalimat
Majemuk ?
7.
Jenis-Jenis Kalimat Majemuk?
8.
Ciri-Ciri Kalimat Majemuk?
C.
Tujuan
1.
Untuk
Mengetahui Pengertian Reduplikasi.
2. Untuk Mengetahui Ciri-Ciri
Reduplikasi.
3. Untuk Mengetahui Bentuk Dasar Kata
Ulang.
4. Untuk Mengetahui Macam-Macam Reduplikasi.
5. Untuk Mengetahui Pembagian Proses
Pengulangan Atau Reduplikasi.
6. Untuk Mengetahui Maksud Dari Kalimat Majemuk.
7. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Kalimat
Majemuk.
8. Untuk Mengetahui Ciri-Ciri Kalimat
Majemuk.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
REDUPLIKASI
1.
Pengertian Reduplikasi
Ada
beberapa macam pengertian reduplikasi atau proses pengulangan menurut pakar
kebahasaan yaitu :
a.
Menurut
KBBI (2008:1153) Proses pengulangan atau reduplikasi adalah proses atau hasil
perulangan kata atau unsur kata, seperti kata rumah-rumah, tetamu, bolak-balik.
b.
Menurut
Hasan Alwi (2003) reduplikasi atau perulangan adalah proses
pengulangan kata atau unsur kata. Reduplikasi juga merupakan proses penurunan
kata dengan perulangan utuh maupun sebagian. Contohnya adalah
"anjing-anjing", "lelaki", "sayur-mayur" dan
sebagainya.
c.
Menurut
M.Ramlan (2009:65) Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan
gramatikal,baik seluruhnya maupun sebagian nya, baik dengan variasi fonem
maupun tidak. Contoh: rumah-rumah, berjalan-jalan, bolak-balik dan sebagainya.
d.
Menurut
Soedjito (1995:109) Pengulangan adalah proses pembentukan kata dengan mengulang
bentuk dasar, baik secara utuh maupun sebagian, baik dengan variasi fonem
maupun tidak. Contoh: sakit-sakit, gerak-gerik, bermain-main dan sebagainya.
e.
Menurut
Masnur Muslich (1990:48) Proses pengulangan merupakan peristiwa pembentukan
kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik
bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afik maupun tidak.
Contoh: gunung-gunung, menari-nari, gerak-gerik dan sebagainya.
f.
Menurut
Harimurti Kridalaksana (2007) Proses pengulangan atau reduplikasi adalah proses
pengulangan kata, baik secara utuh maupun sebagian, baik dengan menggunakan
variasi fonem maupun tidak. Contoh: lari-lari, luntang-lantung, leluhur dan
sebagainya.
2.
Ciri-Ciri Proses Pengulangan atau Reduplikasi
Ciri-ciri proses pengulangan atau
reduplikasi antara lain adalah sebagai berikut:
a.
Menimbulkan
makna gramatis,
b.
Terdiri
lebih dari satu morfem,
c.
Selalu
memiliki bentuk dasar,
d.
Pengulangan
pada umumnya tidak mengubah golongan kata atau kelas kata. Apabila suatu kata
ulang berkelas kata benda, bentuk dasarnyapun berkelas kata benda. Begitu juga
apabila kata ulang itu berkelas kata kerja, bentuk dasarnya juga berkelas kata
kerja.
e.
Bentuk
dasar kata ulang selalu ada dalam pemakaian bahasa. Maksud dalam pemakaian
bahasa adalah dapat dipakai dalam konteks kalimat.
3.
Menentukan
bentuk dasar kata ulang
Setiap kata ulang memiliki satuan
yang diulang. Satuan yang diulang itu disebut
dasar. Sebagian kata ulng dengan mudah dapat ditentukan
bentukk dasarnya.
Misalnya ;
Rumah- rumah :
Perumahan-perumahan
:
Sakit-sakit :
Pemikiran-pemikirn :
Kebaikan-kebaikan :
|
bentuk dasarnya rumah
bentuk dasarnyaa perumahan
bentuk dasarnya sakit
bentuk dasarnya pemikiran
bentuk dasarnya kebaikan
|
Tetapi tidak semua kata ulang bisa di tentukan bentuk dasar
nya. Dari pengamatan, dapatlah dikemukakan dua petunjuk dalam menentukan bentuk
dasar bagi kata ulang
a.
Penggulangan
pada umum nya tidak menggubah golongan kata
Misalnya:
Berkata-kata (kata kerja) : bentuk dasarnya berkata (kata
kerja)
Menari-nari (kata kerja) : bentuk dasarnya menari (kata
kerja)
Tersenyum-senyum
(kata kerja) : bentuk dasarnya tersenyum
(kata kerja)
Minum-minuman
(kata nominal) : bentuk dasarnya minuman
(kata nominal
Cepat-cepat
(kata sifat) : bentuk dasarnya cepat (kata
sifat)
Sepuluh-sepuluh (kata bilangan) : bentuk dasarnya sepuluh
(kata bilangaan)
Pukul-memukul (kata kerja) : bentuk dasarnya memukul
(kata kerja)
Kemerah-merahan (kata nominal) : bentuk dasarnya merah (kata
sifat)
b.
Bentuk
dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa.
Misalnya:
Memperkata-katakan : bentuk
dasarnya memperkatakan
bukan”memperkata”
Mengata-ngatakan : bentuk
dasarnya mengatakan
bukan”mengata”
Berdesak-desakan : bentuk dasarnyaberdsakan
bukan”berdesak
4.
Macam-macam
reduplikasi atau pengulangan
Berdasarkan cara mengulang bentuk dasarnya, pengulangan
dapat di golongkn menjadi empat golongan :
a.
Pengulangan seluruh
Yaitu penggulangan seluruh bentuk
dasar,tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinsi dengan proses pembubuhan
afiks
Misalnya:
Sepeda :
bersepeda
Buku :
buku-buku
Kebaikan :
kebaikan-kebaikan
b.
Pengulangan
sebagian
Yaitu pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Disini bentuk
dasarnya tidak diulang seluruhnya. Hamper semua bentuk dasar pengulangan
golongan ini berupa entuk kompleks.
Misalnya :
1)
Bentuk
Men-
Mengambil :
mengambil-ambil
Membaca :
membaca-baca
Menjalankan :
menjalan-jalankan
2)
Bentuk
di-
Diusai :
diusai-usai
Ditarik :
ditarik-tarik
Dikemasi :
dikemas-kemasi
3)
Bentuk
ber-
Berjalan :
berjalan-jalan
Bertemu :
bertemu-temu
Bermain :
bermin-main
4)
Bentuk
ter-
Terbatuk :
terbatuk-batuk
Terbentur :
terbentur-bentur
Terjatuh :
terjatuh-jatuh
5)
Bentuk
ber-an
Berlarian :
berlari-larian
Berjauhan :
berjauh-jauhan
Berdekatan :
berdekat-dekatan
6)
Bentuk
–an
Minuman :
minum-minuman
Makanan :
makan-makanan
Sayuran :
sayur-sayuran
7)
Bentuk
ke-
Kedua
: kedua-dua
Ketiga :
ketiga-tiga
c.
Pengulangan yang
berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks
Dalam golongan ini bentuk dasar
diulang seluruhnya dann berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks maksudnya
pengulangan itu terjadi bersama- sama dengan proses pembubuhan afiks dan
bersama sama pula mendukung satu fungsi. Misalnya :
Lauk :
lauk-pauk
Ramah :
ramah-tamah
Sayur :
sayur-mayur
d.
Dwilingga salin suara
Kata ulang dwilingga salin suara
adalah kata yang dibentuk dari pengulangan bentuk dasar yang disertai perubahan
salah satu fonemnya (bisa berupa fonem vokal maupun fonem konsonan).
Contoh:
1)
Perubahan
vocal
Gerak = gerak-gerik
Balik =
bolak-balik
2)
Perubahan
konsonan
Sayur = sayur-mayur
Cerai =
cerai-berai
e.
Dwipurwa
Kata ulang dwipurwa yaitu kata yang
dibentuk dari pengulangan suku pertama dari bentuk dasar.
Contoh:
Tamu-tetamu
Tangga-tetangga
Luhur-leluhur
Jaka-jejaka
f.
Kata
ulang berimbuhan
Yaitu kata ulang yang dibentuk dari
pengulangan kata yang disertai penambahan inbuhan(afiks).
Contoh:
Daun =
daun-dedaunan
Ganti =
ganti-bergantian
Merah =
kemerah-merahan
g.
Kata
ulang semu
Kata ulang semu yaitu kata yang
menurut bentuknya tergolong kata ulang, tetapi sebenarnya bukan kata ulang
sebab tidak ada dasar yang diulang.
Contoh:
Kupu-kupu
Kura-kura
Anai-anai
Rawa-rawa
Alun-alun
5.
Pembagian Proses Pengulangan atau Reduplikasi
Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan
gramatikal,baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun
tidak. Hasil pengulangan disini disebut kata ulang, sedangkan satuan yang
diulang merupakan bentuk dasar. Misalnya kata ulang rumah-rumahan dari bentuk
dasar rumah. Kata ulang perumahan-perumahan dari bentuk dasar perumahan, kata
ulang jalan–jalan dibentuk dasar berjalan, kata ulang bolak-balik dari bentuk
dasar balik. Menurut Abdul Chaer (2008:179) pembagian proses pengulangan atau
reduplikasi adalah sebagai berikut :
a.
Reduplikasi Fonologis
Reduplikasi fonologis berlangsung terhadap dasar yang bukan
akar atauterhadap bentuk yang statusnya lebih dari akar.
Status bentuk yang diulang tidak jelas dan reduplikasi fonogis ini tidak
menghasilkan makna gramatikal, melainkan makna leksikal. Yang termasuk
reduplikasi fonologis adalah bentuk-bentuk seperti:
1)
Kuku,
dada, pipi, cincin, dan sisi. Bentuk-bentuk tersebut bukan berasal dari ku, da,
pi, cin dan si. Jadi, bentuk bentuk tersebut adalah sebuah kata yang bunyi
kedua suku katanya sama.
2)
Foya-foya,
tubi-tubi, sema-sema, anai-anai dan ani-ani. Bentuk-bentuk memang jelas sebagai
bentuk ulang, yang diulang secara utuh. Namun, bentuk dasarnya tidak berstatus
sebagai akar yang mandiri.
3)
Laba-laba,
kupu-kupu, paru-paru, onde-onde dan rama-rama. Bentuk-bentuk ini juga jelas
sebagai bentuk ulang dan dasar yang diulang pun jelas ada, tetapi hasil
reduplikasinya tidak melahirkan makna gramatikal. Hasil reduplikasinya hanya
menghasilkan makna leksikal.
4)
Mondar-mandir,
luntang lantung, lunggang-langgang, kocar-kacir dan teka-teki. Bentuk-bentuk
ini tidak diketahui mana yang menjadi bentuk dasar pengulangannya. Sedangkan
maknanya pun hanyalah makna leksikal, bukan makna gramatikal. Dalam berbagai
buku tata bahasa tradisional, bentuk-bentuk ini disebut kata ulang semu.
b.
Reduplikasi
Sintaksi
Reduplikasi sintaksis adalah proses
pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa akar, tetapi
menghasilkan satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi daripada sebuah kata.
Kridalaksana (1989) menyebutnya menghasilkan sebuah ‘ulangan kata’, bukan ‘kata
ulang’.
Contoh:
- Jauh-jauh
sekali negeri yang akan kita datangi
- Panas-panas
memang rasanya hatiku.
c.
Redulikasi
Semantis
Reduplikasi semantis adalah pengulangan “makna” yang sama
dari dua buah kata yang bersinonim. Misalnya ilmu pengetahuan, alim ulama dan
cerdik cendakia. Kita lihat kata ilmu dan kata pengetahuan memiliki makna yang
sama; kata alim dan ulama juga memiliki makna yang sama. Demikian juga kata
cerdik dan juga kata cendekia
d.
Redulikasi Morfologis
Reduplikasi morfologis dapat terjadi pada bentuk dasar yang
berupa akar, berupa bentuk berafiks dan berupa bentuk komposisi. Prosesnya
dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan berubah bunyi, dan pengulangan
sebagian.
B.
KALIMAT MAJEMUK
1.
Pengertian Kalimat
Majemuk
Pengertian kalimat majemuk menurut para ahli
a.
Keraf,
1984: 167
Kalimat majemuk adalah kalimat yang
mengandung dua pola kalimat atau lebih. Sebagai contoh: ayah menulis surat
sambil adik berdiri disampingnya, pola kalimat yang pertama adalah ayah menulis
surat dan pola kalimat yang ke dua adalah adik berdiri disampingnya.
b.
Chaer,
1994: 243
Kalimat majemuk yaitu sebuah kalimat
yang di dalamnya terdapat lebih dari satu klausa.
c.
Jamiludin,
1994: 62
Kalimat majemuk adalah kalimat yang
terdiri atas dua klausa atau lebih
d.
Alwi
dkk, 1998: 385
Kalimat majemuk yaitu kalimat yang
mengandung satu klausa atau lebih yang hubungan atar klausanya ditandai dengan
kehadiran konjungtor (kata hubung) pada awal salah satu klausa tersebut dengan
adanya pelesapan bagian dari klausa khususnya subjek.
Sehingga dapat kami simpulkan bahwa
kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai 2 pola kalimat atau lebih yang
memiliki kalimat penghubung yang dapat memperjelas kalimat tersebut.
2.
Jenis-jenis
Kalimat Majemuk
a. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah Kalimat gabung yang hubungan
antarpola-pola kalimat di dalamnya sederajat atau seharkat. Sederajat di sini
berarti antara kalusa satu dengan yang lainnya tidak saling bergantungan.
Kalimat majemuk setara dibagi menjadi 5 :
1)
Kalimat majemuk setara
sejalan (penambahan/penjumlahan)
Contoh:
Ibu menyapu lantai, Andini mengelap perabotan, dan Rudi merapikan mainan ke dalam kardus. Kalimat tersebut terdiri dari tiga klausa yaitu (1) /ibu menyapu lantai/ yang berpola SPO; (2) /Andini mengelap perabotan/ yang berpola SPO; dan (3) / Rudi merapikan mainan ke dalam kardus/ dengan pola SPOK. Konjungsi yang dipakai adalah [dan]
Ibu menyapu lantai, Andini mengelap perabotan, dan Rudi merapikan mainan ke dalam kardus. Kalimat tersebut terdiri dari tiga klausa yaitu (1) /ibu menyapu lantai/ yang berpola SPO; (2) /Andini mengelap perabotan/ yang berpola SPO; dan (3) / Rudi merapikan mainan ke dalam kardus/ dengan pola SPOK. Konjungsi yang dipakai adalah [dan]
2)
Kalimat majemuk setara
memilih (pemilihan)
Contoh:
Kita akan melanjutkan perjalanan, atau kita beristirahat.
Kita akan melanjutkan perjalanan, atau kita beristirahat.
3)
Kalimat
majemuk setara perlawanan
Contoh :
Amir tidak pergi ke stasiun tetapi ke terminal
4)
Kalimat
majemuk setara sebab akibat
Contoh :
Roy Martien ditahan, karena ia telah membawa sabu-sabu.
Kalimat tersebut adalah kalimat majemuk setara yang menyatakan sebab akibat.
Kalimat tersebut adalah kalimat majemuk setara yang menyatakan sebab akibat.
5)
Kalimat majemuk setara
menguatkan (penegasan)
b.
Kalimat Majemuk Rapatan
Kalimat rapatan berasal dari kalimat majemuk setara yang
bagian-bagiannya dirapatkan, karena kata-kata atau frasa dalam kalimat tersebut
menduduki jabatan yang sama.Proses perapatan bagian tersebut diperoleh kalimat
gabung yang lebih efektif, jelas dan tegas.
contoh:
-
Sawah itu subur,
-
Sawah itu luas
Sawah
itu subur dan luas.
c.
Kalimat Majemuk
Bertingkat
Kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sehingga
perluasan itu membentuk satu atau beberapa pola kalimat baru, selain pola yang
sudah ada.
Bagian
kalimat yang diperluas sehingga membentuk pola kalimat baru itu disebut anak
kalimat atau klausa bawahan atau klausa sematan.
Bagian
kalimat yang menduduki fungsi lebih tinggi atau tetap disebut induk kalimat
atau klausa atasan atau klausa utama.
Macam dari kalimat majemuk bertingkatbergantung dari fungsi
kalimat yang diperluas menjadi klausa. Apabila fungsi subjek diperluas menjadi
klausa, dia akan berubah menjadi kalimat mejemuk bertingkat dengan klausa utama
sebagai subjek. Demikian pula fungsi lainnya. Perhatikan contoh berikut ini
Kalimat tunggal : lelaki itu bekerja di bengkel
ayahku Kalimat majemuk bertingkat :lelaki
berkaca mata hitam itu bekerja di bengkel ayahku. Subjek pada kalimat di atas diperluas sehingga
membentuk pola baru, dari [lelaki itu] menjadi /lelaki berkaca mata hitam/ yang
memiliki pola SPPel.
d.
Kalimat Majemuk
Campuran
Kalimat majemuk yang di dalamnya terdapat kombinasi kalimat
majemuk setara atau rapatan dengan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat yang
terdiri atas satu pola utama dan sekurang-kurangnya dua pola bawahan atau
sekurang-kurangnya dua pola utama dan satu atau lebih pola bawahan.
Contoh:
Ketika kami sedang makan malam, Amir datang membawa sebungkus sate ayam dan sepring gorengan hangat. Klausa satu dan dua memiliki hubungan bertingkat dengan bentuk kalimat majemuk bertingkat perluasan keterangan waktu. Hal ini ditandai dengan penggunaan konjungsi [ketika] di awal kalimat. Klausa kedua dan ketiga ditandai dengan konjungsi [dan]. Penggunaan konjungsi tersebut tentunya menunjukkan hubungan setara.
Ketika kami sedang makan malam, Amir datang membawa sebungkus sate ayam dan sepring gorengan hangat. Klausa satu dan dua memiliki hubungan bertingkat dengan bentuk kalimat majemuk bertingkat perluasan keterangan waktu. Hal ini ditandai dengan penggunaan konjungsi [ketika] di awal kalimat. Klausa kedua dan ketiga ditandai dengan konjungsi [dan]. Penggunaan konjungsi tersebut tentunya menunjukkan hubungan setara.
3.
Ciri-Ciri Kalimat
Majemuk
a.
Kalimat Majemuk Setara
1)
Antar klausa memiliki hubungan koordinatif,
sehingga bisa berdiri sendiri meskipun dipisahkan.
2)
Klausa
yang satu berkedudukan sama dengan klausa lainnya.
3)
Konjungsi
yang menghubungkan biasanya berupa, dan, lalu, kemudian,
bahkan,ketika, setelah,
dan sebelum.
Contoh :
Klausa 1 = Ayah sedang
berkebun.
Klausa 2 = Ibu sedang memasak
di dapur.
Ayah sedang berkebun dan Ibu sedang
memasak di dapur.
Contoh – contoh kalimat majemuk
setara :
a) Kakek sedang tertidur lelap
sedangkan nenek sedang membaca Koran.
b) Budi sangat pandai dalam hal
akademik, tetapi dia tidak pandai dalam hal olahraga.
c) Ibu telah menyiapkan sarapan
pagi sebelum ayah bangun dari tempat tidurnya.
d) Paman datang dari Jakarta
ketika aku sedang menonton televisi di ruang tamu.
e) Burung – burung kembali ke
sarangnya setelah matahari terbenam di barat.
b. Ciri-Ciri Kalimat Majemuk
Rapatan
1)
Bisa
dipisahkan menjadi dua buah kaalimat tunggal atau lebih.
2)
Dipisahkaan dengan tanda koma, dan konjungsi
dan, serta, dan juga.
Contoh:
Ibu memasak ayam goreng.
Ibu memasak ikan goreng.
Ibu memasak nasi goreng untuk
makan malam.
Ibu memasak ayam, ikan, dan
nasi goreng untuk makan malam.
Contoh – contoh kalimat majemuk
rapatan.
a) Aku mengunjungi Museum
Fatahillah dan Monumen Nasional di Jakarta.
b) Ayah memberiku buku, tas, dan
sepatu baru.
c) Kakek minta dibelikan susu,
roti, sabun mandi serta pasta gigi.
d) Budi mengajak Nia, Andi, Shinta
serta Agung pergi ke pasar.
e) Ani sangat pintar dalam hal
memasak, membersihkan tempat tidur, dan merapikan baju.
c. Ciri-Ciri Kata Majemuk Bertingkat
1) Salah satu klausa / anak
kalimat tidak tidak dapat berdiri sendiri. Dengan kata lain, akan tidak
memiliki arti jika dipisah.
2)
Kata penghubungnya berupa jika, ketika, walaupun, bahwa, bagaikan,
sebab, dan sehingga.
Contoh
Klausa 1 / Induk kalimat =
Gempa yang sangat dahsyat terjadi di Nepal
Klausa 2 / Anak kalimat =
Bangunan dan rumah rata dengan tanah.
Gempa yang dahsyat mengguncang
Nepal sehingga bangunan dan rumah rata dengan tanah.
Contoh – contoh kalimat majemuk
bertingkat
a) Aku akan datang ke rumah Andi
jika tidak hujan deras.
b) Budi sedang sakit ketika teman
– temannya mengajak dia bermain.
c) Semua toko di Pasar Baru tetap
buka walaupun tanggal merah.
d) Perilaku Budi menunjukan bahwa
dia adalah anak yang baik hati.
e) Hari ini sangat cerah bagaikan
lampu yang bersinar.
f) Ani tidak pernah terlambat ke
sekolah sebab rumahnya dekat.
g) Agung melempar kucing itu ke
tanah sehingga menjadi kotor.
d. Ciri-Ciri Kalimat Majemuk Campuran
1) Memiliki lebih dari dua buah
klausa.
2) Dihubungkan dengan dua buah
konjungsi seperti pada kalimat majemuk setara dan campuran.
Contoh :
Klausa 1= Teman – temanku telah
pulang
Klausa 2 = Aku baru sampai.
Klausa 3 = Aku datang tepat
waktu
Ketika aku baru sampai, teman –
temanku telah pulang padahal aku datang tepat waktu.
Contoh – contoh kalimat majemuk
campuran.
a) Saat kebakaran itu terjadi,
rumah sedang kosong sehingga tidak ada korban yang terluka.
b) Budi merupakan anak yang
pintar, tetapi sayangnya tidak rajin sehingga kepintarannya tersebut menjadi
sia – sia.
c) Joko selalu sarapan pagi
sebelum dia berangkat sekolah, meskipun hanya nasi putih saja.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Proses
pengulangan atau reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatikal,baik
seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disini disebut kata ulang,
sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. Misalnya kata ulang
rumah-rumahan dari bentuk dasar rumah. Dari pengamatan, dapatlah dikemukakan
dua petunjuk dalam menentukan bentuk dasar bagi kata ulang yaitu pertama pengulangan
pada umumnya tidak mengubah golongan kata, maksudnya bahwa bentuk dasar bagi kata ulang itu harus
sesuai dengan golongan kata tersebut. Kedua bentuk dasar
selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Bentuk dasar bagi
kata ulang penting sekali artinya bagi penentuan golongan pengulangan.
ciri-ciri
proses pengulangan atau reduplikasi adalah menimbulkan makna gramatis, terdiri
lebih dari satu morfem, selalu memiliki bentuk dasar, pengulangan pada umumnya
tidak mengubah golongan kata atau kelas kata, bentuk dasar kata ulang selalu
ada dalam pemakaian bahasa. Macam-macam pengulangan antara lain: pengulangan
seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan dengan proses pembubuhan afiks,
dwilingga salin suara, dwipurwa, kata ulang berimbuhan dan kata ulang semu.
Selain itu penulis juga menemukan pembagian dari proses pengulangan atau reduplikasi
antara lain: reduplikasi fonologis, reduplikasi sintaksis, reduplikasi semantis
dan reduplikasi morfologis.
Kalimat majemuk adalah kalmat yang
mempunyai 2 pola kalimat atau lebih dimana setiap kalimat majemuk mempunyai
kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat majemuk dapat diketahui
dengan melihat kata penghubung yang digunakan.
Jenis-jenis kalimat majemuk
adalah :
Kalimat Majemuk Setara
Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat Majemuk Ratapan
Kalimat Majemuk Campuran
B.
Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak terjadi
kesalahan, dengan ini penulis memohon bagi para pembaca untuk memberi saran
yang mendidik bagi penulis sendiri dan bagi kita semua mahasiswa, dengan
selesai makalah ini penulis memberi pesan kepada pembaca untuk membaca pada
referensi yang lebih lengkap yang ada di dalam buku-buku mengenai Morfologi
yang berkenaan dengan reduplikasi dan komposisi yang lebih legkap lagi, supaya dapat menambah wawasan mahasiswa tidak hanya
bergantungan mata materi yang tercantum dalam makalah ini.
Ramlan, M. 2009. Morfologi. Yogyakarta : CV
Karyono
Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Edisi ke III. Jakarta :
Balai
Pustaka.
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa
Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Kelas Kata Dalam
Bahasa Indonesia.Jakarta:
PT.Gramedia
Pustaka Utama.
Muslich, Masnur. 1990. Tata Bentuk Bahasa Indonesia.
Jakarta: PT Bumi
Aksara
Soedjito. 1995. Kosa Kata Bahasa Indonesia. Jakatra:
PT Gramedia
Pustaka
Utama
Bahasa Pusat. DEPDIKNAS. 2008. KBBI. Jakarta: PT
Gramedia
http://http://www.prbahasaindonesia.com/2015/05/pengertian-ciri-ciri-dan-contoh-
kalimat.html
No comments:
Post a Comment