BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Membaca adalah suatu kegiatan
yang sangat penting dilakukan oleh setiap orang yang ingin mengetahui tentang
sesuatu. Dengan membaca, seseorang akan dapat mengetahui bermacam – macam
informasi penting yang diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan. Informasi
yang penting menyangkut kebutuhan hidup seseorang atau
kelompok orang, seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan,
pencapaian cita-cita, dan estetika. Dalam kebutuhan–kebutuhan hidup tersebut,
diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung yang berkaitan erat dengan kemampuan dan hasil membaca.
Para pakar dari berbagai bidang ilmu pengatahuan misalnya, mustahil
akan menguasai dalam bidangnya tanpa membaca. Para teknokrat tidak mungkin
menguasai keahhliannya tanpa membaca. Para wartawan, karyawan, bahkan ibu rumah
tangga pun tidak mungkin dapat berperan secara baiak dan maksimal dalam
melakukan tugasnya tanpa membaca. Karena itu, membaca adalah bagian yang penting dan vital di dalam kehidupan
manusia. Sungguh tepat seorang nabi dan
rasul terakhir yang bernama Muhammad,
menerima wahyu yang pertama adala perintah untuk membaca ( Q.S:96:1)
Pemerintah telah berupaya meningkatkan mutu dan kompetensi membaca
siswa sejak usia sekolah dasar. Karena itu, komponen dasar utama yang harus
dikuasai siswa SD selama bersekolah di SD adalah kemampuan membaca, menulis,
dan berhitung, yang dikenal dengan istilah 3R ( reading, writing, and
arithmetic). Artinya, pemerintah sadar bahwa tanpa penguasaan ketiga kemampuan
dasar tersebut, tidak mungkin bangsa kita menjadi maju, untuk mengejar
ketinggalan atau menyamakan kedudukan dengan negara lain yang sanngat pesat
kemajuan teknologinya dewasa ini. Melihat kenyataan kehidupan sekarang banyak anak – anak sekolah
masih malas untuk membaca. Hal itu dapat kita lihat sekolah – sekolah, terutama
sekola di desa – desa. Dengan demikian pemerintah harus menyediakan anggaran
yang sangat besar untuk menyelenggarakan kegiatan sarana prasarana bagi
sekolah, terutama buku – buku bacaan.
Walaupun demikian, secara realita kemampuan dasar yang dicanangkan
pemerintah belum begitu teralisasi secara membanggakan. Karena kemampuan bangsa
Indonesia dari ketiga bidang tersebut masih rendah, bahkan masihh sekian
perseratus yang belum melek baca, tulis, dan hitung. Adapun penyebabnya sangat
kompleks, misalnya kurangnya kemampuan guru, gaji guru belum memadai untuk memenuhi kebutuan hidup
sehari-hari yang layak, imprasktruktur dan fasilitas pendidikan masih kurang,
minat belajar siswa belum optimal, orang tua siswa kurang mengerti pentinnya
pendidikan, dan ekonomi orang tua siswa tidak sanggup untuk membiayai sekola
anak – anak mereka.
Di samping faktor – faktor tersebut, masih banyak faktor lain yang
membuat para siswa kurang menguasai kemampuan dasar, terutama membaca, yakni
budaya dan lingkungan siswa yang kurang kondusif. Tentang pengaruh buadaya yang
tidak suka membaca secara turun temurun, suka menerima informasi melalui mulut
ke mulut atau dengar cerita dari orang ke orang. Fenomina menerima informasi
hanya mulut ke mulut ini sangnat mengganggu dalam melatih kemahiran
membacasiswa / anak. Karena, sejak dijajah selama lebih dari tiga setengah abad
di negeri ini, para penjajah sengaja membuat anak bangsa ini jauh dari ilmu
pengetahuan dan kemajuan.
Di dalam era reformasi dan
kemajuan teknologi saat ini, sudah saatnya bangsa kita berlomba – lomba meraih
kemajuan di segal bidang sebagaimana bangsa – bangsa lainya. Kemajuan itu,
tidak terlepas dari peran para guru yang
ada di sekolah – sekolah. Guna untuk peningkatan kemampuan siswa sesuai dengan
bidang yang dipercayakan kepada masing – masing guru.
Khusus bagi guru – guru bahasa dan sastra Indonesia ini harus siap untuk meningkatkan berbagai
pengetahuan dan ketrampilan berbahasa Indonesia terutama bagi guru semuanya.
Dalam ketrampilan bahasa Indonesia di tuntut siswa bisa membaca dan menulis,
maka guru harus siap dengan program pembelajaran membaca sesuai dengan
filosofi, pendekatan, teknik yang telah disepakati, pengetahuan tentang
membaca, terampil melatih siswa dalam membaca, dan mampu membangkitkan minat
serta motivasi siswa untuk suka dan mampu membaca sesuai dengan tuntutan zaman.
Siswa saat ini perlu dituntut untuk bisa mengembangkan sistem membaca
secara tepat dan guna. Perkembangan ilmu
dan arus informasi yang semakin deras akhhir – akhir ini mengharuskan pencari
informasi menemukan cara paling jitu atau tepat, agar dengan mudah memahami
setiap informasi yang tersaji dalam media tulis.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di
atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana
Mengklasifikasikan Konsep Dasar Pembelajaran Membaca?
2.
Apa Makna, Fungsi, dan
Tujuan Pembelajaran Membaca?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, maka tujuannya adalah untuk:
1.
Untuk mengetahui
Klasifikasikan Konsep
Dasar Pembelajaran Membaca.
2.
Untuk mengetahui
Makna, Fungsi, dan Tujuan Pembelajaran Membaca.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Mengklasifikasikan
Konsep Dasar Pembelajaran Membaca
1.
Konsep Dasar Pembelajaran Membaca
Membaca merupakan
keterampilan berbahasa yang berhubungan dengan keterampilan berbahasa yang
lain. Membaca merupakan suatu proses aktif yang bertujuan dan memerlukan
strategi. Hal ini didukung oleh beberapa definisi berikut ini. Hodgson (dalam
Tarigan, 1985:7) mengemukakan bahwa membaca ialah suatu proses yang dilakukan
serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis
melalui media bahasa tulis. Dalam hal ini, membaca selain sebagai suatu proses,
juga bertujuan.
Membaca
merupakan suatu proses dinamis untuk rekonstruksi suatu pesan yang secara
grafis dikehendaki oleh penulis (Goodman 1996). Dalam pendekatan Buttom-Up,
membaca sebagai proses dekoding berbagai simbol tertulis kedalam berbagai
ekuivalen pendengaran dalam bentuk linear (Nunan, 1999). Dengan demikian, dalam
kegiatan membaca, pertama kali seseorang membedakan masing-masing huruf saat
ditemukan, menyembunyikan, mencocokan simbol-simbol tertulis dengan
ekuivalen-ekuivalen pendengaran, mencampurkannya untuk membentuk kata-kata, dan
memperoleh makna. Oleh karena itu, menemukan makna sebuah kata merupakan
langkah terahir dalam proses itu.
Depdikbud (1985:11) menuliskan bahwa membaca ialah proses pengolahan bacaan
secara kritis, kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang
bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai,
fungsi, dan dampak bacaan itu. Definisi ini sesuai dengan membaca pada tingkat
lanjut, yakni membaca kritis dan membaca kreatif.
Setiap guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar bahwa membaca
adalah suatu keterampilan yang kompleks, rumit, yang mencakup atau melibatkan
serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Dengan perkataan lain, keterampilan
membaca mencakup tiga komponen, yaitu: (a) pengenalan terhadap aksara serta
tanda-tanda baca; (b) korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan
unsur-unsur linguistik yang formal; (c) hubungan lebih lanjut dari A dan B
dengan makna atau meaning (Broghton, dalam Tarigan
1979:11).
Keterampilan A merupakan suatu kemampuan untuk mengenal bentuk-bentuk yang
disesuaikan dengan mode yang berupa gambar, gambar di atas suatu lembaran,
lengkungan-lengkungan, garis-garis, dan titik-titik dalam hubungan-hubungan
berpola yang teratur rapi.
Keterampilan B merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan tanda-tanda
hitam di atas kertas-yaitu gambar-gambar berpola tersebut-dengan bahasa. Adalah tidak mungkin
belajar membaca tanpa kemampuan belajar memperoleh serta memahami bahasa.
Hubungan-hubungan itu jelas sekali terlihat terjadi antara unsur-unsur dari
pola-pola tersebut di atas kertas dan unsur-unsur bahasa yang formal.
Keterampilan ketiga atau C yang mencakup keseluruhan keterampilan membaca,
pada hakikatnya merupakan keterampilan intelektual; ini merupakan kemampuan
atau abilitas untuk menghubungkan tanda-tanda hitam di atas kertas melalui
unsur-unsur bahasa yang formal, yaitu kata-kata sebagai bunyi, dengan makna
yang dilambangkan oleh kata-kata tersebut (Broghton, Tarigan 1979:12).
2.
Karakteristik Pembelajaran Membaca
Pembelajaran merupakan
proses komunikasi dua arah, mengajar di lakukan oleh pihak guru sebagai
pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Konsep
pembelajaran menurut Corey (1986:195) dalam Sagala (2003:61) adalah suatu
proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan
ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau
menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset
khusus dari pendidikan.
Pembelajaran membaca
mengandung arti karena setiap kegiatan membaca dirancang untuk membantu
seseorang mempelajari suatu kemampuan membaca dan memperoleh nilai-nilai yang
baru. Proses pembelajaran membaca pada awalnya meminta guru untuk mengetahui
kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa. Hal tersebut meliputi kemampuan
dasar, motivasi, latar belakang akademis, latar belakang sosial ekonomi, dan
lain sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam
pembelajaran membaca merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan
menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran. Jadi, belajar dan
pembelajaran membaca diarahkan untuk membangun kemampuan berfikir dan kemampuan
menguasai materi pelajaran, dimana pengetahuan itu sumbernya dari luar diri,
tetapi dikonstruksi dalam diri individu siswa.
Pembelajaran membaca
merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian
keterampilan lebih kecil lainnya. Secara garis besar, terdapat dua
karakteristik yang penting dalam pembelajaran membaca.Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Keterampilan yang bersifat
mekanis dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah. Hal ini mencakup:
(a) pengenalan bentuk huruf; (b) pengenalan unsur-unsur linguistik
(fonem/grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain); (c)
pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan
bahan tertulis); (d) kecepatan membaca ke taraf lambat.
b.
Keterampilan
bersifat pemahaman yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi.
Hal ini mencakup: (a) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal,
retorikal); (b) memahami signifikansi atau makna (a.l. maksud dan tujuan
pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca); (c) evaluasi atau
penilaian (isi, bentuk); (d) kecepatan membaca yang fleksibel, mudah
disesuaikan dengan keadaan (Broghton, Tarigan 1978:12 – 13).
3.
Kriteria Pemilihan
Bahan Pembelajaran Membaca
Untuk mencapai hasil
yang memuaskan dalam penyajian pembelajaran membaca, guru sebaiknya
memperhatikan hal-hal berikut: (1) Pemeriksaan awal. (2) Persiapan lingkungan.
(3) Persiapan siswa. (4) Penyajian bahan pengajaran.
Broghton, dalam
Tarigan (1978:12-13) menyebutkan ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan bahan pembelajaran
membaca.
a.
Sesuai dengan atau dapat menunjang tercapainya tujuan
pembelajaran.
b.
Sesuai dengan tingkat pendidikan dan perkembangan siswa
pada umumnya.
c.
Terorganisasi secara sistematik dan berkesinambungan.
d.
Mencakup hal-hal yang
bersifat faktual maupun konseptual.
Materi dan bahan
pembelajaran membaca ditetapkan dengan mengacu pada tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai. Bahan pembelajaran yang diberikan bermakna bagi para siswa, dan
merupakan bahan yang betul-betul penting, baik dilihat dari tujuan yang ingin
dicapai maupun fungsinya untuk mempelajari bahan berikutnya.
4.
Metode Pembelajaran
Membaca
Dalam kenyataan
sehari-hari seorang siswa perlu menggunakan kemampuan membaca cepat untuk
mengambil makna bahan bacaan secara efektif dan efisien. Menurut Broghton
(et.al) 1978 dalam Tarigan (1978. 22) ada beberapa cara untuk meningkatkan
kecepatan membaca yang dimiliki siswa hingga sampai pada taraf yang efektif.
Beberapa metode yang pernah dikembangkan untuk meningkatkan hal ini adalah:
a. metode kosakata, b. metode motivasi (minat),c. metode bantuan
alat, dan d. metode gerak mata. Untuk lebih jelasnya
metode-metode tersebut akan dibahas satu persatu.
a.
Metode kosakata adalah metode yang mengembangkan kecepatan membaca melalui
pengembangan kosakata. Artinya, metode ini mengembangkan perhatian pada aspek
perbendaharaan kata seorang pembaca. Bagaimana caranya? Kosakata seseorang itu
terbatas jumlahnya, dan akan selalu berkembang terus sesuai dengan kemampuannya
menambah kosakata itu setiap hari. Latihan
meningkatkan dan menambah kosakata baru dengan dan dalam jumlah yang banyak
inilah prinsip metode kosakata. Dasar pikiran metode ini sudah jelas, yaitu
semakin besar dan semakin banyak perbendaharaan kata siswa, semakin tinggi
kecepatan membacanya. Inilah yang diajarkan kepada siswa.
b.
Cara
kerja metode motivasi (minat) ialah memotivasi para pemula
(pembaca yang mengalami hambatan dalam kecepatan membacanya) dengan berbagai
macam rangsangan bacaan yang menarik, sehingga tumbuh minat membacanya. Dari
sini kemudian diharapkan muncul kebiasaan membaca tinggi, yang pada akhirnya
meningkat pula kecepatan dan pemahamannya terhadap bacaan. Pikiran yang
mendasari lahirnya metode ini adalah semakin tertarik atau berminatnya seseorang
pada jenis buku tertentu, semakin tinggi kecepatan dan pemahaman seseorang.
c.
Metode
bantuan alat merupakan
metode yang dapat membantu pembaca dalam membaca (melihat baris-baris bacaan),
gerak matanya dipercepat dengan bantuan alat yang berupa ujung pensil, ujung
jari, atau alat petunjuk khusus dari kayu. Semula dengan kecepatan rendah,
kemudian dipercepat, dan semakin dipercepat. Jadi, kecepatan mata mengikuti
kecepatan gerak alat.
d.
Metode
gerak mata adalah metode
yang paling banyak dipakai dan dikembangkan orang saat ini, baik untuk
pembelajaran membaca permulaan, maupun bagi siapa saja yang ingin meningkatkan
kecepatan membacanya. Cara melatihnya yaitu mengembangkan kecepatan membaca
dengan meningkatkan kecepatan gerak mata, karena kecepatan membaca itu sendiri
berarti kecepatan gerak mata dalam menyelusuri unit-unit bahasa. Pokok pikiran
yang melandasi metode ini adalah semakin panjang dan semakin luas jangkauan
mata (eye span) dalam melihat unit-unit bahasa, semakin cepat pula
kemampuan membacanya. Logikanya, jika kita hanya membaca unit-unit bahasa yang
paling kecil, maka yang harus dibaca itu jumlahnya semakin besar sehingga
menghambat kecepatan membaca. Sebaliknya, jika yang dibaca itu hanya unit-unit
bahasa yang lebih besar, misalnya frase, frase kompleks, klausa, atau bahkan
hanya unit-unit pikiran saja, maka kecepatan membaca akan terlipat ganda.
Dalam pelaksanaannya, membaca pemahaman ini dapat
dilakukan dengan berbagai pendekatan, seperti: bottom up, top
down, dan interactive approach. Berikut adalah
penjelasannya:
a.
Pembelajaran
membaca pemahaman dengan pendekatan bottom up (dari bawah ke
atas) dimulai dari pemahaman terkecil sampai terbesar.
b.
Pemahamannya
dapat dimulai dari kata, struktur kalimat, paragraf, sampai wacana.
Pendekatan top down (dari atas ke bawah) dimulai dari
pemahaman secara global (keseluruhan) hingga ke bagian-bagian terkecil.
Pemahaman dapat dimulai dari garis besar wacana, paragraf, struktur kalimat,
sampai kata. Pendekatan ini dilakukan dengan cara mengaktifkan skemata siswa.
c.
Pendekatan
interactive approach (perpaduan bottom up dan top
down) dimaksudkan untuk mendapatkan hal-hal positif dan menghindari hal-hal
yang negatif dari kedua pendekatan sebelumnya, sehingga sesuai dengan situasi
dan kondisi.
5.
Media Pembelajaran
Membaca
Media pembelajaran
pada dasarnya merupakan alat bantu yang dapat mempermudah pembelajaran. Dalam
pembelajaran membaca, media pembelajaran dapat berupa gambar (peta, tabel,
grafik, bagan, dan lain sebagainya), film asing, teks bacaan sastra dan non
sastra. Fungsi media tersebut adalah untuk memperjelas pemahaman siswa dalam
memahami informasi yang dibaca.
Dari penjelasan di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi media dalam pembelajaran membaca
sangatlah penting. Dengan menggunakan media siswa akan tertarik dan mudah dalam
memahami informasi.
Berkaitan dengan
penjelasan di atas, berikut dikemukakan beberapa prinsip yang dapat digunakan
untuk memilih dan menentukan media pembelajaran membaca. Menurut Sumadi
(2001:35–36) mengatakan prinsip untuk menentukan media dalam bahasa adalah
sebagai berikut:
a.
Fungsional, artinya cocok dengan tujuan pembelajaran yang dilakukan dan benar-benar
menunjang ketercapaian tersebut.
b.
Tersedia, artinya media yang akan digunakan ada dan sudah disiapkan.
c.
Murah, artinya media yang digunakan tidak harus mahal tetapi terjangkau dan
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
d.
Menarik, artinya media yang digunakan adalah media menarik dan sesuai dengan
kebutuhan siswa. Setidaknya ada beberapa kriteria untuk menentukan media yang
menarik bagi siswa yaitu: 1) sesuai dengan kebutuhan siswa, 2) sesuai dengan
dunia siswa, 3) baru, dan 4) menantang.
6.
Jenis- jenis membaca
Ditinjau dari segi
terdengar atau tidaknya suara pembaca waktu melakukan kegiatan membaca, maka
proses membaca dapat dibedakan menjadi :
a.
Membaca
Nyaring
Membaca nyaring adalah
kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan
intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang
disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan, sikap, ataupun
pengalaman penulis. Ketrampilan
yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai kemampuan, diantaranya
adalah:
1)
Menggunakan
ucapan yang tepat,
2)
Menggunakan
frase yang tepat,
3)
Menggunakan
intonasi suara yang wajar,
4)
Dalam
posisi sikap yang baik,
5)
Menguasai
tanda-tanda baca,
6)
Membaca
dengan terang dan jelas,
7)
Membaca
dengan penuh perasaan, ekspresif,
8)
Membaca
dengan tidak terbata-bata,
9)
Kengerti
serta memahami bahan bacaan yang dibacanya,
10)
kecepatan bergantung pada
bahan bacaan yang dibacanya,
11)
Membaca
dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan,
12)
Membaca
dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri.
b.
Membaca
Dalam Hati
Membaca dalam hati
adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan tanpa menyuarakan isi bacaan yang
dibacanya. Ketrampilan
yang dituntut dalam membaca dalam hati antara lain sebagai berikut:
1)
Membaca
tanpa bersuara, tanpa bibir bergerak, tanpa ada desis apapun,
2)
Membaca
tanpa ada gerakan-gerakan kepala.
3)
Membaca
lebih cepat dibandingkan dengan membaca nyaring,
4)
Tanpa
menggunakan jari atau alat lain sebagai penunjuk,
5)
Mengerti
dan memahami bahan bacaan,
6)
Dituntut
kecepatan mata dalam membaca,
7)
Membaca
dengan pemahaman yang baik,
8)
Dapat
menyesuaikan kecepatan dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam bacaan.
Secara garis besar,
membaca dalam hati dapat dibedakan menjadi dua (1) membaca ekstensif dan (2) membaca intensif.
Berikut penjelasan secara rinci kedua jenis membaca tersebut :
1)
Membaca Ekstensif
Membaca
ekstensif adalah membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Membaca ekstensif meliputi :
a)
Membaca Survai (Survey
Reading)
Membaca survai adalah
kegiatan membaca untuk mengetahui secara sekilas terhadap bahan bacaan yang
akan dibaca lebih mendalam. Kegiatan membaca survai merupakan pendahuluan dalam
membaca ekstensif.
Yang dilakukan
seseorang ketika membaca survai adalah sebagai berikut :
(1).
Memeriksa judul bacaan/buku, kata pengantar, daftar
isi dan malihat abstrak(jika ada).
(2).
Memeriksa bagian terahkir dari isi (kesimpulan) jika
ada,
(3). Memeriksa indeks dan
apendiks (jika
ada).
b)
Membaca Sekilas
Membaca sekilas atau
membaca cepat adalah kegiatan membaca dengan mengandalakan kecepatan gerak mata
dalam melihat dan memperhatikan bahan tertulis yang dibacanya dengan tujuan
untuk mendapatkan informasi secara cepat. Metode yang digunakan dalam melatihkan
membaca cepat adalah :
(1). Metode kosakata; metode
yang berusaha untuk menambah kosakata.
(2). Metode motivasi; metode
yang berusaha memotivasi pembaca(pemula) yang mengalami hambatan.
(3).
Metode
gerak mata; metode yang mengembangkan kecepatan membaca dengan menigkatkan
kecepatan gerak mata.
c)
Membaca Dangkal
(Superficial Reading)
Membaca
dangkal pada hakekatnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang
bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. Membaca jenis ini
biasanya dilakukan seseorang membaca demi kesenangan, membaca bacaan ringan
yang mendatangkan kesenangan, kegembiraan sebagai pengisi waktu senggang.
2)
Membaca Intensif
Membaca
intensif atau intensive reading adalah membaca dengan penuh penghayatan untuk
menyerap apa yang seharusnya kita kuasai. Yang termasuk dalam membaca intensif
adalah :
a)
Membaca Telaah Isi
(1)
Membaca Teliti
Membaca jenis ini sama pentingnya
dengan membaca sekilas, maka sering kali seseorang perlu membaca dengan teliti
bahan-bahan yang disukai.
(2)
Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman (reading for
understanding) adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami tentang
standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standards), resensi
kritis (critical review), dan pola-pola fiksi (patterns of fiction).
(3)
Membaca Kritis
Membaca kritis adalah kegiatan
membaca yang dilakukan secara bijakasana, mendalam, evaluatif, dengan tujuan
untuk menemukan keseluruhan bahan bacaan, baik makna baris-baris, makna antar
baris, maupun makna balik baris.
(4)
Membaca Ide
Membaca ide adalah sejenis kegiatan
membaca yang ingin mencari, memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang
terdapat pada bacaan.
(5)
Membaca Kreatif
Membaca kreatif adalah kegiatan
membaca yang tidak hanya sekedar menagkap makna tersurat, makna antar baris,
tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kehidupan
sehari-hari.
b)
Membaca Telaah Bahasa
Membaca Bahasa (Foreign Language
Reading)
B.
Makna,
Fungsi, dan Tujuan Pembelajaran membaca
1.
Makna Pembelajaran Membaca
Pembelajaran adalah proses yang secara kreatif
menuntut siswa melakukan sejumlah kegiatan sehingga siswa benar- benar
membangun pengetahuan secara mandiri dan berkembang pula kreativitasnya.
Pembelajaran yang didominasi kerja guru adalah sebuah proses pemancungan
terhadap segala potensi yang dimiliki siswa. Pandangan pembelajaran sebagai
kegiatan yang hanya berorientasi pada pewarisan pengetahuan sudah selayaknya
kita tinggalkan.
Membaca
adalah suatu kegiatan yang sangat
penting dilakukan oleh setiap orang yang ingin mengetahui tentang sesuatu.
Dengan membaca, seseorang akan dapat mengetahui bermacam – macam informasi
penting yang diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan. Informasi yang penting
menyangkut kebutuhan hidup seseorang atau kelompok orang, seperti
sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, pencapaian cita-cita, dan
estetika. Dalam kebutuhan–kebutuhan hidup tersebut, diperlukan baik secara
langsung maupun tidak langsung yang berkaitan erat dengan kemampuan dan hasil membaca.
Pembelajaran membaca merupakan kemampuan pemahaman yang diajarkan secara
seimbang dan terpadu. Seimbang dalam arti pembelajaran membaca disampaikan
secara seimbang dengan keterampilan berbahasa lain. Dalam kegiatan pembelajaran
membaca, konsep dasar membaca akan menjadi fokus pembelajaran, sedangkan aspek keterampilan
berbahasa lain menyertai dalam kegiatan pembelajaran. Hal itulah yang dimaksud
dengan adanya keseimbangan keempat aspek keterampilan berbahasa dalam kegiatan
pembelajaran. Terpadu maksudnya bahwa dalam kegiatan pembelajaran membaca dapat
dipadukan dengan keterampilan lainnya yaitu mendengarkan, berbicara, dan
menulis. Sedangkan kemampuan yang disampaikan adalah kemampuan berbahasa dan
bersastra. Oleh karena itu, wacana dalam pembelajaran membaca bisa berupa
wacana sastra maupun nonsastra.
2.
Fungsi Pembelajaran Membaca
Kemampuan membaca bagi
siswa juga merupakan kemampuan dasar dalam belajar karena hampir semua kemampuan untuk
memperoleh informasi dalam belajar bergantung pada kemampuan tersebut. Melalui
membaca, siswa dapat menggali informasi, mempelajari pengetahuan, menperkaya
pengalaman, mengembangkan wawasan, dan meplejari segala sesuatu. Oleh sebab
itu, siswa yang tidak atau belum mampu membaca dengan baik, akan mengalami
kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pada semua mata pelajaran.
a)
Fungsi intelektual
Dengan banyak membaca kita
dapat meningkatkan kadar intelektualitas, membina daya nalar kita. Contoh :
membaca buku-buku pelajaran, karya-karya ilmiah, laporan penelitian, skripsi,
tesis, disertasi, dll. (Amir, 1996:4)
b)
Fungsi Pemacu
Kreatifitas
Hasil membaca kita
dapat mendorong, menggerakkan diri kita untuk berkarya, didukung oleh keluasan
wawasan dan pemilihan kosa kata. Contoh : buku ilmiah, bacaan sastra, dan
lain-lain.
c)
Fungsi Praktis
Kegiatan membaca
dilaksanakan untuk memperoleh pengetahuan praktis dalam kehidupan, misal: teknik
memotret, teknik memelihara ikan lele, resep membuat minuman dan makanan, cara
merawat tanaman, dll.
d)
Fungsi Religious
Membaca dapat digunakan
untuk membina dan meningkatkan keimanan, memperluas budi, dan mendekatkan diri
kepada Tuhan.
e)
Fungsi Informatif
Dengan banyak membaca
bacaan, informasi lebih cepat kita dapatkan. Contoh: dengan membaca majalah dan
Koran dapat kita peroleh berbagai informasi yang sangat penting atau kita
perlukan dalam kehidupan sehari-hari.
f)
Fungsi Rekreatif
Membaca digunakan sebagai
upaya menghibur hati, mengadakan tamasya yang mengasyikkan. Contoh:
bacaan-bacaan ringan, novel-novel, cerita humor, fariabel karya sastra, dll.
g)
Fungsi Sosial
Kegiatan membaca
mempunyai fungsi social yang tinggi manakala dilaksanakan secara lisan atau
nyaring. Dengan demikian kegiatan membaca tersebut langsung dapat dimanfaatkan
oleh orang lain mengarahkan sikap berucap, berbuat dan berpikir. Contoh:
pembacaan berita, karya sastra, pengumuman, dll.
h)
Fungsi Pembunuh Sepi
Kegiatan membaca dapat
juga dilakukan untuk sekedar merintang-rintang waktu, mengisi waktu luang.
Contoh: membaca majalah, surat kabar, dll. (Amir, 1996:5).
3.
Tujuan Pembelajaran Membaca
Membaca penting dalam
kehidupan masyarakat yang semakin kompleks, setiap aspek kehidupan melibatkan
kegiatan membaca. Dalam melakukan kegiatan membaca tersebut, tentu dengan
tujuan berbeda-beda. Orang membaca peringatan dan rambu-rambu di jalan untuk
mengarahkan ia sampai pada tujuannya, menginformasikan bahaya di jalan dan
mengingatkan aturan-atauran lalu lintas.
Secara
umum pembelajaran membaca yang dilakukan disekolah harus diarahkan agar
mencapai beberapa tujuan utama pembelajaran membaca. Terdapat tiga tujuan utama
dalam pembelajaran membaca antara lain:
a)
Memungkinkan
siswa agar mampu menikmati kegiatan membaca
Pembelajaran
membaca haruslah ditekankan pada upaya mendukung siswa agar ia mampu menikmati
kegiatan baca yang dilakukannya. Hal ini sangat penting mengingat kenikmatan
membaca adalah dasar bagi kegiatan membaca. Tanpa rasa nikmat yang di rasakan
siswa, pembelajaran membaca bisa saja tidak mampu mencapai tujuan yang
diharapkan. Dengan demikian, langkah awal pembelajaran membaca harus di tujukan
agar anak termotivasi membaca sehingga ia bisa menjadikan membaca sebagai
kegiatan yang menyenangkan.
Tujuan
pertama pembelajaran membaca secara lebih luas dapat ditafsirkan agar siswa
mencintai membaca. Tujuan ini menjadi sangat penting sebab mencintai membaca
adalah modal awal agar siswa bisa membaca sekaligus tetap menjadi pembaca.
Namun demikian, pembelajaran di sekolah rupanya melupakan tujuan ini sehingga
sekolah hanya mampu menghasilkan siswa yang dapat membaca tetapi tidak suka
membaca.
b)
Mampu membaca
dalam dalam hati dengan kecepatan baca yang fleksibel.
Tujuan
kedua dari pembelajaran membaca adalah agar siswa mampu membaca dalam hati
dengan kecepatan yang fleksibel guna memperoleh pemahaman yang cukup. Sejalan
dengan tujuan ini, pembelajaran membaca haruslah diarahkan agar siswa mampu
memiliki kecepatan baca yang fleksibel. Fleksibelitas membaca dapat diartikan
sebagai keterampilan memilih gaya dalam membaca. Jadi jika bacaan yang kit
abaca berbeda, gaya yang harus kita gunakan pun harus berbeda pula.
Fleksibilitas menyarankan pembaca untuk memiliki variasi kecepatan membaca yang
beragam. Pembaca harus mampu menentukan kapan ia membaca cepat, kapan ia
membaca layap, dan kapan ia harus membaca loncat. Dengan demikian tidak salah
jika ditanyakan bahwa kedewasaan orang membaca dapat ditentukan dari variasi
kecepatan baca yang dia gunakan pada beragam teks bacaan. Dengan kata lain,
orang yang memiliki kedewasaan membaca adalah orang yang fleksibel dalam
membaca.
Dalam
kaitannya dengan tujuan imi, guru hendaknya membekali siswa dengan strategi
membaca yang tepat. Secara umum, ada dua strategi umum yang dapat kita lakukan
agar siswa mampu menjadi pembaca yang fleksibel. Kedua strategi membaca yang
harus dilatihkan guru kepada siswa tersebut dikemukakan Ahuja dan Ahuja (2007)
sebagai berikut:
1.
Kurangi
kecepatan membaca jika:
a.
Menemukan
istilah yang belum kita ketahui maknanya.
b.
Struktur kalimat
dan paragraph yang sulit.
c.
Konsep yang
sulit
d.
Detail teknis
materi
e.
Petunjuk yang
sulit dan mendetail.
f.
Materi yang
ingin kita kuasai secara mendetail.
g.
Materi dalam
bentuk diagram yang menuntut perbandingan antara teks dan diagram.
h.
Materi yang
menuntut kecermatan visualisai.
i.
Tulisan yang
artistic yang mengandung unsure khayalan.
j.
Materi yang
menuntut kehati- hatian dalam memahaminya.
2.
Tingkatkan
kecepatan membaca jika:
a.
Materi yang
sederhana dengan sedikit informasi baru yang kita butuhkan.
b.
Contoh dan
ilustrasi yang tidak kita butuhkan untuk menambah pemahaman.
c.
Penjelasan
detail dan elaborasi yang tidak kita perlukan.
d.
Ide- ide yang
telah dinyatakan pada bagian sebelumnya.
e.
Materi yang
tidak mengandung ide dan fakta penting yang kita butuhkan.
Sejalan
dengan uraian di atas, tujuan pembelajaran membaca yang kedua adalah agar siswa
mampu menjadi pembaca yang fleksibel. Pembaca yang fleksibel bukanlah orang
yang membaca seluruh buku, melainkan pembaca yang mampu menentukan bagian mana
dari buku tersebut yang paling penting untuk dia kuasai. Pembaca yang baik
bukanlah pula pembaca yang senantiasa memaksakan dirinya untuk membaca,
melainkan pembaca yang mampu secara fleksibel mengatur kapan ia membaca dan
kapan ia tidak perlu membaca.
Sekaitan
dengan fleksibilitas membaca, memang ada
prasyarat utama yang harus dimiliki seorang pembaca agar ia mampu menjadi
pembaca yang fleksibel adalah kecepatan membaca itu sendiri. Orang yang mampu
membaca dengan dengan cepat akan lebih cepat menjadi pembaca yang fleksibel.
Selain itu, prasyarat lain yang harus dimiliki pembaca agar ia dapat
dikategorikan pembaca yang fleksibel adalah kepemilikannya terhadap sikap
membaca yang baik yang mampu mendorong iauntuk senantiasa termotivasi dalam
membaca dan ketepatannya memilih dalam lingkungan baca yang mampu mendorong
secara psikologis agar ia memiliki ketenangan, kebebasan, dan keamanan yang
optimal selama ia melakukan kegiatan membaca.
Berpijak
pada prasyarat di atas, jelaslah bahwa membaca secara fleksibel pada dasarnya memiliki
satu tujuan akhir bahwa membaca harus dilakukan guna mencapai suatu pemahaman.
Fleksibilitas membaca yang optimum merupakan kondisi yang muncul ketika pembaca
dapat menyesuaikan tugas bacanya dengan sedikitnya waktu untuk untuk membaca
serta sedikitnya pengeluaran yang ia lakukan, baik secara fisiologis maupun
psikologis. Dengan kata lain, hanya ada dua pertanyaan mendasar yang perlu kita
jawab untuk menjadi pembaca yang fleksibel yakni: (1) berapa waktu yang kita
miliki (2) jenis pemahaman apa yang kita butuhka. Dengan demikian rahasia
pembaca yang baik terletak pada kemampuannya untuk mengetahui kapan dan
bagaimana langkah membaca yang harus ia lakukan guna mencapai pemahaman yang
optimal yang ia butuhkan.
c)
Agar siswa
memperoleh tingkat pemahaman yang cukup atas isi bacaan.
Tujuan
ini menyarankan agar pembelajaran membaca secara lebih khusus melatih siswa
menguasai berbagai strategi membaca. Berdasarkan konsep ini pembelajaran
membaca harus pula membekali siswa dengan pengetahuan metakognitif dalam
membaca. Pengetahuan ini merujuk pada kemampuan siswa untuk memilih dan
menggunakan berbagai strategi membaca agar ia dapat secara optimal memahami isi
bacaan.
Berbagai
strategi baca diciptakan agar pembaca mampu membaca secara cepat dan menemukan
informasi secara cermat dan tepat. Semua strategi baca pada prinsipnya
merupakan panduan bagi seorang pembaca untuk fokus selama ia membaca. Selain
itu, strategi baca juga menyarankan bagi pembaca untuk memiliki tujuan baca
yang jelas hingga ia akan secara optimal mencapai tujuan baca tersebut.
Sekaitan
dengan hal ini ada beberapa hal umum yang harus diperhatikan seorang pembaca
ketika memilih strategi baca yang akan digunakan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan pembaca tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Tujuan membaca
2.
Bahan bacaan
3.
Waktu yang
tersedia untuk membaca
4.
Posisi
pembaca
5.
Jenis membaca
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya membaca adalah memahami isi bacaan, meskipun demikian,
untuk sampai pada kemampuan memahami isi bacaan, ada tahapan- tahapan kemampuan
membaca yang perlu dilalui. Dengan memahami adanya tahapan- tahapan kemampuan
orang membaca tersebut maka guru diharapkan dapat menyesuaikan tujuan- tujuan
pembelajaran dengan tahapan kemampuan belajar membaca.
Pembelajaran membaca dapat diartikan sebagai
serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa untuk mencapai keterampilan membaca.
Pembelajaran membaca bukan semata- mata dilakukan agar siswa mampu membaca,
melainkan sebuah proses yang melibatkan seluruh aktivitas mental dan kemampuan
berfikir siswa dalam memahami, mengkritisi, dan memproduksi sebuah wacana
tertulis.
Membaca
dan pengajaran membaca sangat terkait erat. Kemampuan seseorang dalam membaca
sangat bergantung pada bagaimana ia berhasil dalam belajar membaca sangat
bergantung pada bagaaimana ia berhasil dalam belajar membaca, secara langsung
atau tidak langsung. Kemampuan dan kaepandaian membaca akan mendorong oarang
suka membaca merupakan kunci untuk dapat
meraih kesuksesan dalam berbagai fenomena dalam kehidupan, yang akan dinikmati
kapan dan dimana saja ia berada.
Oleh
karena itu, kedudukan membaca dan pembelajaran membaca sangat diperiotaskan
bagi siswa sejak sekolah dasar sampai ke sekolah menengah. Sebab, apabila siswa gagal, akan mempengaruhi berbagai
kemampuan di bidang lain. Untuk itu, tugas guru bahasa indonesia teradap pembelajaran
membaca di sekolah tidak dipandang sebelah mata, karena kemampuan membaca akan
mempengaruhi prestasi belajar siswa pada bidang-bidang pelajaran yang lain.
Semoga
melalui berbagai kegiatan penelitian pembelakaran bahasa Indonesia, khusunya
pada pelatihan ketrampilan membaca
seperti sekarang akan dapat meningkatkan kepedulian, kemampuan dan peran serta
guru dalam mencerdaskan anak bangsa Indonesia, yang dewasa ini sangat
tertinggal jauh dari perkembangan teknologi dunia yang menglobal.
B.
Saran
Berdasarkan kesimpulan
di atas, maka dapat disarankan sebaiknya
DAFTAR PUSTAKA
Yunus
Abidin, Pembelajaran Membaca Berbasis
Pendidikan Karakter, PT Refika Aditama, Bandung, 2016.
http://soddis.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-dan-tujuan-keterampilan.
(Diakses pada hari rabu tanggal 26 Oktober 2016).
http://belajarbahasa-bahasaindonesia.blogspot.co.id/2012/05/jenis-jenis-membaca.html (Diakses pada hari rabu tanggal 26 Oktober 2016).
http://pgmi-iain.blogspot.com/2011/10/konsep-dasar-pembelajaran- membaca.(Diakses
pada hari rabu tanggal 26 Oktober 2016).
https://khusnin.wordpress.com/2012/09/03/konsep-dasar-ketrampilan-membaca-dalam-pembelajaran-bahasa-indonesia-mutakhir. (Diakses
pada hari rabu tanggal 26 Oktober 2016)
http://pgmi-iain.blogspot.co.id/2011/10/konsep-dasar-pembelajaran-membaca. (Diakses
pada hari rabu tanggal 26 Oktober 2016)
http://dwicahyadiwibowo.blogspot.co.id/2014/04/tujuan-membaca-fungsi-membaca-dan. (Diakses
pada hari rabu tanggal 26 Oktober 2016).
No comments:
Post a Comment