PRODUKSI
& BUNYI BAHASA
MAKALAH
Ditujukan
guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Kebahasaan I (Fonologi dan Morfologi)
Dosen
Pengampu: Nur Fitri Mardhotillah, M.Pd
Oleh:
Kelompok 1 Semester 7 kelas SD13.A2
Wahyu
Rosidin 130641073
FAKULTAS
KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH CIREBON
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berkah dan rahmat-Nya.
Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses
pengerjaannya, tetapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Penyusunan makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Kebahasaan
I (Fonologi dan Morfologi).
Makalah ini berjudul tentang “Produksi dan Bunyi Bahasa”
yang didalamnya membahas tentang pengertian, alat-alat
produksi bunyi, proses terjadinya produksi bunyi, pembentukan bunyi, dan
jenis-jenis bunyi bahasa.
Terima kasih penulis sampaikan kepada:
1.
Nur Fitri Mardhotillah, M.Pd selaku
Dosen Pengampu mata kuliah Kebahasaan I (Fonologi dan Morfologi).
2.
Teman-teman
yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Cirebon, Oktober 2016
Penulis
Penulis
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar
Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan
Penulisan ............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3
A. Pengertian Produksi Bunyi ............................................................... 3
B. Alat-alat Produksi Bunyi .................................................................. 4
C. Proses Produksi Bunyi ...................................................................... 5
D. Pembentukan Bunyi .......................................................................... 6
E. Jenis-jenis Bunyi Bahasa ................................................................... 10
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 12
A. Kesimpulan
....................................................................................... 12
B. Saran
................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada umumnya manusia berkomunikasi
melalui bahasa dengan cara menulis atau berbicara. Jika komunikasi dilakukan
dengan menulis, maka tidak ada alat ucap yang ikut terlibat di dalamnya.
Sebaliknya, jika komunikasi dilakukan melalui berbicara, alat ucaplah yang
memegang peranan penting. Alat ucap inilah yang nantinya menghasilkan bunyi
bahasa.
Bunyi bahasa merupakan hasil yang dibuat
oleh alat ucap manusia seperti; pita suara, lidah, dan bibir. Bunyi
bahasa dibuat oleh manusia untuk mengungkapkan sesuatu. Bunyi bahasa ini dapat
terwujud dalam nyanyian atau dalam tuturan. Dengan adanya alat ucap
pada manusia, kita dapat berkomuniakasi dengan orang lain secara lisan. Namun,
Tidak menutup kemungkinan pula dalam proses menghasilkan bunyi, ada beberapa
hal yang dapat mempengaruhi alat ucap ketika menghasilkan bunyi. Ada beberapa
permasalahan-permasalahan yang muncul dalam menghasilkan bunyi, anatara lain;
bagaimana bunyi itu terjadi, rincian bunyi ujaran, adakah yang mempengaruhi terjadinya
bunyi, dan macam-macam bunyi berdasarkan klasifikasi tertentu. Untuk menjawab
permasalahan-permasalahan tersebut, makalah ini secara singkat akan menguraikan
beberapa hal yang berkaitan dengan produksi bunyi bahasa tersebut.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan
masalahnya yaitu:
1.
Apa yang dimaksud dengan produksi bunyi?
2.
Apa
saja alat-alat produksi bunyi?
3.
Bagaimana proses terjadinya produksi bunyi?
4.
Bagaimana
pembentukan bunyi?
5.
Apa saja
jenis-jenis bunyi bahasa?
C. Tujuan
Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah
di atas maka tujuan penulisannya adalah untuk mengetahui:
1.
Pengertian
produksi bunyi.
2.
Alat-alat
produksi bunyi.
3.
Proses
terjadinya produksi bunyi.
4.
Pembentukan
bunyi.
5.
Jenis-jenis
bunyi bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Produksi Bunyi
Jika kita mendefinisikan kata produksi,
maka diartikan sebagai menghasilkan. Sehingga jika kata produksi itu melekat
pada kata produksi bunyi, maka dapat diartikan sebagai menghasilkan bunyi.
Dalam uraian ini akan dibahas secara singkat mengenai produksi bunyi. Produksi
bunyi yang berkaitan dengan bunyi ujar. Produksi bunyi dalam proses pembentukan
bunyi ada tiga faktor yang terlibat, yaitu:
1.
Sumber
tenaga (udara yang dihembuskan oleh paru-paru).
2.
Alat
ucap yang dilewati udara dari paru-paru (batang tenggorok, kerongkongan, rongga
mulut dan rongga hidung).
3.
Artikulator
(penghambat).
Proses pembentukan bunyi bahasa dimulai
dengan memanfaatkan pernafasan sebagai sumber tenaganya. Pada saat kita
mengeluarkan nafas, paru-paru menghembuskan tenaga yang berupa arus udara. Arus
udara itu dapat mengalami perubahan pada pita suara. Arus udara dari paru-paru
dapat membuka kedua pita suara yang merapat hingga menghasilkan cirri-ciri
bunyi tertentu. Gerakan membuka dan menutup pita suara itu menyebabkan udara di
sekitar pita suara itu bergetar. Perubahan bentuk saluran suara yang terdiri
atas rongga faring, rongga mulut, dan rongga hidung menghasilkan binyi bahasa
yang berbeda-beda. Bunyi bahasa yang arus udaranya keluar melalui mulut disebut
dengan bunyi oral, sedangkan bunyi bahasa yang arus udaranya keluar dari hidung
disebut dengan bunyi sengau atau nasal. Adapun bunyi bahasa yang arus udaranya
sebagian keluar melalui mulut dan sebagian melalui hidung disebut dengan bunyi
disengaukan atau dinasalisasi.
B. Alat-alat Produksi
Bunyi
Secara garis besar bunyi yang keluar
dari mulut manusia bukan suatu peristiwa yang muncul secara tiba-tiba begitu
saja tanpa ada proses terjadinya. Secara nyata, bunyi ujar/bahasa tersebut
terjadi ketika diawali adanya udara masuk ke paru-paru. Bermula dari udara itu
dihasilkan oleh paru-paru yang diatur oleh gerakan-gerakan teratur dari sekat
rongga dada. Apabila udara itu mengalir ke atas,
melalui larinx dan farinx, lalu ke depan dan keluar mulut atau
hidung atau kedua-duanya, arus udara itu dapat dihambat atau dirintangi pada
berbagai tempat seluruh jalan itu dan bentuk dari ruang-ruang yang dilaluinya
dapat diubah-ubah. Apabila pada saat bunyi itu keluar dari rongga mulut dan
hidung mendapatkan halangan atau penyempitan dan disertai dengan bergetarnya
atau tidaknya pita suara maka akan mengasilkan bunyi-bunyi kontoid/konsonan.
Sedangkan, bila saat keluarnya tidak disertai hambatan atau penyempitan pada
rongga mulut tetapi disertai penyempitan pada glotis sehingga pita suara turut
bergetar maka akan dihasilkan bunyi-bunyi vokoid/vokal.
Berikut ini bagian-bagian tubuh kita
yang berperan dalam melakukan produksi bunyi bahasa.
1.
Bibir (labia) sebagai pintu penjaga rongga
mulut.
2. Gigi
(denta) dibedakan atas gigi atas
dan gigi bawah.
3. Langit-langit
keras (palatum) merupakan
susunan tulang.
4. Langit-langit
lunak (velum) berfungsi sebagai
artikulator pasif sedangkan artikulator aktifnya ialah pangkal lidah.
5. Gusi
dalam (alveolum) berfungsi
sebagai artikulator pasif, sedangkan artikulator aktifnya adalah ujung lidah.
Bunyi yang dihasilkan oleh gusi disebut bunyi alveoral.
6. Lidah
(tangue) berfungsi sebagai
artikulator aktif.
7. Rongga
Kerongkongan (pharynx) berfungsi
sebagai saluran makanan dan minuman.
8. Pangkal
Tenggorokan (larynx) adalah
rongga pada ujung pipa pernafasan.
9. Paru-paru untuk
pernafasan.
C.
Proses
Produksi Bunyi
Secara garis besar, proses produksi
bunyi adalah sebagai berikut:
1. Udara
keluar dari paru-paru melelui glotis (celah sempit/lebar) yang dibentuk oleh
pita suara. Ukuran celah yang dibentuk oleh pita suara ini berperan dalam
menentukan bunyi yang dihasilkan.
Jika
glottis menyempit, aliran udara yang melewati celah yang dibentuk oleh pita
suara ini mampu menggetarkan pita suara. Pita suara yang bergetar ini
menimbulkan suara. Oleh karena itu, bunyi-bunyi yang dihasilkan denagn cara
mempersempit glotis disebut bunyi bersuara. Bunyi-bunyi bersuara ini anatara
lain adalah [i], [a], [b], [g], dan [m]. Jika glottis terbuka lebar, aliran udara
leluasa melewati pita suara. Dalam keadaan yang demikian, pita suara tidak
bergetar dan tidak menimbulkan suara. Oleh karena itu, bunyi-bunyi yang
dihasilkan dengan cara membuka glottis sepenuhnya disebut bunyi tak bersuara.
Bunyi-bunyi yang tak bersuara ini antara lain adalah [s], [f], [p], dan [k].
2. Getaran
udara yang dihasilkan oleh celah dan getaran pita suara itu menuju ke rongga
mulut atau hidung sesuai dengan posisi langit-langit lunak
atau velum yang berfungsi sebagai pengatur jalur aliran udara
3. Jika
langit-langit lunak membuka jalan aliran udara menuju ke hidung, articulator
yang berada di rongga mulut berfungsi menutup aliran udara. Sebagai akibatnya,
uadara sepenuhnya melewati rongga hidung. Perbedaan articulator yang menghambat
aliran udara melewati rongga mulut menghasilkan jenis bunyi yang berbeda.
4. Aliran udara yang menuju ke
mulut disaat aliran udara ke rongga hidung tertutup dapat bebas keluar dari
mulut tanpa hambatan atau dihambat oleh articulator yang ada di dalam rongga
mulut. Proses
artikulasi meruapakan proses produksi bahasa yang paling penting dalam
pembelajaran berbicara. Secara sadar dan kasat mata proses atikulasi dapat
dilihat dengan mudah, tanpa memerlukan alat bantu. Seseorang yang akan
mengucapkan kata-kata, secara sadar mengatur alat ucap yang dimilikinya untuk
merealisasikan bunyi kata-kata yang diinginkan. Dalam keadaan normal, manusia
tidak perlu memikirkan bagaimana cara menggetarkan pita suara, cara
menghembuskan udara, serta cara mengatur jalur aliran udara.
5. Pada
saat aliran udara berhasil melewati rongga mulut atau hidung yang diatur oleh
articulator bunyi
bahasa terdengar. Bunyi yang dihasilkan dengan cara mengalirkan udara melewati
rongga mulut disebut bunyi oral. Bunyi yang dihasilkan dengan cara mengalirkan
udara melewati rongga hidung disebut bunyi nasal.
D.
Pembentukan
Bunyi
1. Pembentukan
Vokal
a. Cara
Pembentukan Vokal
Istilah
vokal sebenarnya merupakan vokal kardinal, yakni bunyi vokal yang mempunyai
kualitas bunyi tertentu, keadaan lidah tertentu, dan bentuk bibir tertentu, yang
telah dipilih dan dibentuk dalam suatu rangka gambar bunyi.
1)
Pembentukan vokal
berdasarkan posisi bibir
Berdasarkan
bentuk bibir sewaktu vokal diucapkan, vokal dibedakan atas:
a)
Vokal bulat, yakni
vocal yang diucapkan dengan bentuk bibir bulat. Misalnya, u, o, dan a.
b)
Vokal tak bulat, yakni
vocal yang diucapkan dengan bentuk bibir tidak bulat atau terbentang lebar.
Misalnya, i, e
2)
Pembentukan Vokal
Berdasarkan Tinggi rendahnya Lidah
Berdasarkan
tinggi rendahnya lidah, vokal dapat dibedakan atas:
a)
Vokal tinggi atau atas
yang dibentuk apabila rahang bawah merapat ke rahang atas: i dan u.
b)
Vokal madya atau tengah
yang dibentuk apabila rahang bawah menjauh sedikit dari rahang atas: e dan o.
c)
Vokal rendah atau bawah
yang dibentuk apabila rahang bawah diundurkan lagi sejauh-jauhnya: a.
3)
Pembentukan Vokal
Berdasarkan Maju mundurnya Lidah
Berdasarkan
bagian lidah yang bergerak atau maju mundurnya lidah, vokal dapat dibedakan
atas:
a)
Vokal depan, yakni
vokal yang dihasilkan oleh gerakan turun naikknya lidah bagian depan, seperti :
i dan e.
b)
Vokal tengah, yakni
vokal yang dihasilkan oleh gerakan lidah bagian tengah, misalnya dan
a.
c)
Vokal belakang, yakni
vokal yang dihasilkan oleh gerakan turun naiknya lidah bagian belakang atau
pangkal lidah, seperti : u dan o.
2.
Pembentukan Konsonan
Pembentukan
konsonan didasarkan pada empat faktor, yakni:
a.
Pembentukan Konsonan
Berdasarkan Daerah Artikulasi.
1)
Konsonan bilabial,
yaitu konsonan yang dihasilkan dengan mempertemukan kedua belah bibir yang
bersama-sama bertindak sebagai artikulator dan titik artikulasi. Bunyi yang
dihasilkan ialah p, b, m, dan w.
2)
Konsonan lobiodental,
yaitu konsonan yang dihasilkan dengan mempertemukan gigi atas sebagai titik
artikulasi dan bibir bawah sebagai artikulator. Bunyi yang dihasilkan ialah f
dan v.
3)
Konsonan
apiko-dentall, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan ujung lidah yang
bertindak sebagai artikulator dan daerah antar gigi sebagai titik artikulasi.
Bunyi yang dihasilkan ialah t, d, dan n.
4)
Konsonan
apiko-alveolar, yaitu konsonan yang dihasilkan olehe ujung lidah sebagai
artikulator dan lengkung kaki gigi sebagai titik artikulasi. Bunyi yang
dihasilkan ialah s, z, r, l.
5)
Konsonan palatal atau
lamino-palatal, yaitu konsonan yang dihasilkan oleh bagian tengah lidah
sebagai artikulator dan langit-langit keras sebagai titik artikulasi. Bunyi
yang dihasilkan c, j, Ŝ, ň, dan y.
6)
Konsonan velar atau
dorso-velar, yaitu konsonan yang dihasilkan oleh belakang lidah sebagai
artikulator dang langit-langit lembut sebagai artikulasi. Bunyi yang dihasilkan
ialah k, g, x, dan ή.
7)
Konsonan glotal atau
hamzah, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan posisi pita suara sama
sekali merapat sehingga menutup glottis.
8)
Konsonan
laringal, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan pita suara terbuka terbuka
lebar sehingga udara uang keluar digesekkan melalui glottis. Bunyi yang
dihasilkan ialah h
b.
Pembentukan Konsonan
Berdasarkan Cara Artikulasi
1)
Konsonan hambat
(stop), yaitu konsonan yang dihasilkan dengan cara menghalangi sama sekali
udara pada daerah artikulasi. Konsonan yang dihasilkan ialah p, t, c, k, b, d,
j, g,
2)
Konsonan geser atau
frikatif, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan cara menggesekkan udara
yang keluar dari paru-paru. Konsonan yang dihasilkan ialah f, v, x, h, s, Ŝ, z,
dan x.
3)
Konsonan likuida tau
lateral, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan menaikkan lidah ke
langit-langit sehingga udara terpaksa diaduk dan dikeluarkan melalui kedua sisi
lidah. Konsonan yang dihasilkan ialah l.
4)
Konsonan getar atau
trill, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan mendekatkan dan menjauhkan
lidah ke alveolum dengan cepat dan berulang-ulang sehingga udara bergetar.
Konsonan yang dihasilkan ialah r.
5)
Semi-vokal, yaitu
konsonan yang pada waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan murni.
Misalnya, semivokal (w) dan (y). bunyi bilabial (w) dibentuk dengan tempat
artikulasi yang berupa bibir atas dan bibir bawah.
c.
Pembentukan Konsonan
Berdasarkan Posisi Pita Suara
Berdasarkan
posisi pita suara atau begetar tidaknya pita suara, konsonan dapat dibedakan
atas konsonan bersuara dan konsonan tak bersuara.
1)
Konsonan bersuara,
yaitu konsonan yang terjadi jika udara yang keluar dari rongga ujaran turut
menggetarkan pita suara. Konsonan yang dihasilkan ialah m, b, v, n, d, r, ñ, j,
η, g, dan R.
2)
Konsonan tak bersuara,
yaitu konsonan yang terjadi jika udara yang keluar dari rongga ujaran tidak
menggetarkan suara. Konsonan yang dihasilkan ialah p, t, c, k, ?, f, Š, x, dan
h.
d.
Pembentukan Konsonan
Berdasarkan Jalan Keluarnya Udara
Berdasarkan
jalan keluarnya udara dari rongga ujaran, konsonan dapat dibedakan atas
konsonan oral dan konsonan nasal.
1)
Konsonan oral, yaitu
konsonan yang terjadi jika udara keluar melalui rongga mulut. Konsonan yang
dihasilkan ialah p, t, c, k, ?, b, d, j, g, f, Š, x, h, r, l, w, dan y.
2)
Konsonan nasal, yaitu
konsonan yang terjadi jikaudara keluar melalui rongga hidung. Konsonan yang
dihasilkan ialah m, n, ñ, dan η.
E. Jenis-jenis
bunyi bahasa
Berdasarkan kriteria tertentu
dapat dibedakan sebagai
berikut:
1.
Bunyi Vokal. Konsonan dan Semi Vokal
Bunyi-bunyi vokal,
konsonan dan semi vokal dibedakan berdasarkan tempat dan cara artikulasinya.
Vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan deangan cara, setelah arus udara
keluar dari glotis (celah pintu suara) lalu arus ujar hanya “diganggu” atau
diubah oleh posisi lidah dan bentuk mulut.
2.
Bunyi Oral dan Bunyi Nasal
Kedua bunyi ini bedakan
berdasarkan keluarnya arus ujar, bila arus ujar keluar melalaui rongga mulut
maka disebut bunyi oral. Bila keluar melalui rongga hidung disebut
bunyi nasal.
3.
Bunyi Bersuara dan Bunyi tak Bersuara
Kedua bunyi
ni dibedakan berdasarkan ada tidaknya getaranpada pita suara sewaktu
bunyi itu diproduksi. Bila pita suara turut bergetar pada proses pembunyian
itu, maka disebut bunyi bersuara.
4.
Bunyi keras dan Bunyi Lunak
Pembedaan kedua
bunyi ini berdasarkan ada tidaknya ketegangan kekuatan arus udara ketika bunyi
itu diartikulasikan. Sebuah bunyi disebut keras apabila terjadi pernafasan yang
kuat dan otot tegang.
5.
Bunyi panjang dan Bunyi Pendek
Pembedaan bunyi ini
didasarkan pada lama dan tidaknya bunyi itu diartikulasikan. Baik bunyi vokal
maupun bunyi konsonan dapat dibagi atas bunyi panjang dan bunyi pendek. Kasus
ini tidak ada dalam kamus bahsa indonesia, tetapi ada dalam bahasa latin, dan
bahasa arab.
6.
Bunyi Nyaring dan Tak Nyaring
Pembedaan bunyi ini
berdasarkan derajat kenyaringan bunyi-bunyi itu yang ditentukan oleh besar
kecilnya ruang resonasi pada waktu bunyi itu diujarkan. Bunyi vokal pada
umumnya mempunyai sonoritas yang lebih tinggi daripada bunyi konsonan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di
atas maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1.
Pengertian
produksi bunyi
Produksi bunyi merupakan sesuatu yang menghasilkan
bunyi dan dalam proses pembentukan bunyi ada tiga faktor
yang terlibat, yaitu:
a.
Sumber
tenaga (udara yang dihembuskan oleh paru-paru).
b.
Alat
ucap yang dilewati udara dari paru-paru (batang tenggorok, kerongkongan, rongga
mulut dan rongga hidung).
c.
Artikulator
(penghambat).
2.
Alat-alat Produksi
Bunyi
Alat-alat produksi adalah sebagai berikut:
a.
Bibir (labia) sebagai pintu penjaga rongga
mulut.
b.
Gigi (denta) dibedakan atas gigi atas dan
gigi bawah.
c.
Langit-langit keras (palatum) merupakan susunan tulang.
d.
Langit-langit lunak (velum) berfungsi sebagai
artikulator pasif sedangkan
artikulator aktifnya ialah pangkal lidah.
e.
Gusi dalam (alveolum) berfungsi sebagai
artikulator pasif, sedangkan artikulator aktifnya adalah ujung lidah. Bunyi
yang dihasilkan oleh gusi disebut bunyi alveoral.
f.
Lidah (tangue) berfungsi sebagai
artikulator aktif.
g.
Rongga Kerongkongan (pharynx) berfungsi sebagai saluran
makanan dan minuman.
h.
Pangkal
Tenggorokan (larynx) adalah
rongga pada ujung pipa pernafasan.
i.
Paru-paru untuk
pernafasan.
3.
Proses Produksi Bunyi
Secara garis besar, proses produksi
bunyi adalah sebagai berikut:
a.
Udara keluar dari
paru-paru melelui glotis (celah sempit/lebar) yang dibentuk oleh pita suara.
b.
Getaran udara yang
dihasilkan oleh celah dan getaran pita suara itu menuju ke rongga mulut atau
hidung sesuai dengan posisi langit-langit lunak atau velum yang
berfungsi sebagai pengatur jalur aliran udara.
c.
Jika langit-langit
lunak membuka jalan aliran udara menuju ke hidung, articulator yang berada di
rongga mulut berfungsi menutup aliran udara.
d.
Aliran udara yang menuju ke
mulut disaat aliran udara ke rongga hidung tertutup dapat bebas keluar dari
mulut tanpa hambatan atau dihambat oleh articulator yang ada di dalam rongga
mulut.
e.
Pada saat aliran udara
berhasil melewati rongga mulut atau hidung yang diatur oleh articulator bunyi bahasa terdengar.
4.
Pembentukan Bunyi
Pembentukan bunyi terdiri dari:
a. Pembentukan
Vokal
Istilah
vokal sebenarnya merupakan vokal kardinal, yakni bunyi vokal yang mempunyai
kualitas bunyi tertentu, keadaan lidah tertentu, dan bentuk bibir tertentu,
yang telah dipilih dan dibentuk dalam suatu rangka gambar bunyi.
5. Jenis-jenis bunyi bahasa
Berdasarkan kriteria
tertentu dapat dibedakan sebagai berikut:
a.
Bunyi vokal
Konsonan dan semi vokal
b.
Bunyi oral dan bunyi nasal
c.
Bunyi bersuara dan bunyi tak bersuara
d.
Bunyi keras dan bunyi lunak
e.
Bunyi panjang dan bunyi pendek
f.
Bunyi nyaring dan tak nyaring
B.
Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih terdapat
kekurangan
dari sana sini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat relevan dari pembaca guna memperbaiki makalah
ini menjadi lebih baik dan berguna bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Resmini,
Novi, dkk. 2006. Kebahasaan 1
(Fonologi, Morfologi, dan Semantik).
Bandung: UPI PRESS.
Chaer, Abdul. 2002. Morfologi
Bahasa Indonesia. Jakarta: RINEKA CIPTA.
Alwasilah, A, Chaedar. 1993. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung:
Angkasa.
No comments:
Post a Comment