BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Ejaan Adalah seperangkat aturan atau kaidah
pelambang bunyi bahasa, pemisahan, penggabungan, dan penulisanya dalam suatu
bahas. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda
dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalakan huruf,
suku kata, atau kata, sedangakan ejaan adalah suatu sistem
aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur
keseluruhan cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda
baca sebagai sarananya.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi
oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman hidup, terutama
dalam bahasa tulis. Keteraturan dalam bentuk akan berimplikasi pada ketepatan
dan kejelasan makna. Ibarat sedang menyetir kendaraan, ejaan adalah rambu lalu
lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi
rambu itu, terciptalah lalu lintas yang tertib, teratur, dan tidak semrawut.
Seperti itulah kira – kira bentuk hubungan antara pemakai dengan ejaan.
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD). EYD yang resmi mulai diberlakukan pada tanggal 16
Agustus 1972 ini memang upaya penyempurnaan ejaan yang sudah dipakai selam dua
puluh lima tahun sebelumnya yang dikenal dengan nama Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada tahun itu diresmikan pada
tahun 1947). Sebelum Ejaan Soewandi telah ada ejaan yang merupakan ejaan
pertama Bahasa Indonesia yaitu Ejaan Van Ophuysen (nama seorang guru besar
Belanda yang juga pemerhati bahasa) yang diberlakukan pada tahun 1901 oleh
pemerintah Belanda yang menjajah Indonesia pada masa itu. Ejaan Van Ophuysen
tidak berlaku lagi pada tahun 1947.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana penggunaan tanda baca dalam tulisan yang benar?
2.
Bagaimana penggunaan EYD dalam tulisan yang benar?
C. Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisannya adalah untuk mengetahui:
1.
Penggunaan
tanda baca dalam tulisan dengan benar.
2.
Penggunaan EYD dalam
tulisan dengan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penggunaan Tanda Baca dalam Tulisan
Tanda baca
adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara) atau kata dan frasa pada suatubahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur
dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati
sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antar bahasa, lokasi, waktu, dan
terus berkembang. Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya spesifik yang
karenanya tergantung pada pilihan penulis.
Berikut ini
jenis-jenis tanda baca dan cara penggunaanya:
1. Tanda
Baca Titik (.)
Contoh:
Saya suka makan nasi.
Apabila dilanjutkan dengan kalimat
baru, harus diberi jarak satu ketukan.
b. Tanda
titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Contoh: Irwan
S. Gatot
Apabila
nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.
Contoh: Anthony Tumiwa
Contoh: Anthony Tumiwa
c. Tanda titik dipakai pada akhir
singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
Dr. (doktor)
S.E. (sarjana ekonomi)
Kol. (kolonel)
Bpk. (bapak)
d. Tanda
titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat
umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu
tanda titik.
Contoh:
dll. (dan lain-lain)
dsb. (dan sebagainya)
tgl. (tanggal)
hlm. (halaman)
e. Tanda
titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Contoh:
Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10
menit 12 detik) 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
f. Tanda
titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh: Kota kecil itu
berpenduduk 51.156 orang.
g. Tanda
titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh:
Nama Ivan terdapat pada halaman
1210 dan dicetak tebal.
Nomor Giro 033983 telah saya
berikan kepada Mamat.
h. Tanda
titik tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah
dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di
dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh:
DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
SMA (Sekolah Menengah Atas)
PT (Perseroan Terbatas)
WHO (World Health Organization)
UUD (Undang-Undang Dasar)
SIM (Surat Izin Mengemudi)
Bappenas
(Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
i.
Tanda titik tidak dipakai dalam
singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang.
Contoh:
Cu (tembaga)
52 Cm
53 l (liter)
54 Rp350,00
j.
Tanda
titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan, atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Contoh:
Latar Belakang Pembentukan
Sistem Acara
Lihat Pula
2. Tanda baca koma (,)
a. Tanda
koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan.
Contoh:
Saya menjual baju, celana, dan
topi.
Contoh penggunaan yang salah:
Saya membeli udang, kepiting
dan ikan.
b. Tanda
koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi,
dan melainkan.
Contoh:
Saya bergabung dengan
Wikipedia, tetapi tidak aktif.
c. Tanda
koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatny
Contoh:
Kalau hari
hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan
janjinya.
d. Tanda koma tidak dipakai untuk
memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut
mengiringi induk kalimat.
Contoh:
Saya tidak
akan datang kalau hari hujan.
e. Tanda
koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat
yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi
pula, meskipun begitu, akan tetapi
Contoh:
Oleh
karena itu, kamu harus datang.
Jadi, saya
tidak jadi datang.
f. Tanda koma dipakai di belakang
kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
O, begitu.
Wah, bukan
main.
g. Tanda koma dipakai untuk
memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh:
Kata adik, "Saya sedih sekali".
h. Tanda koma dipakai di antara
(i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan
(iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh:
Medan, 18
Juni 1984
i.
Tanda koma dipakai untuk
menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh:
Lanin, Ivan, 1999. Cara
Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.
j.
Tanda koma dipakai di antara
bagian-bagian dalam catatan kaki.
Contoh:
Gatot,
Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.
k. Tanda koma dipakai di antara
nama orang dan gelar akademik yangmengikutinya untuk membedakannya dari
singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Contoh:
Rinto Jiang, S.E.
l.
Tanda koma dipakai di muka
angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Contoh:
33,5 m
Rp10,50
m.
Tanda koma dipakai untuk
mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Contoh:
pengurus
Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.
n.
Tanda koma dipakai untuk
menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
Dalam pembinaan dan
pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
Bandingkan dengan:
Kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
o.
Tanda
koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru.
Contoh
"Di mana Rex
tinggal?" tanya Stepheen.
3.
Tanda
Titik Koma (;)
a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian
kalimat yangnsejenis dan setara.
Contoh:
Malam makin larut; kami belum
selesai juga.
b. Tanda
titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat
yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh:
Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk
bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri
asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.
4. Tanda
Titik Dua (:)
a.
Tanda
titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian.
Contoh:
-Kita sekarang memerlukan
perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
-Fakultas
itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaaan
b. Tanda titik dua dipakai
dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh:
Borgx :"Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!"
Borgx :"Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!"
Rex :
"Siap, Boss!"
c. Tanda titik dua dipakai (i) di
antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab
suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
Contoh:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah
Yasin:9
(iii)
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah
terbit.
d. Tanda titik dua dipakai untuk
menandakan nisbah (angka banding).
Contoh:
Nisbah
siswa laki-laki terhadap perempuan ialah 2:1.
e. Tanda titik dua tidak dipakai kalau
rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh:
Kita
memerlukan kursi, meja, dan lemari.
5. Tanda Hubung (-)
a. Tanda hubung menyambung
unsur-unsur kata ulang
Contoh:
anak-anak,
berulang-ulang, kemerah-merahan
Tanda
ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan
notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
b. Tanda hubung
menyambung
huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Contoh:
- p-e-n-g-u-r-u-s
- 8-4-1973
c. Tanda
hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian
ungkapan. Bandingkan:
ber-evolusi dengan be-revolusi
dua puluh lima-ribuan (20×5000)
dengan dua-puluh-lima-ribuan (1×25000).
Istri-perwira yang ramah dengan
istri perwira-yang ramah
d. Tanda
hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan
kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan
angka, (c) angka dengan -an, (d) singkatan berhuruf kapital dengan
imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan rangkap.
Contoh:
se-Indonesia
hadiah ke-2tahun 50-an
ber-SMA
KTP-nya nomor 11111
sinar-X
Menteri-Sekretaris Negara
e. Tanda
hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan
unsur bahasa asing.
Contoh:
di-charter
pen-tackle-an
6. Tanda Pisah em (—)
a. Tanda pisah em (—)
membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di
luar bangun kalimat.
Contoh:
Wikipedia Indonesia—saya
harapkan—akan menjadi Wikipedia terbesar.
b.
Tanda pisah em (—)
menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi
lebih tegas.
Contoh:
Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semTanda pisah en (–) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti 'ke', atau 'sampai'.
Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semTanda pisah en (–) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti 'ke', atau 'sampai'.
Contoh:
1919–1921
Medan–Jakarta
10–13 Desember 1999
Tanda
pisah en (–) tidak dipakai bersama
perkataan dari dan antara, atau bersama tanda
kurang (−)
Contoh:
dari halaman 45 sampai
65, bukan dari halaman 45–65
antara tahun 1492 dan 1499, bukan antara
tahun 1492–1499
−4 sampai −6 °C, bukan −4–−6 °C
7.
Tanda
Elipsis (...)
a.
Tanda
elipsis dipakai dalam kalimat yang
terputus-putus, misalnya untuk menuliskan naskah drama.
Contoh:
Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak
b.
Tanda elips menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung.
Contoh:
Sebab-sebab kemerosotan
... akan diteliti lebih lanjut.
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah
kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan
teks dan satu untuk menandai akhir kalimat. Contoh:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....
8.
Tanda
Tanya (?)
a.
Tanda tanya dipakai pada akhir
tanya.
Contoh:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
Penggunaan kalimat tanya
tidak lazim dalam tulisan ilmiah.
b.
Tanda tanya dipakai di dalam
tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang
dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh:
Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
9.
Tanda
Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan
atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan
kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Contoh:
Alangkah mengerikannya peristiwa itu!
Bersihkan meja itu sekarang juga!
Sampai hati ia
membuang anaknya!
Merdeka!
Oleh karena itu, penggunaan tanda seru umumnya
tidak digunakan di dalam tulisan ilmiah atau ensiklopedia. Hindari
penggunaannya kecuali dalam kutipan atau transkripsi drama.
10. Tanda
Kurung ((...))
a.
Tanda kurung mengapit keterangan
atau penjelasan.
Contoh:
Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan
kantor yang kemudian dibahas dalam RUPS (Rapat
Umum Pemegang Saham) secara berkala.
b.
Tanda kurung mengapit keterangan
atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Contoh:
Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang
dikemukakan Gajah Mada) membentuk sistem satelit domestik di Indonesia.
Pertumbuhan penjualan tahun ini (lihat Tabel
9) menunjukkan adanya perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.
c.
Tanda
kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks
dapat dihilangkan.
Contoh:
Kata cocaine diserap
ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a)
Pembalap itu berasal dari (kota) Medan.
d.
Tanda
kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan
keterangan.
Contoh:
Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a)
produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c) promosi.
Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda
kurung yang berturut-turut. Ganti
tanda kurung dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya.
Contoh:
Tidak tepat:
Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) (dikenal juga
sebagai Matviy Hryhoriyiv) merupakan seorang pemimpin Ukraina.
Tepat:
Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919), dikenal juga
sebagai Matviy Hryhoriyiv,merupakan seorang pemimpin Ukraina.
Tepat:
Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) merupakan
seorang pemimpin Ukraina. Dia juga dikenal sebagai Matviy Hryhoriyiv.
11. Tanda
Kurung Siku ([...])
a.
Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis
orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang
terdapat di dalam naskah asli.
Contoh:
Sang Sapurba men[d]engar
bunyi gemerisik.
b.
Tanda kurung siku mengapit keterangan
dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Contoh:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya
dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.
12. Tanda
Petik ("...")
a.
Tanda
petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh:
"Saya belum
siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa
negara ialah Bahasa Indonesia."
b.
Tanda
petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat.
Contoh:
Bacalah "Bola Lampu" dalam
buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul
"Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.
Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada
halaman 5 buku itu.
c.
Tanda
petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Contoh:
Pekerjaan itu
dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
Ia bercelana panjang yang
di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".
d.
Tanda petik penutup mengikuti
tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. Contoh: Kata Tono, "Saya juga
minta satu."
e.
Tanda baca
penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata
atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian
kalimat.
Contoh:
Karena warna kulitnya,
Budi mendapat julukan "Si Hitam".
Bang Komar sering disebut "pahlawan";
ia sendiri tidak tahu sebabnya.
13.
Tanda Petik Tunggal ('...')
a.
Tanda petik tunggal mengapit
petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contoh:
Tanya Basri, "Kau
dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
"Waktu kubuka pintu depan, kudengar
teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika,"
ujar Pak Hamdan.
b.
Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau
penjelasan kata atau ungkapan asing.
Contoh:
feed-back 'balikan'
14. Tanda
Garis Miring (/)
a.
Tanda garis miring dipakai
di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang
terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh:
No. 7/PK/1973
Jalan Kramat III/10
tahun anggaran 1985/1986
b.
Tanda
garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau
sebagai tanda bagi dalam pecahan dan rumus matematika.
Contoh:
harganya Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00
tiap lembar)
kecepatannya 20 m/s
(kecepatannya 20 meter per detik)
7/8 atau 7⁄8
xn/n!
c.
Tanda
garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan
tanda aritmetika dasar dalam prosa. Gunakan tanda bagi ÷ .
Contoh: 10 ÷ 2 = 5.
Di dalam rumus matematika yang lebih rumit,
tanda garis miring atau garis pembagi dapat dipakai.
d.
Tanda garis miring sebaiknya
tidak dipakai sebagai pengganti kata atau.
15. Tanda Penyingkat (Apostrof)(')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan
bagian kata atau bagian angka tahun..
Contoh:
Ali 'kan kusurati. ('kan
= akan)\Malam
'lah tiba. ('lah = telah)\1 Januari '88 ('88 = 1988)
Sebaiknya bentuk ini tidak dipakai dalam teks
prosa biasa.
- Penggunaan EYD dalam Tulisan
Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa
Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan
sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Ejaan adalah seperangkat aturan
tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca
sebagai sarananya. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa. Ejaan
merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasademi keteraturan dan
keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis.
Ruang Lingkup EYD mencakup 4 aspek yaitu
1.
Pemakaian Huruf
Ejaan bahasa Indonesia Yang Disempurnakan
(EYD) dikenal paling banyak menggunakan huruf abjad. Sampai saat ini jumlah
huruf abjad yang digunakan sebanyak 26 buah.
a.
Huruf Abjad
b.
Huruf Vokal
c.
Huruf Konsonan
d.
Huruf Diftong
e.
Gabungan Huruf Konsonan
2.
Penulisan Huruf
a.
Penulisan Huruf Besar Kapital
Kaidah penulisan huruf besar dapat digunakan
dalam beberapa hal, yaitu:
1)
Digunakan sebagai huruf pertama
kata pada awal kalimat.
2)
Digunakan sebagai huruf pertama
petikan langsung.
3)
Digunakan sebagai huruf pertama
dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, kata ganti
Tuhan, dan nama kitab suci.
4)
Digunakan sebagai huruf pertama
nama gelar kehormatan , keturunan, keagamaan yang diikuti nama orang.
5)
Digunakan sebagai huruf pertama
unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, dan nama tempat.
6)
Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama
orang.
7)
Digunakan sebagai huruf pertama
nama bangsa, suku bangsa, dan nama bahasa.
8)
Digunakan sebagai huruf pertama
nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
9)
Digunakan sebagai huruf pertama nama geografi
unsur nama diri.
10) Digunakan
sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah,
ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi, kecuali terdapat kata penghubung.
11) Digunakan
sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau sapaan dan pengacuan.
12) Digunakan
sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
13) Digunakan
sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan.
14) Digunakan
sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada
nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
15) Digunakan
sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul, majalah, surat kabar, dan karangan
ilmiah lainnya, kecuali kata depan dan kata penghubung.
b.
Penulisan Huruf Miring
Huruf miring
digunakan untuk :
1)
Menuliskan nama buku, majalah, dan
surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Pada butir 1
pedoman penulisan huruf miring ditegaskan, huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
tulisan. Contoh, Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Sunda Mangle,
Surat Kabar Bandung Pos.
2)
Menegaskan dan mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, dan kelompok kata.
Butir 2
pedoman penulisan huruf miring menyatakan, huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok
kata
Contoh, boat
modeling, aeromodeling, motorsport.
3)
Penulisan kata ilmiah
Butir 3
pedoman penulisan huruf miring menegaskan, huruf miring dan cetakan dipakai
untuk menuliskan kata nama ilmiah dan ungkapan asing kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya. Contoh, royal-purple amethyst, crysacola,
turqoisa, rhizopoda, lactobacillus, dsb.
c.
Penulisan Kata Turunan
1)
Gabungan kata dapat awalan akhiran
Butir 3
pedoman kata turunan menegaskan, jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata
mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis
serangkai.
Contoh, bertepuk
tangan, garis bawahi, dilipatgandakan, sebar luaskan.
2)
Gabungan kata dalam kombinasi
Butir 4
pedoman penulisan kata turunan menyatakan, jika salah satu unsur gabungan kata
hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh, antarkota, antarsiswa,
antipornografi, antikekerasan, anti-Amerika, audiovisual, demoralisasi,
dwiwarna, dwibahasa, ekasila, ekstrakulikuler, interkoneksi, intrakampus,
multifungsi, pramuwisma, tunakarya, tunarungu, prasejarah,
pascapanen, tridaya, rekondisi.
d.
Penulisan
Gabungan Kata
1)
Penulisan gabungan kata istilah
khusus
Butir 2
pedoman penulisan gabungan kata mengingatkan, gabungan kata, termasuk istilah
khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan
tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Contoh; alat
pandang- dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung
tangan, ibu-bapak kami.
2)
Penulisan gabungan kata serangkai
Butir 3
pedoman penulisan gabungan kata menegaskan, gabungan kata berikut harus ditulis
serangkai.
Contoh, acapkali,
adakalanya, akhirulkalam, daripada, darmawisata, belasungkawa, dukacita,
kacamata, kasatmata, manakala, manasuka, matahari, olahraga, padahal,
peribahasa, radioaktif, saptamarga, saripati, sediakala, segitiga, sekalipun,
sukacita, sukarela, sukaria, titimangsa.
3.
Penulisan Kata
Ada bebrapa hal yang pelru
diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu :
a.
Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang belum mengalami
perubahan bentuk, yang ditulis sebagai suatu kesatuan.
b.
Kata Turunan (Kata berimbuhan)
Kaidah yang harus diikuti dalam penulisan kata turunan, yaitu :
1)
Imbuhan semuanya ditulis serangkai
dengan kata dasarnya.
2)
Awalan dan akhrian ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya jika bentuk
dasarnya berupa gabungan kata.
3)
Jika bentuk dasarnya berupa
gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, kata itu ditulis
serangkai
4)
Jika salah satu unsur gabungan
kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai
c.
Kata Ulang
Kata ulang
ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-) Jenis jenis kata ulang
yaitu :
1)
Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata
awal. Misalnya = Laki : Lelaki
2)
Dwilingga yaitu pengulangan utuh
atau secara keseluruhan. Misalnya = Laki : Laki-laki
3)
Dwilingga salin suara yaitu
pengulangan variasi fonem. Misalnya = Sayur : Sayur-mayur
4)
Pengulangan berimbuhan yaitu
pengulangan yang mendapat imbuhan. Misalnya = Main : Bermain-main
4.
Penulisan Unsur Serapan
Dalam hal penulisan unsur serapan
dalam bahasa Indonesia, sebagian ahli bahasa Indonesia menganggap belum stabil
dan konsisten. Dikatakan demikian karena pemakai bahasa Indonesia sering begitu
saja menyerap unsur asing tanpa memperhatikan aturan, situasi, dan kondisi yang
ada. Pemakai bahasa seenaknya menggunakan kata asing tanpa memproses sesuai
dengan aturan yang telah diterapkan. Penyerapan unsur asing dalam pemakaian
bahasa indonesia dibenarkan, sepanjang :
a.
konsep yang terdapat dalam unsur
asing itu tidak ada dalam bahasa Indonesia,
b.
unsur asing itu merupakan istilah
teknis sehingga tidak ada yang layak mewakili dalam bahasa Indonesia, akhirnya
dibenarkan, diterima, atau dipakai dalam bahasa Indonesia.
c.
Sebaliknya apabila dalam bahasa
Indonesia sudah ada unsur yang mewakili konsep tersebut, maka penyerapan unsur
asing itu tidak perlu diterima. Menerima unsur asing dalam perbendaharaan
bahasa Indonesia bukan berarti bahasa Indonesia ketinggalan atau miskin
kosakata. Penyerapan unsur serapan asing merupakan hal karena setiap bahasa
mendukung kebudayaan pemakainya. Sedangkan kebudayaan setiap penutur bahasa
berbeda-beda anatar satu dengan yang lain. Maka dalam hal ini dapat terjadi
saling mempengaruhi yang biasa disebut akulturasi. Sebagai contoh dalam
masyarakat penutur bahasa Indonesia tidak mengenal konsep “radio” dan
“televisi”, maka diseraplah dari bahasa asing (Inggris). Begitu pula
sebaliknya, di Inggris tidak mengenal adanya konsep “bambu” dan “sarung”, maka
mereka menyerap bahasa Indonesia itu dalam bahasa Inggris. Berdasarkan taraf
integritasnya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dikelompokkan dua bagian,
yaitu:
1)
Secara adopsi, yaitu apabila
unsur asing itu diserap sepenuhnya secara utuh, baik tulisan maupun ucapan,
tidak mengalami perubahan. Contoh yang tergolong secara adopsi, yaitu: editor,
civitas academica, de facto, bridge.
2)
Secara adaptasi, yaitu
apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dlaam bahasa Indonesia, baik
pengucapannya maupun penulisannya. Salah satu contoh yang tergolong secara
adaptasi, yaitu: ekspor, material, sistem, atlet, manajemen, koordinasi,
fungsi.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Bagaimanapun juga penggunaan tanda baca maupun
EYD yang baik & benar sangat penting untuk sebuah tulisan. Bayangkan jika
kita membaca sepuluh paragraf tanpa titik atau koma, akan sangat membingungkan
bukan? Apalagi ketika kita hanya bisa mendengar dan dibacakan. Tidak hanya
untuk mendukung keterbacaan penggunaan tanda baca yang benar sangat berpengaruh
terhadap kualitas tipografi tulisan tersebut. Beberapa contoh tanda baca yang
sering digunakan tetapi tidak umum seperti titik, koma, tanda seru & tanda
Tanya.Mungkin kita kurang mempedulikan penggunaan
tanda baca tersebut. Memang cukup merepotkan jika kita mengimplementasikan pada
tiap tulisan, tetapi itulah seni dalam tipografi. Tidak ada salahnya berusaha
tampil “sempurna” dalam artian kita menggunakan kaidah-kaidah penulisan secara
benar.
Beberapa kesalahan ejaan dan kalimat tampak
seperti hal yang lumrah terjadi di tempat-tempat umum. Data di atas hanya
sebagian kecil dari begitu banyaknya kesalahan yang terdapat tempat umum.
Kesalahan berbahasa terjadi secara sistematis kerena belum dikuasainya sistem
kaidah bahasa yang bersangkutan. Kesalahan ejaan umumnya mencakup kesalahan
tanda baca, kesalahan penggunaan kata baku, dan kesalahan prefiks.
Sedangkan kesalahan kalimat mencakup kesalahan struktur dan kesalahan prinsip
pemilihan kata.
Kesalahan-kesalahan akan terlihat jelas apabila kita menganalisis dan
mengembalikannya atau mengacu pada sistem kaidah yang berlaku. Berbahasa tidak
hanya terhenti pada aspek makna (pokoknya dimengerti). Namun, sebagai bahasa
ilmu, aspek gramatikal merupakan suatu hal yang tidak boleh dikesampingkan.
Jadi, setiap kalimat yang dibangun harus memenuhi syarat gramatikal.
- Saran
Berdasarkan makalah diatas,
perlu adanya peningkatan pemahaman penulisan yang sesuai dengan kaidah EYD.
Tujuannya agar terciptanya ragam kebahasaan yang efektif, mudah dipahami, dan
benar dilihat dari struktur serta ejaannya.
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, Kritik dan saran
dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan makalah di kemudian
hari.
DAFTAR PUSTAKA
Badudu, J.S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia
yang Benar. Jakarta: Gramedia.
Chaer, Abdul, 1984, Dewan Bahasa.
Jakarta: FPBS-IKIP.
Sugihastuti, dkk. 2006. Editor Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Finoza, Lamudin. 1993. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia Dengan Baik dan Benar.
Jakarta:
Pustaka Jaya.
No comments:
Post a Comment