Makalah Strategi Pembelajaran Menulis


BAB I
PENDAHULAN
A.    Latar Belakang Masalah
Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasaan membaca sebagai suatu yang menyenangkan. Perlu diketahui tugas guru yang terpenting adalah sebagai pelaksana operasional pembelajaran secara khusus mata pelajaran menuis dikelas rendah dapat dilaksanakan dengan baik, maka dari itu guru hendaknya mempelajari, memahami, dan mengkaji yang sudah menjadi tanggung jawab, dari situlah guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana mata pelajaran tersebut akan disajikan nantinya.
Dengan demikian guru dapat merancang pembelajaran, maupun melaksanakan pembelajaran, mampu menilai atau mengevaluasi hasil belajar, yang nantinya bertujuan pada kompetensi yang digariskan dapat tercapai sesuai dengan harapan.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, didapat rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apakah Pengertian Pembelajaran Menulis?
2.      Bagaimana Metode dan pembelajaran menulis permulaan?
3.      Seperti apakah Strategi Belajar Mengajar menulis?
4.      Strategi pembelajaran menulis dengan model pengembangan menulis informal?
5.      Strategi Pembelajaran menulis dengan model pengembangan menulis proses?      
6.      Strategi Pembelajaran menulis dengan model lintas keterampilan berbahasa?
7.      Bagaimana Strategi  Menulis cerpen berdasarkan pengalaman?

1.      Untuk mengetahui Pengertian Pembelajaran Menulis
2.      Untuk mengetahui Metode dan pembelajaran menulis permulaan
3.      Untuk mengetahui Strategi Belajar Mengajar menulis
4.      Untuk mengetahui Strategi pembelajaran menulis dengan model pengembangan menulis informal
5.      Untuk mengetahui Strategi Pembelajaran menulis dengan model pengembangan menulis proses      
6.      Untuk mengetahui Strategi Pembelajaran menulis dengan model lintas keterampilan berbahasa
7.      Untuk mengetahui Strategi  Menulis cerpen berdasarkan pengalaman












BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pembelajaran Menulis
Menulis merupakan hasil kreatif manusia berupa segala ungkapan, ide, perasaan, pengetahuan, dan pengalaman hidup yang dituangkan dalam bahasa tulis. Seperti kita ketahui bahasa terdiri dari bahasa lisan dan bahasa tulis. Kehadiran tulisan ditengah masyarakat sangat penting karena tulisan bersifat menghibur dan menambah wawasan manusia. Dari tulisan yang bersifat fiksi seperti novel,cerpen, drama, puisi sampai dengan tulisan yang bersifat nonfiksi seperti buku-buku populer yang nambah pengetahuan pembacanya.Tulisan sendiri merupakan hasil dari pengetahuan, pengalaman, kebiasaan membaca dan latian menulis terus menerus sehingga tulisan yang dihasilkannya dapat dihargai oleh orang lain dan berkualitas, serta menghasilkan tulisan yang tidak meniru karya orang lain.
Perlu kita sadari benar-benar bahwa tujuan akhir pengajaran bahasa dan sastra ialah agar para siswa terampil menyimak, terampil berbicara, terampil membaca, terampil menulis. Menulis merupakan proses berkesiambungan dengan keterampilan bahasa tersebut. Menulis merupakan tahapan ke empat yang paling sulit dilakukan karena terdapat hambatan-hambatan yang perlu dilalui oleh siswa terutama dalam hal menulis karya sastra berbentuk puisi sebab penguasaan kosakata yang kurang dapat menghambat pemiliha kata (diksi) dalam menulis puisi. Kata kata yang digunakan dalam puisi merupakan hasil pemilihan yang sangat cermat dan kata-kata tersebut merupakan hasil pertimbangan, baik makna, susunan bunyinya maupun hubungan kata itu dengan kata-kata lain dalam baris baitnya.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan BAB V Standar Kompetensi Lulusan Pasal 25 Ayat (3) dijelaskan bahwa kompetensi lulusan untuk mata pelajaran bahasa (termasuk Bahasa Indonesia) menekankan pada kemampuan membaca dan menulis yang sesuai dengan jenjang pendidikan.
Dari Peraturan Pemerintah di atas, maka dapat diketahui bahwa pembelajaran menulis sangat menentukan kompetensi lulusan, oleh karena itu penguasaan kosakata siswa perlu mendapatkan perhatian serius, seperti diungkapkan Tarigan ( 1993;2) bahwa semakin kaya kosakata yang kita miliki maka semakin besar pula kemungkinan kita terampil berbahasa.

B.       Metode dan pembelajaran menulis permulaan
1.             Metode Eja
Metode eja di dasarkan pada pendekatan harfiah, artinya belajar membaca dan menulis dimulai dari huruf-huruf yang dirangkaikan menjadi suku kata. Oleh karena itu pengajaran dimulai dari pengenalan huruf-huruf. Demikian halnya dengan pengajaran menulis di mulai dari huruf lepas, dengan langka-langkah sebagai berikut:
a)      Menulis huruf lepas.
b)      Merangkaikan huruf lepas menjadi suku kata.
c)      Merangkaikan suku kata menjadi kata.
d)     Menyusun kata menjadi kalimat (Djauzak, 1996:4).
2.             Metode Kata Lembaga
Metode kata lembaga di mulai mengajar dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a)      Mengenalkan kata.
b)      Merangkaikan kata antar suku kata.
c)      Menguraikan suku kata atas huruf-hurufnya.
d)     Menggabungkan huruf menjadi kata (Djauzak, 1996:5).
3.             Metode Global
Metode global memulai pengajaran membaca dan menulis permulaan dengan membaca kalimat secara utuh yang ada di bawah gambar. Menguraikan kalimat dengan kata-kata, menguraikan kata-kata menjadi suku kata (Djauzak, 1996:6).

4.             Metode SAS
Menuryut (Supriyadi, 1996: 334-335) pengertian metode SAS adalah suatu pendekatan cerita di sertai dengan gambar yang didalamnya terkandung unsur analitik sintetik. Menurut Supriyadi dkk. (l992) alasan mengapa metode SAS dipandang paling baik antara lain : (l) metode ini menganut prisip ilmu bahasa umum, bahwa bentuk bahasa terkecil adalah kalimat, (2) memperhitungkan perkembangan pengalaman bahasa anak, dan (3) metode ini menganut prinsip menemukan sendiri. 
Metode SAS menurut (Djuzak,1996:8) adalah suatu pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan atas pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar menulis dengan menampil cerita yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa. Teknik pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni keterampilan menulis kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat, sementara sebagian siswa mencari huruf, suku kata dan kata, guru dan sebagian siswa menempel kata-kata yang tersusun sehingga menjadi kalimat yang berarti (Subana). Proses operasional metode SAS mempunyai langkah-lagkah dengan urutan sebagai berikut:
a)      Struktur yaitu menampilkan keseluruhan.
b)      Analitik yatu melakukan proses penguraian.
c)      Sintetik yaitu melakukan penggalan pada struktur semula.

Kegiatan-kegiatan lain yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
1)             Penulisan kata-kata dan kalimat sederhana yang sudah dikenal atau yang baru dengan huruf balok.
2)             Menyalin kata-kata yang cocok dengan gambar yang ditunjukkan guru.
3)             Penulisan huruf yang ada pada kartu, yang telah disusun menjadi kata.
4)             Penulisan cerita di dalam gambar dengan bimbingan guru.
5)             Penulisan kata-kata yang sudah dikenal (dengan didiktekan guru).
6)             Penulisan kalimat sederhana yang dimulai dengan huruf kapital diakhiri tanda titik.
7)             Penulisan jawaban atas pertanyaan berkaitan dengan isi bacaan.
8)             Selanjutnya pembelajaran menulis sudah mengarah pada kegiatan mengarang yang diawali dengan pembelajaran mengarang permulaan (mengarang sederhana berdasarkan gambar seri, cerita sederhana, atau pengalaman siswa) sampai pada tingkat mengarang lanjut. Pembelajaran menulis lanjut diarahkan pada pengembangan kemampuan menulis beragam bentuk tulisan.
Menurut Rusyana (dalam Hasani, 2005;1) menulis atau mengarang adalah wujud pengutaraan pikiran, perasaan, penginderaan, khayalan, kehendak, keyakinan, dan pengalaman kita dengan mempergunakan bahasa. Menulis yaitu aktivitas seseorang dalam menuangkan ide-ide, pikiran, dan perasaan berdasarkan pengalaman yang dituangkan dengan menggunakan bahasa sehingga pesan tersebut dapat dipahami oleh pembaca.


Langkah-langkah   menulis secara garis besar terdiri atas tujuh langkah:
1.             Pemilihan dan Penetapan Topik
Memilih dan menentukan topik merupakan suatu langkah awal yang penting, karena tidak ada tulisan tanpa ada sesuatu yang hendak ditulis. Di dalam memilih dan menetapkan topik ini diperlukan pula adanya keterampilan dan kesungguhan. Topik tulisan adalah masalah atau gagasan yang hendak disampaikan di dalam tulisan. Masalah atau gagasan itu dapat diperoleh atau digali melalui empat sumber:
a.       Pengalaman
Setiap orang dalam kehidupannya selalu diliputi oleh berbagai pengalaman. Di antara pengalaman-pengalaman itu tentu ada yang menarik atau dianggap patut diketahui orang lai. Dengan begitu, apa yang pernah kita pilih adalah pengalaman yang unik dan dapat dijadikan bahan pemikiran dan tambahan pengetahuan bagi pembaca.
b.      Pengamatan
Banyak hal dalam kehidupan kita sehari-hari yang kita alami langsung atau hanya mengamati kejadian itu melalui mass media seperti surat kabar, majalah, dan televisi , namun melalui menyimak dan membaca kejadian itu kira memperoleh sejumlah besar pengetahuan yang akhirannya dapat di pilih untuk dijadikan topik tulisan.
c.       Imajinasi
Manusia mempunyai kemampuan berimajinasi, kemampuan membayangkan atau mengkhayalkan sesuatu. Imajinasi itu biasanya bertolak dari pengalaman hidup atau pengalaman rohaniah, dan di dukung oleh hasil simakan dan bacaan. Pengalaman merupakan dasar tolak dalam mengimajinasikan sesuatu. Hasil imajinasi itu tertentu saja dapat dijadikan bahan atau tulisan, terutama tulisan yang berbentuk fiksi.

d.      Pendapat dan keyakinan
Setiap orang tentu mempunyai pendapat tentang sesuatu, seperti pendapat tentang hasil karya seseorang. Disamping mempunyai pendapat, orang juga mempunyai keyakinan bahkan keyakinan tentang kebenaran pendapatnya sendiri. Keyakinan itu dapat di utarakan atau di jadikan topik tulisan.

2.             Pengumpulan Informasi
Langkah yang kedua yang harus ditempuh adalah mengumpulkan informasi dan data bagi kelengkapan serta pengayaan topik yang dipilih. Pengumpulan informasi dan data ini perlu dilakukan agar tulisan tersebut menjadi tulisan yang berbobot dan meyakinkan. Informasi dan data yang dikumpulkan itu adalah informasi dan data yang relevan dengan topik atau pokok bahasan dan sesuai pula dengan topik atau pokok bahasan dan sesuai pula dengan tujuan tulisan. Data dan informasi itu dapat berupa gambar, statistik, grafik, atau beberapa cuplikan pendapat orang lain. Dengan demikian, diharapkan tulisan tersebut lebih terencana dan hasilnya diharapkan lebih sempurna dan menarik.

3.             Penetapan Tujuan
Menetapkan tujuan tulisan adalah penting sebelum mulai menulis karena tujuan itu sangat berpengaruh dalam menetapkan bentuk, pangjang, sifat, dan cara penyajian tulisan. Tujuan ini pada dasarnya sudah mulai tertanam di dalam pikiran penulis di saat pemilihan dan penetapan topik dilakukan, namun tujuan itu harus lebih disadari pada saat tulisan itu mulai dirancang dengan sungguh-sungguh. Bila suatu tulisan tidak dilandasi oleh tujuan yang jelas dan tegas dapat menyebabkan tulisan itu tanpa arah yang jelas, dan besar kemungkinan menjadi tulisan yang tidak berhasil atau tidak dipahami pembaca.

4.             Perancangan Tulisan
Merancang tulisan dapat diartikan sebagai kegiatan menilai kembali informasi dan data, memilih subtopik yang perlu dimuat, melakukan pengelompokan topik-yopik kecil ke dalam suatu kelompok yang lebih besar, dan memilih suatu sistem notasi dan sistem penyajian yang dianggap paling baik. Hasil merancang tulisan ini, antara lain akan berwujud sebagai kerangka tulisan (outline) dan penetapan gaya penyajian tulisan.

5.             Penulisan
Setelah langkah-langkah sebelumnya dipenuhi atau dilalui, makna saatnya sekarang penulisan dilakukan. Kerangka tulisan yang telah disiapkan mulai dikembangkan atau ditulis satu persatu. Disaat penulisan itu dilakukan perlu selalu diingat tujuan tulisan dan diingat atau dibayangkan kelompok calon pembaca tulisan tersebut. Di dalam penulisan perlu dipilih organisasi dan sistem penyajian yang tepat. Artinya, tepat menurut jenis tulisan, tepat menurut topik, dan menurut tujuan atau sasaran tulisan.

6.             Penyuntingan atau revisi
Penyuntingan dilakukan agar tulisan menjadi lebih baik dan bersih dari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu. Di dalam penyuntingan dilakukan kegiatan mengecek ketepatan angka-angka atau nama, menghilangkan yang tidak perlu, menambah sesuatu yang perlu ditambah. Disamping itu dilakukan pula perbaikan kalimat dan ejaan. Kosakata yang kurang tepat diganti dengan lebih tepat.
7.             Penulisan Naskah Jadi
Setelah penyuntingan tentu saja harus ditulis kembali agar menjadi tulisan yang selesai, rapih, dan bersih. Dalam pengetikan terakhir ini diperhatikan kembali masalah ejaan dan tanda baca.

C.       Strategi Belajar Mengajar menulis
Dalam kegiatan pembelajaran menulis harus melalui tahapan sebagai berikut:
1.             Penciptaan diksi: siswa dilatih untuk memilih kata secara tepat dan menggunakannya sesuai dengan pembaca yang dituju.
2.             Pembuatan kalimat efektif: siswa dilatih menciptakan berbagai jenis kalimat sehingga tulisannya mudah dan nikmat untuk dibaca.
3.             Membangun paragraf: siswa dilatih untuk menyusun paragraf berdasarkan kalimat topik yang dikembangkan.
4.             Pembatasan dan penjabaran topik: topik karangan harus dibatasi agar lebih fokus.
5.             Pemilihan jenis dan penciptaan wacana: siswa dilatih secara intensif untuk menyusun wacana.

D.    Strategi pembelajaran menulis dengan model pengembangan menulis informal
Dasar-dasar pengembangan menulis informal adalah setiap kegiatan menulis harus melalui langkah-langkah (proses) menulis yang bertahap, tetapi sebuah tulisan dapat dihasilkan oleh penulisnya. Tompkins menyatakan “Ternyata menulis cepat tanpa melalui lima tahap proses menulis diperlukan oleh siswa, terutama diperlukan untuk menuliskan ide dan kata-kata kunci dalam kegiatan curah pendapat. Tulisan yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, tidak perlu disempurnakan, dirapikan sepeti untuk tulisan formal. Dalam tulusan itu, siswa sudah menyampaikan pesan secara utuh.
Tidak setiap siswa memiliki ketrampilan menulis informal. Untuk itu perlu dikembangkan model pembelajaran menulis informal yang sesuai dengan tuntutan siswa.   Berikut ini adalah model pembelajaran menulis informal. Dalam konteks ini, model pembelajan menulis informal itu disebut ”CITRA” (Cari Ide Tuliskan Tanpa Ragu). Di asumsikan bahwa setiap siswa memiliki “skemata” yang dapat dikomunikasikan kedalam bentuk tulisan sesaat setelah itu dimunculkan dari wilayah mental siswa. Guru berperan sebagai pemotivasi dan fasilitator siswa untuk memancing pemunculan ide yang akan dituliskan.  Caranya, guru menugaskan siwa untuk melakukan suatu kegiatan atau mengajukan pertanyaan pancingan. Variabel dari model Citra adalah sebagai berikut:
1)             Model Pembelajaran Citra 1
Model Pembelajaran Citra 1 ditunjukkan untuk meningkatkan ketrampilan siswa menuliskan ide atau kata-kata kunci dalam kegiatan curah pendapat. Langkah-langkah pembelajaran model ini adalah:
a.       Ajukan sebuah topik kepada siswa.
b.      Tugaskan siswa menuliskan ide atau kata kunci yang berhubungan dengan topik.
c.       Periksa hasil tulisan siswa, dalam hal ini ide atau kata kunci yang tidak berhubungan yang menjadi fokus pemeriksaan. Artinya guru memeriksa ide atau kata kunci yang tidak berhubungan dengan topik. Itulah yang dikomentari oleh guru.

2)             Model Pembelajaran Citra 2
Model pembelajaran citra 2 ditunjukan untuk meningkatkan ketrampilan siswa menuliskan ide atau kata-kata kunci dalam tabel “KWL” (What I know, What I want to find out, What I learned ).
Langkah-langkah pembelajaran model ini adalah:
a.       Ajukan sebuah topik kepada siswa.
b.      Tugaskan siswa memilah, memilih, dan meyusun ide yang berkaitan dengan topik.

3)             Model Pembelajaran Citra 3
Model pembelajaran Citra 3 ditujukan untuk meningkatkan keterampilan siswa menuliskan ide, kata-kata kunci  atau frase yang berkaitan dengan suatu topik ke dalam bentuk diagram (kluster). Ada lima diagram yang digunakan untuk menuliskan topic yang diajukan kepada siswa.
a.       Kluster Penceritaan
Topik diuraikan menjadi tiga pilihan awal, tengah dan akhir.
b.       Kluster 5W + 1H
Topik diuraikan dengan menjawab pertanyaan What (apa), Who (siapa), When (kapan), Where (dimana), Why (mengapa), dan How (bagaimana).
c.       Kluster Penginderaan
Topik dipilah menjadi lima pilahan berdasarkan pengalaman penginderaan, see (penglihatan), smell (penciuman), touch (perabaan), hear (pendengaran), dan taste (pengecapan). Hasil penginderan tersebut dituliskan dalam diagram.
d.      Kluster Pelaporan
Topik dipilah untuk melaporkan tentang hakikat sesuatu atau melaporkan suatu fenomena berdasarkan penjawaban pertanyaan, misalnya: (1) What does it look like? (2) Where does it live? (3) What does it eat? (4) What isspecial about it? Dan (5)How does it protect it self? Hasilnya dilaporkan/dituliskan ke dalam diagram.




e.       Kluster Pemetaan Semantik
Kluster pemetaan semantik digunakan untuk merumuskan topik karangan atau tulisan berdasarkan suatu topik utama. Topik yang dituliskan dalam diagram adalah:
1.      Topik Utama (TU) karangan/tulisan.
2.      Topik Paragraf (TP) pada karangan/tulisan.
3.      Topik Kalimat (PK) pada karangan/tulisan yang dibatasi berdasarkan pengalaman penginderaan dan penjawaban 5W + 1H.
Langkah-langkah model pembelajaran ini adalah:
1.      Ajukan topik kepada siswa.
2.      Tugaskan siswa memilah, memilih dan menyusun ide, kata-kata kunci atau frase yang berkaitan dengan topik, kemudian menuliskan ke dalam diagram.
3.      Periksa diagram (kluster) yang sudah dikerjakan oleh siswa. Komentari hal-hal yang tidak sesuai dengan topik.

4.             Model Pembelajaran Citra 4
Model pembelajaran Citra 4 ditujukan untuk meningkatkan keterampilan siswa menuliskan tanggapan (respons) singkat dalam bentuk tulisan terhadap suatu fenomena atau suatu hal. Berdasarkan suatu topik atau tema yang disampaikan oleh guru, siswa ditugaskan menanggapi secara singkat dalam bentuk tulisan. Tanggapan secara singkat adalah tulisan yang berbentuk kalimat tunggal (1 S P O K) atau berbentuk frase. Langkah-langkah pembelajaran model ini adalah:
a.    Guru menyampaikan sebuah topic kepada siswa, misalnya: Korupsi merupakan perbuatan yang merugikan Negara dan mempertinggi angka penderitaan masyarakat. Sudah banyak bukti aparat yang terlibat dalam korupsi negeri ini. Bagaimana tanggapan anda tentang hal itu?
b.   Siswa ditugaskan untuk menuliskan tanggapan terkait dengan topik itu. Tulisan siswa harus singkat dan tidak berbentuk kalimat.
c.    Periksa tulisan siswa dan komentari kesesuaiannya dengan topik yang diajukan.

5.             Model Pembelajaran Citra 5
Model pembelajaran Citra 5 ditujukan untuk meningkatkan keterampilan siswa menuliskan sebuah topik dalam paragraf. Dalam model ini, siswa ditugaskan menuliskan sebuah topik dalam satu paragraf. Dalam paragraf, siswa menuliskan minimal dengan 5 (lima) kalimat. Tulisan tersebut dapat berbentuk sebuah anekdot atau laporan pandangan mata.
Langkah-langkah pembelajaran model ini adalah:
a.         Ajukan suatu topik kepada siswa.
b.        Tugaskan siswa untuk membatasi topik yang dipilihnya dalam tulisan. Topik yang ditulis oleh siswa dibentuk dalam 1 (satu) paragraf, dengan minimal 5 (lima) kalimat penjelas.
c.         Komentari hasil tulisan siswa berdasarkan ketepatan topik dan cara penulisan dalam paragraf.

E.     Strategi Pembelajaran menulis dengan model pengembangan menulis proses      
1.    Model Langsung Menulis
Menulis itu lebih baik dipahami sebagai keterampilan, bukan sebagai ilmu. Sebagai ketrampilan, menulis membutuhkan latihan, latihan, dan latihan. Sebagai ilmu komposisi, Menulis mengajarkan ada sekian jenis paragraf dengan contoh-contonhnya, ada sekian macam deskripsi, sekian macam narasi, sekian macam eksposisi dan masing-masing disertai dengan contoh-contohnya, ada kalimat inti dan sebagainya, yang kesemuanya itu tidak membuat siswa dapat menulis. Terlalu banyak aturan akan membuat siswa gamang menulis. Seperti halnya latihan berenang, tidak dimulai dengan teori. Seorang yang ingin belajar berenang langsung disuruh menceburkan diri ke dalam air. Di situ ia dapat mulai dengan bermain-main air, menggerak-gerakkan kaki di dalam air, belajar berani mengambang di air dengan cara berpegangan pada pipa di pinggir kolam dan seterusnya. Dengan demikian, menulis pun dapat dimulai tanpa harus tahu tentang teori-teori menulis.
Seseorang yang ingin belajar menulis langsung saja terjun di kegiatan menulis yang sebenarnya. Ia dapat saja menulis hal-hal yang sederhana tanpa harus memeperdulikan apakah tulisannya memenuhi persyaratan komposisi atau tidak. Tulisan yang dibuatnya harus selesai semua. Ia boleh menulis bagian mana saja yang desenanginya dan melanjutkannya kapan saja dan dimana saja. Artinya, Penyelesaian karangan itu tidak terbatas pada jam sekolah.

2.    Model Kebebasan Awal dan Akhir
Tidak ada satu titik awal yang pasti dari mana pelajaran menulis harus dimulai. Dalam pembelajaran sebuah ilmu ada titik mulai yang paling logis. Tetapi tidak demikian dengan mengajarkan menulis, kita dapat memulainya dari bagian manapun yang kita sukai. Kita dapat memulainya dengan mengajak siswa menulis cerita, laporan, deskripsi, puisi, atau apa saja. Perlu diingat, kata kunci dalam pembelajaran menulis adalah mengajak siswa menulis. Dengan menggunakan kata kunci seperti itu siswa dapat kita bawa kedalam situasi yang menyenangkan yang dapat membuat siswa mulai menulis. Misalnya, Anda sebagai guru menuliskan kata air dipapan tulis. Kemudian anda bertanya kepada siswa, Apakah mereka punya pengalaman menarik dengan air. Pasti jawabannya beragam. Anda dapat mendaftar setiap ide tentang air itu dipapan tulis.Sesudah itu, anda bertanya lebih lanjut, apakah mereka dapat menceritakan pengalaman masing-masing kepada teman sebangkunya.
Guru dapat meminta kepada siswa yang mendengarkan cerita teman sebangkunya itu mencatat apa yang didengarnya. Setelah cerita selesai sipencatat dapat menunjukan hasil catatanya. Itulah hasil kolaborasi antar teman sebangku. Boleh saja cerita itu kemudian dikembangkan lagi secara imajinatif atau dibiarkan begitu saja. Yang pasti pada saat itu pada saat itu guru sudah berhasil mengajak para siswanya mengarang yang dimulai dari mana pun. Kesan yang tertanam dari diri siswanya mengarang yang dimulai dari manapun. Kesan yang tertanam dalam diri siswa dari kiat yang telah digunakan guru dalam pembelajaran mengarang seperti itu bahwa mengarang itu mudah.
Ketika seseorang menulis, apapun yang ditulisnya, ia menggerahkan seluruh pengetahuan dan kelaziman kebahasaan yang dimilikinya, termasuk kosakata, tata bahasa, dan sebagainya, disamping juga hal-hal yang berkaitan dengan materi tulisannya, bahkan kadang-kadang juga dengan suasana hatinya pada saat menulis serta banyak faktor lainya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ketika seseorang menulis, ia mencurahkan seluruh kepribadiannya kedalam tulisannya. Dengan demikian guru harus bertindak sangat hati-hati ketika memulai pembelajaran menulis agar kepribadian siswa tidak tersinggung dan agar siswa tidak benci terhadap guru dan pelajaran menulis. Untuk itu guru harus mempunyai banyak teknik yang dapat membuat kelas menjadi cair, tidak tegang. Kelas harus dipenuhi dengan seloroh dan canda yang muncul dari guru ataupun dari siswa. Seloroh dan canda sangat membantu bagi munculnya ide yang segar dalam setiap pelajaran menulis.



3.        Model Menulis Nonlinear
Pelajaran menulis itu merupakan proses nonlinear, artinya tidak harus ada urut-urutan tertentu dari a sampe ke z. Sebab kegiatan menulis merupakan proses yang berputar-putar dan berulang-ulang. Dalam proses seperti itu tidaklah menjadi soal jika metari yang sama diberikan dua atau tiga kali sebab dalam setiap pengulangan akan selalu ada perubahan, disamping dengan sendirinya akan berlangsung pula proses-proses internalisasi, konsolidasi, dan verifikasi yang akan menghasilkan kebiasaan dan keterampilan yang semakin lama semakin menuju ke tingkat yang lebih sempurna pada diri siswa.
Maka guru juga harus memiliki sistem penilaian yang berbeda dengan cara penilaian konvensional. Disini guru mengadakan kesepakatan terlebih dahulu dengan siswa. Menilai karangan dalam pembelajaran menulis dengan pendekatan proses harus ada kesesuaian antara kriteria penulisan guru dengan pikiran, kreasi, keinginan, dan gaya yang digunakan siswa. Menilai karangan merupakan hak guru, tapi siswa juga mempunyai hak untuk menghargai kreasinya. Oleh sebab itu siswa boleh ditanya apa sikapnya terhadap tulisan yang dihasilkannya.

F.     Strategi Pembelajaran menulis dengan model lintas keterampilan berbahasa
Membaca merupakan kunci keberhaslan dalam menulis, karena dengan membaca akan berkembang wawasan yang akan mendorong bakat menulis. Karena membaca dan menulis erat kaitannya, sehingga ada pendapat mengatakan bahwa seseorang yang tidak gemar membaca, tidak akan menjadi penulis. Ada beberapa teknik dalam mengembangkan menulis yaitu:
1.      Bermain-main dengan bahasa dan tulisan
Hal ini dapat melalui permainan menulis yang biasa disebut menulis berantai atau menulis berkelompok sebagai berikut:
a.       Siswa dibagi dalam kelompok dengan jumlah 10 sampai 15 orang perkelompok.
b.      Tentukan mana saja yang masuk kelompok satu, dua dan seterusnya.
c.       Siswa pertama dari suatu berita telah mempunyai kalimat yang samapada setiap kertas, misal,” Hari minggu kemarin saya pergi ke pantai”.
d.      Siswa pertama bertugas menambahkan sebuah kalimat, kemudian diserahkan pada siswa kedua yang akan menambahkan kalimat lagi, dan seterusnya sampai siswa terakhir dalam suatu kelompok.
e.       Sesudah itu kertas dikumpulkan dan guru membacakan isi setiap kertas.Ini akan menjadi proses pembelajaran menulis yang menarik, karena adanya kesalahan yang dibuat oleh siswa, biasanya tentang kesalahan koherensi, yaitu keterhubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat sebelum atau sesudahnya.

2.      Kuis
Minimal ada tiga kuis yang dapat digunakan dalam setahunnya, yaitu kuis tanda baca, kuis tata paragraf, dan kuis tanda kutip, tanda baca, dan tata paragraf sekaligus.

3.       Memberi atau mengganti akhir cerita
Mengganti akhir cerita merupakan latihan menulis yang sangat menyanangkan, efisien, dan efektif. Dengan kerja yang tidak terlalu banyak dapat dicapai apa yang menjadi tujuan pembelajaran yang diharapkan yaitu siswa gemar menulis. Yang menarik dari kegiatan ini adalah dengan akhir baru, cerita atau dongeng itu menjadi lebih menarik.

4.      Menulis meniru model copy the master
Penggunaan metode ini membutuhkan buku yang berisi banyak dan berbagai macam tulisan  yang dapat dijadikan master atau model pegangan. Sebuah model  yang dipilih guru dibaca bersama-sama dikelas. Kemudian baca pula analisis model itu (setiap model disertai sedikit analisis mengenai bagus tidaknya tulisan itu dan menelusuri jalan pikiran penulisnya ketika menciptakan tulisan itu, melihat sistematika penulisannya, dll). Kemudian guru mrngajak siswa memikirkan objek lain yang kira-kira dapat dituliskan dengan pola, gaya atau cara yang dipakai dalam model itu. Selanjutnya, siswa menuliskan idenya yang sejalan dengan model yang dibahas.

5.      Pembelajaran menulis diluar kelas
Hal ini dapat dilakukan dengan cara melatih siswa menulis buku harian. Yang berisi tentang pengalaman, kesan atau pikiran yang menarik. Selain dengan menulis majalah dinding (Mading). Dapat pula dengan kliping. Dalam kliping siswa akan mengumpulkan tulisan-tulisan yang mereka sukai yang sesuai dengan bakat dan kepribadian mereka.

G.    Strategi  Menulis cerpen berdasarkan pengalaman
1.      Pada pertemuan sebelumnya, untuk memudahka siswa dalam menulis cerpen yang bertolak dari peristiwa yang pernah dialami, guru meminta siswa untuk mempelajari contoh-contoh cerpen yang telah dibaca dan memahami struktur cerpen atau unsur instrinsiknya.
2.      Pada pertemuan berikutnya guru mengawali pembelajaran menulis cerpen dengan menjelaskan mengenai hakikat cerpen
3.      Ketika akan masuk materi menulis cerpen, guru meminta siswa untuk melakukan hal-hal berikut :
a.       Ingatlah sejumlah pengalaman/peristiwa berkesan yang pernah kalian alami
b.      Pilihlah pengalaman/peristiwa yang paing berkesan dalam kehidupan kalian
c.       Datalah siapa saja yang terlibat dalam peristiwa tersebut.
d.      Identifikasikanlah waktu dan tempat terjadinya peristiwa tersebut.
e.       Susunlah urutan peristiwa tersebut.
4.      Guru memotivasi siswa untuk menulis cerpen berdasarkan kisah pengalaman pribadi siswa. Kisah pengalaman tersebut dijadikan sebagai inspirasi untuk menulis cerpen
5.      Guru meminta siswa untuk mengembangkan peristiwa/pengalaman tersebut menjadi sebuah cerpen. Guru harus menyampaikan bahwa siswa diijinkan untuk membaguskan kisah pengalamanya tersebut dengan imajinasinya agar cerpen yang dihasilkan lebih menarik.
6.      Guru meminta siswa mengumpulkan hasil karya cerpenya, kemudian memberi penilaian berupa tanggapan tertulis.
7.      Guru mengakhiri pertemuan dengan meminta siswa menanggapi kegiatan yang baru saja dilakukan.
8.      Pada perteman selanjutnya, guru membagikan hasil karya siswa
9.      Guru meminta beberapa orang siswa yang cerpennya dianggap baik untuk membacakan di depan kelas, kemudian meminta siswa yang lain memberikan tanggapan.
10.  Guru menugasi siswa untuk memperbaiki cerpen masing-masing berdasarkan penilaian/ tanggapan yang ditulis oleh guru sebagai pekerjaan rumah.
11.  Cerpen kembali dikumpulkan dalam bentuk rapih diketik.
12.  Cerpen yang dianggap baik setelah direvisi akan ditempel di mading sekolah dan dikirimkan ke media cetak.







BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Dalam strategi pembelajaran menulis dengan model pengembangan menulis informal dasar-dasar yang harus di miliki adalah setiap kegiatan menulis harus melalui langkah-langkah (proses) menulis yang bertahap, tetapi sebuah tulisan dapat dihasilkan oleh penulisnya.
Strategi pembelajaran menulis dengan model pengembangan menulis proses itu lebih baik dipahami sebagai keterampilan, bukan sebagai ilmu. Sebagai ketrampilan, menulis membutuhkan latihan, latihan, dan latihan.
Strategi pembelajaran menulis dengan model lintas keterampilan berbahasa, terdiri dari:
1. Bermain-main dengan bahasa dan tulisan
2.  Kuis
3.  Memberi atau mengganti akhir cerita
4.   Menulis meniru model: copy the master
5.   Pembelajaran menulis diluar kelas

B.     Saran
Adapun saran yang dapat penyusun sampaikan yaitu kita sebagai calon pendidik, harus selalu menggali potensi yang ada pada diri kita. Cara menggali potensi dapat dilakukan salah satunya dengan cara mempelajari makalah ini. mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita ke depannya. Amiinn.




DAFTAR PUSTAKA
Husnul Mawadah Ade.2011.Strategi Belajar Mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta Timur. Penerbit: Multazam Mulia Utama.
Palupi Bida.2013.Pembelajaran Bahasa Indonesia Secara Efektif dan Menyenangkan. Jakarta Timur. Penerbit: CV.Ghina Walafa.


No comments:

Post a Comment