Kasih sayang kewibawaan dan tanggungjawab pendidikan




BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Bahwa kasih sayang, kewibawaan, dan tanggung jawab pendidikan, merupakan ruh dari suatu pendidikan, ketiganya tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Ketiga hal tersebut dapat dikatakan sebagai prasyarat dalam melaksanakan pendidikan. Tanpa kasih sayang anak akan berkembang menurut kemauannya sendiri, karena pendidik sama sekali tidak peduli terhadap perkembangan anak didiknya. Anak didik bertindak semaunya tanpa peduli terhadap pendidiknya. Semua upaya pendidik mungkin akan dilecehkan oleh anak didiknya. Kalaupun anak patuh kepada pendidik, bukan berasal dari hati nuraninya, melainkan mungkin karena paksaan atau merasa terpaksa. Tanpa tanggung jawab dari pendidik, upaya pendidikan tidak akan memiliki arah dan tujuan, karena pendidik akan acuh dalam melaksanakan tugasnnya sebagai orang dewasa yang harus membawa anak didiknya ke arah kedewasaan.
Begitu pula seorang pendidik harus mempunyai kewibawaan tersendiri, Jika anak sudah dapat mengakui kewibawaan pendidik, maka saat itulah dapat dimulai pendidikan dan pengenalan norma yang sesungguhnya. Anak bukan sekedar harus berbuat sesuai dengan norma secara paksa tanpa mengetahui normanya, melainkan norma itu sendirilah yang diperkenalkan kepada peserta didik. Maka dari itu, pendidik harus menjadikan diri sendiri menjadi perwujudan norma itu sendiri. Selain itu, ada atau tidaknya pendidik sangat mempengaruhi sifat peserta didik menghadapi norma.
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana konsep kasih sayang dalam pendidikan?
2.    Bagaimana konsep kewibawaan  dalam  pendidikan?
3.    Bagaimana konsep tanggung jawab dalam  pendidikan?
C.  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuannya adalah untuk:
1.    Mengetahui konsep kasih sayang dalam pendidikan.
2.    Mengetahui konsep kewibawaan dalam pendidikan pendidikan.
3.    Mengetahui tanggung jawab pendidikan.



BAB II
PEMBAHASAN

A.  Konsep Kasih Sayang dalam Pendidikan
Kasih sayang merupakan fitrah manusia, artinya setiap manusia ditakdirkan oleh Allah SWT memiliki kasih sayang terhadap sesamanya. Dalam hal pendidikan, kasih sayang harus mendasari semua upaya dalam membawa anak menuju tujuannya, yaitu kedewasaan. Orang tua (ayah dan ibu) sudah pasti seharusnya mereka menumpahkan kasih sayang terhadap anak-anaknya selama meraka membimbingnya sampai mencapai dewasa.
Begitupun juga seorang guru sebagai pendidik, mereka harus menumpahkan kasih sayang pula terhadap anak didiknya karena kasih sayang merupakan syarat mutlak dalam melakukan interaksi dengan anak didiknya, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Tanpa kasih sayang pendidikan takan bermakna apa-apa.
1.    Makna Kasih Sayang
Kasih sayang merupakan pola hubungan yang unik di antara dua orang manusia atau lebih. Pola hubungan ini ditandai oleh adanya perasaan kasih sayang, saling mengasihi, saling mencintai, saling memperhatikan dan saling memberi. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa kasih sayang adalah kebutuhan alami manusia sehingga akan mempengaruhi kehidupannya. Manusia tidak bisa hidup tanpa makanan dan minuman, demikian juga manusia tidak bisa hidup tanpa kasih sayang. Manusia mencintai dirinya dan ingin dicintai oleh orang lain. Anak-anak lebih membutuhkan kasih sayang daripada orang dewasa.
Seorang anak tidak begitu peka apakah ia tinggal di gunung atau di hutan, jenis pakaian apa yang dikenakan atau menu makanan apa yang dimakan, anak tidak begitu peka tapi ia sangat peka dengan perasaan orang lain terhadapnya. Kasih sayang merupakan suatu penyerahan diri secara total dari pendidik (orang dewasa) tanpa pamrih kepada anak didik, dengan tujuan mencapai tujuan pendidikan, yaitu kedewasaan. Dengan kasih sayang seorang pendidik menyerahkan seluruh pribadinya demi kepentingan anak didik, dengan tanpa memikirkan pembalasan apa yang diharapkan dari si anak.
Kasih sayang adalah kebutuhan setiap orang, maka kasih sayang sedemikan dahsyat mempengaruhi kehidupan anak manusia. Anak-anak yang dibesarkan dalam limpahan kasih sayang akan tumbuh menjadi anak yang mandiri dan kuat dan memiliki ketajaman hati nurani. Dengan kasih sayang yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya, anak nantinya akan mampu memperlakukan orang lain dengan penuh kecintaan. Ketika ia dewasa ia akan belajar mencintai istriya, anak-anaknya, sahabat, dan masyarakat disekitarnya dengan maksimal. Manusia yang dicintai akan membalas kasih sayang orang yang mencintainya. Karena manusia itu pada dasarnya sangat mencintai dirinya, maka ia juga akan mencintai orang yang mencintai dirinya dan memandang dengan pandangan yang positif. Begitu pula anak-anak yang tumbuh dalam lautan kasih sayang orangtuanya akan memandang orangtuanya sebagai manusia yang baik, bisa dipercaya dan patut didengar. Orangtua yang mencintai anaknya akan lebih banyak manuai sukses dalam mendidik anak-anaknya.
Kasih sayang mempengaruhi kesehatan fisik. Hati yang berbunga-bunga karena limpahan kasih sayang akan menyehatkan saraf dan fisik. Anak-anak yang kenyang dengan kasih sayang orangtuanya, tubuhnya lebih sehat dari anak-anak yang kurang mendapatkan kasih sayang. Anak-anak yang besar dalam limpahan kasih sayang orangtua akan menjadi anak-anak yang memiliki hati yang hangat.
Karena sudah merasakan kebahagiaan kasih sayang dari orangtuanya. Kasih sayang juga akan menyelamatkan anak-anak dari sifat-sifat kerdil. Anak-anak yang kurang atau tidak mendapatkan kasih sayang orangtuanya akan tumbuh sebagai anak yang merasa terkucilkan. Ia akan membenci orangtua dan orang lain dan besar kemungkinan akan menjadi anak-anak yang suka melakukan hal-hal yang berbahaya.

2.    Dampak Kasih Sayang yang Berlebihan
Kasih sayang orangtua memang penting tapi kalau terlalu berlebihan akan mendatangkan akibat yang tidak diharapkan. Kasih sayang itu seperti air atau makanan kalau diberikan dengan ukuran yang tepat dan dengan jumlah yang tepat, maka anak memberikan hasil yang maksimal, tapi kalau tidak demikian akan berubah menjadi sesuatu yang tidak baik. Kasih sayang yang terlalu berlebihan untuk anak-anak adalah pengkhianatan.
Anak-anak itu bukan mainan orangtua, tapi ia adalah manusia yang masih kecil yang harus dididik untuk menyongsong masa depannya. Orangtua harus sadar bahwa, suatu hari mereka akan lepas dari mereka. Anak-anak juga tidak selamanya anak-anak. Mereka akan tumbuh menjadi dewasa dan harus bergaul dalam kehidupan sosial akan mengalami hal-hal yang menyenangkan, menyedihkan, menyengsarakan dan membahagiakan.
Sebagai orangtua yang baik, mereka harus mempersiapkan sesuatu untuk masa depan anak-anak mereka. Mereka harus dididik supaya menjadi manusia yang tangguh di hari esok. Jangan membiarkan mereka menjadi anak-anak yang tidak berdaya, lemah dan selalu mengiba-iba uluran tangan orang lain.
 Akibat negatif kasih sayang berlebihan antara lain :
a.    Tumbuhnya sikap ingin diperlakukan istimewa
b.    Anak akan mengalami masalah dalam kehidupan rumah tangganya.
c.    Anak akan menjadi anak yang sangat rentan dengan masalah, kehilangan kepercayaan diri, tidak berani mengmabil resiko, tidak mau melakukan pekerjaan-pekerjaan yang penting dan selalu mengharapkan uluran tangan oran lain.
d.    Anak tidak mau lagi mengembangkan diri karena merasa cukup dengan apa yang diterimanya.
e.    Anak bisa jadi memiliki sifat tercela, seperti sombong, egois, minimnya simpati untuk orang lain, dan lain-lain.


3.    Hidup Tanpa Kasih Sayang
Menurut Husain Mazhahiri (2002), bahwa kecintaan/ kasih sayang meninggalkan bekasnya secara positif pada anak, dan menjadikan perilakunya dimasa yang akan datang memilikisifat kasih sayang dan kecintaan. Sebaliknya, andaikan suatu kecintaan hilang dari rumah tangga, dan rumah tangga menjadi korban kebekuan dan kekerasan, maka masa depan anak akan terlempar pada marabahaya, dan kepribadiannya, dimasa datang akan memiliki sifat-sifat kekerasan dan emosional yang melampaui batas.
Jadi anak yang hidup tanpa kasih sayang orang tuanya, pada masa yang akan datang setelah ia dewasa akan menampakan kebenciannya terhadap masyarakat sekitar, dan menunjukan ketidak peduliannya terhadap oarng lain. Ia tidak menunjukan jiwa tolong menolong dan belas kasih sayang terhadap masyarakat sekitarnya, sehingga ia menjadi manusia yang tidak berperasaan.
4.    Peranan Kasih Sayang Dalam Pendidikan
Peranan kasih sayang dalam pendidikan di sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam membentuk sikap, kepribadian dan perilaku anak disamping peran keluarga dan masyarakat. Banyak peran yang semestinya dilakukan oleh seorang pendidik dalam menjalankan proses pendidikan, diantaranya:
a.    Pendidik sebagai pembimbing
Dengan kasih sayang diberikan oleh pendidik, anak akan mendapatkan bimbingan untuk menjalani kehidupan, baik yang sedang dijalani saat ini maupun bekal kehidupan dimasa yang akan datang. Banyak peserta didik yang tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya , pendidik ditempatkan sebagai tempat bertanya, mengadu, meminta pendapat, berkeluh kesah, curhat, berlindung dan posisi lainnya dalam diri seorang anak didik.


b.    Pendidik sebagai pembentuk kepribadian
Seorang pendidik yang baik akan memperhatikan tingkah laku peserta didiknya sebagai bagian dari perannya dalam menjalankan proses pendidikan. Pembentukan kepribadian anak disekolah merupakan hal yang tidak mudah, terbukti dari beberapa pemberitaan media massa/ koran, seorang anak didik yang melakukan bunuh diri karena ingin menyelamatkan harga diri dan rasa malu yang dialaminya karenatidak dapat membayar uang sekolah.
c.    Pendidik sebagai tempat perlindungan
Tindakan anak yang kabur dari rumah merekakarena diakibatkan tidak menemukan kasih sayang dirumahnya. Dalam tindakan ini anak akan mencari perlindungan kepada siapa saja yang dianggap dekat atau yang dapat memberikan perhatian, beruntung jika mereka mendapat tempat berlindung pada orang yang berlatar belakang baik, tetapi jika sebaliknya , maka akan berakibat merusak masa depannya.
Maka semestinyasebagai seorang pendidik harus bisa menyikapi permasalahan-permasalahan yang dihadapi para peserta didiknya, pendidik harus dapat berlaku bijaksana , memberikan kasih sayang dan harus dapat memberikan perlindungan terhadap anak didiknya.
d.   Pendidik sebagai figur tauladan
Seorang pendidik harus berperilaku ramah, hangat dan selalu tersenyum, tidak memperlihatkan muka kusam atau kesal, merespon pembicaraan atau pertanyaan anak didik, sehingga akan menumbukan kondisi psikologis yang menyenagkan bagi anak dan dapat menjadi contoh bagi para anak didiknya.
e.    Pendidik sebagai sumber pengetahuan
Pendidik harus mentransfer pengetahuan dengan didasari oleh kasih sayang pada saat memberikan materi dan bimbingan. Sebagai seorang pendidik juga harus bertanggung jawab memikirkan sikap dan perilaku anak didiknya dikemudian hari. Dalam proses pembeljaran dimana terjadi tranformasi pengetahuan, sikap memberi dan melarang semestinya dilakukan secara hati-hati terhadap anak didiknya. Pengetahuan dapat merubah sikap dan perilaku anak, perubahan dapat positif apabila pengetahuan yang diterima anak sesuai dengan masanya dan sebaliknya apabila tidak sesuai akan membentuk perilaku anak yang negatif. Misalnya pendidikan seks yang diberikan guru dengan tidak hati-hati akan berdampak pada perilaku yang salah tentang kehidupan seks. Oleh karena itu, seorang guru dalam menyampaikan pengetahuan harus didasari dengan kasih sayang.
Beberapa hal yang mungkin terjadi apabila guru tidak berhati-hati dalam menyampaikan pengetahuan :
1). Akan merusak jalinan kasih sayang di antara guru dan anak didik.
2). Anak akan belajar pada sumber lain yang apabila tidak di bimbing tidak menutup kemungkinan menghasilkan perilaku yang tidak di harapkan.
3).Kurangnya bimbingan dari guru sebagai pendidik akan menumbuhkan perilaku yang tiak bertanggung jawab atas perbuatannya.
Dengan demikian jelaslah bahwa kasih sayang memegang peranan penting, tidak hanya di lingkungan keluarga, tetapi sudah seharusnya di sekolah, guru sebagai pengganti orang tua menumbuh kembangkan hubungan kasih sayang dengan anak didiknya. Dengan ketulusan dan rasa kasih sayang yang diberikan oleh seorang guru, anak didik akan merasa senang mengikuti proses pendidikan di sekolah dan tujuan pendidikan akan mudah diwujudkan.
B.  Konsep Kewibawaan dalam Pendidikan
Kewibawaan  adalah suatu daya mempengaruhi yang terdapat pada seseorang, sehingga orang lain yang berhadapan dengan dia, secara sadar dan suka rela menjadi tunduk dan patuh kepadanya.
Pengenalan dan pengakuan kewibawaan membutuhkan bahasa, sehingga pengenalan dan pengakuan wibawa itu berjalan sejajar dengan tumbuhnya bahasa pada kanak-kanak. Bahasa merupakan tempat pertemuan antara pendidik dan peserta didik. Dengan bahasa, peserta didik dapat mengerti apa arti anjuran dan larangan dari pendidik, sehingga dengan demikian dapatlah dikenal dan diakui berwibawa.
Guru sebagai seorang pendidik harus memiliki kewibawaan dalam pembelajaran didalam kelas maupun kegiatan lain di luar kelas. Interaksi atau hubungan pendidikan tersebut, biasanya diwarnai oleh adanya aspek pendidikan yang didasari dengan kewibawaan. Hal ini menunjukan bahwa adanya ikatan hakiki antara pendidikan dan kewibawaan, yakni kewibawaan yang diperlukan oleh pendidikan.
Kewibawaan merupakan syarat mutlak dalam pendidikan, artinya jika tidak ada kewibawaan makapendidikan itu tidak mungkin terjadi. Sebab, dengan adanya kewibawaan segala bentuk bimbingan yang diberikan oleh pendidik akan diikuti secara suka rela oleh anak didik. Sebaliknya bila kewibawaan tidak ada, segala bentuk bimbingan dan pendidikan tidak mungkin diturutioleh anak didik, sehingga tanpa kewibawaan, pendidik akan kehilanggan predikatnya sebagai pendidik.
Tetapi hal ini bukan berarti bahwa pendidikan harus melaksanakan kewibawaan secara ajeg kepada anak didik sepanjang masa, melainkan harus selalu disesuaikan dengan keselarasan bertambahnya kedewasaan anak didiknya.
1.    Makna kewibawaan
Ciri utama yang seharusnya dimiliki oleh seorang pendidik yaitu adalah adanya kewibawaan yang terpancar dari dirinya terhadap anak didik.  Kewibawaan adalah suatu pengaruh yang diakui kebenaran dan kebesarannya, bukan sesuatu yang memaksa. Kewibawaan harus berbanding dengan ketidak berdayaan anak didik, jika pendidik kemampuannya tidak berbeda dengan anak didik, maka kewibawaan seorang pendidik tersebut akan sukar ditegakan. Dengan demikian kewibawaan seorang pendidik akan diakui apabila pendidik mempunyai kelebihan dari anak didik baik sikap, pengetahuan maupun ketrampilannya.
Pendidik harus memiliki kewibawaan dimata anak didik, karena anak didikmembutuhkan perlindungan, bantuan, bimbingan, dan lain sebagainya dari seorang pendidik dan seoarang pendidik harus bersedia untuk memenuhinya. Kewibawaan adalah suatu daya memengaruhi yang terdapat pada seseorang, sehingga orang lain yang berhadapan dengan dia, secara sadar dan suka rela menjadi tunduk dan patuh kepadanya. Jadi barang siapa yang memiliki kewibawaan, akan dipatuhi secara sadar dengan tidak terpaksa, dengan tidak merasa diharuskan dari luar, dengan penuh kesadaran, keinsyafan, tunduk, patuh, menuruti semua yang dikehendaki oleh pemilik kewibawaan itu.
2.    Macam-macam Kewibawaan
Ditinjau dari daya mempengaruhi seseorang, maka kewibawaan dapat dibedakan menjadi:
a.  Kewibawaan lahir
Yaitu kewibawaan yang timbul akibat kesan-kesan lahiriah seseorang.
b.  Kewibawaan batin
Seperti adanya rasa cinta, adanya rasa demi kamu, adanya kelebihan batin dan ketaatan kepada norma.
Dua macam kewibawaan itu harus ada dalam pendidikan.
3.    Fungsi Kewibawan dalam Pendidikan
Selanjutnya akan kita bicarakan mengenai fungsi-fungsi kewibawaan dalam pendidikan.Artinya pembawa yang dipergunakan sampai waktu si anak menjadi dewasa, dan sesudah dewasa, gezag itu dihentikan. Pendidikan terdapat dalam pergaulan antara orang dewasa dan anak-anak. Sebagai pergaulan antar orang dewasa sesamanya, orang menerima dan bertanggung jawab sendiri terhadap pengaruh-pengaruh pergaulan. Dalam hal ini tampak bahwa fungsi kewibawaan yaitu membawa si anak ke arah pertumbuhannya yang kemudian dengan sendirinya mengakui wibawa orang lain dan mau menjalankannya juga.


4.    Awal Penerimaan Kewibawaan Oleh Anak
Kewibaan itu menentukan bentuk perlakuan yang harus diikuti serta menghalangi maupun menolak yang tidak dikehendaki . Seandainya hal terakhir ini hanya dapat dilakukan dengan pembuktian atau atas dasar keterikatan pada pribadi pendidik ataupun dengan paksaan ,maka si anak akan tetap tinggal tak terdidik, sebab itu kewibawaan merupakan syarat mutlak (conditio sine qua non) untuk mendidik.
Dari manakah anak didik mendaptkan keberanian moral untuk mencoba menjalankan dan menuruti kewibawaannya ? jawbannya adalah mereka akan mendapatkannya dalam rasa kasih yang menjadi pengikat bagi mereka. Dalam kasih itu anak didik yang tak berdaya menurut kodratnya itu menaruh (mencurahkan kepercayaannya), yang karena kemurniannya menjadi pendorong dan pemberi semangat bagi pendidik untuk melakukan tugasnya serta memberi kepadanya keyakinan akan kesanggupan diri sendiri.
Di dalam arti luas, pendidikan itu mencakup tindakan di atas, tetapi dalam arti sempit, pendidikan baru dimulai setelah anak menghayati kewibawaan pendidik, seperti dikatakan oleh Langeved (1980), bahwa pendidikan itu baru dapat dimulai, apabila anak sudah mengakui atau menghayati kewibawaan orang tua atau endidiknya, dan anak dapat mengakui kewibawaan pendidiknya, apabila anak sudah memahami (mengerti) bahasa. Anak baru dipandang mengerti bahasa apabila anak sudah berumur 3 tahun.
Karena itulah Langeved berpendapat, bahwa pendidikan anak yang sesungguhnya baru dimulai pada umur 3 tahun. Kalau ada usaha pendidikan yang dimulai atau  diberikan sebelum anak berusia 3 tahun, ini disebutnya dengan pendidikan pendahuluan. Dalam pendidikan pendahuluan ini, karena anak belum mengenal dan mengakui kewibawaan, maka boleh menggunakan rasa takut, atau peringatan, agar anak didik mau menuruti apa yang dikehendaki atau dilarang oleh pendidik.

5.    Mempertahankan Kewibawaan dalam Pendidikan
Pendidik harus mempertahankan kewibawaan yang di milikinya sehingga kewibawaan tersebut harus di pelihara dan di binanya langeveld (dalam umar tirtaraharja dkk 2000) mengemukakan tigaseni kewibawaan untuk memeliharanya,yaitu:
a.    Kepercayaan
Pendidik harus percaya bahwa dirinya bisa dan mampu mendidik dan juga harus percaya bahwa anak didik dapat di didik.
b.    Kasih sayank
Kasih sayang mengandung dua makna yakni penyerahan diri kepada yang di kasih sayangi dan pengendalian terhadap yang di sayangi.dengan penyerahan diri,pada pendidik timbul kesediaan untuk berkorban berupa pengabdian dalam bekerja pengendalian terhadap yang di sayangi agar  anak didik tidak berbuat sesuatu yang merugikan dirinya.
c.    Kemampuan mendidik
Kemampuan mendidik dapat dikembangkan melalui beberapa cara diantaranya pengkajian terhadap ilmu pengetahuan khususnya ilmu pendidikan , mengambil manfaat daripengalaman kerja dll.
Selain ketiga hal di atas, dalam mempertahankan kewibawaan tersebut perlu didukung oleh keadaan batin pemilik kewibawaan ( orang dewasa : orang tua, guru dan yang lainnya ), yaitu :
1). Adanya rasa cinta
Kewibawaan itu dapat dimiliki seseorang apabila hidupnya penuh kecintaan dengan atau kepada orang lain.
2). Adanya rasa demi kamu
Adalah suatu sikap yang dapat dilukiskan sebagai suatu tindakan, perintah atau anjuran bukan untuk kepentingan memerintah tetapi untuk kepentingan orang yang diperintah.
3). Adanya kelebihan batin
Seorang guru yang menguasai bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya, bisa berlaku adil dan objektif, bijaksana, merupakan contoh-contoh yang dapat menimbulkan kewibawaan batin.
4). Adanya ketaatan kepada norma
menunjukkan bahwa dalam tingkah lakunya dia sebagai pendukung norma yang sungguh-sungguh, selalu menepati janji yang pernah di buat, displin dalam hal-hal yang yelah di gariskan.
Selanjutnya dalam melaksanakan kewibawaan pendidik hendaknya memperhatikan beberapa faktor berikut :
(a). Perkembangan anak sebagai pribadi
Pendidik hendaknya mengabdi kepada perkembangan anak,  mengembangkan seluruh pribadi anak, baiak intelektualnya, emosinya, dan spiritualnya.
(b). Pendidik memberi kesempatan kepada anak didik untuk berinisiatif, anak melakukan kegiatan atas inisiatif sendiri.
Makin berkembangnya anak, memberi inisiatif padanya makin besar dan luas, dan akhirnya diharapkan segala perbuatannya atas dasar inisiatif sendiri bukan atas perintah dari pendidik.
(c). Kewibawaan dilaksanakan atas dasar kasih sayang kepada anak
Pendidik berbuat sesuatau demi kepentingan anak didik, mengabdi kepada anak didik, bukan untuk kepentingan pendidik.
6.    Kewibawaan dan Peserta Didik
Dapat dikatakan bahwa kewibawaan ialah syarat mutlak (conditiosine qua non) untuk mendidik. Lengeveld berpendapat bahwa pendidikan anak sesungguhnya baru dimulai pada umur 3 tahun. Jika ada usaha yang dimulai atau diberikan sebelum anak berusia 3 tahun, ini disebut dengan pendidikan pendahuluan.

Jika anak sudah dapat mengakui kewibawaan pendidik, maka saat itulah dapat dimulai pendidikan dan pengenalan norma yang sesungguhnya. Anak bukan sekedar harus berbuat sesuai dengan norma secara paksa tanpa mengetahui normanya, melainkan norma itu sendirilah yang diperkenalkan kepada perdik. Maka dari itu, pendidik harus menjadikan diri sendiri menjadi perwujudan norma itu sendiri. Selain itu, ada atau tidaknya pendidik sangat mempengaruhi sifat perdik menghadapi norma.
Adapun tahap-tahap proses penerimaan norma adalah sebagai berikut:
a. Anak menghadapi pendidik sebagai pendukung norma tertentu, yang selalu dilihatnya melaksanakan norma itu.
b.  Anak kemudian mengerti bahwa tindakan-tindakan tingkah laku pendidiknya itu diatur oleh norma.
c.  Setelah anak menglihat norma terlepas dan si pendukung norma, maka tindakan atau tingkah laku pendidik sebagai pendukung norma, selalu dibandingkan dengan norma yang diketahui anak, juga dengan peraturan atau norma yang dikatakan oleh pendidiknya itu.
d.  Bila ternyata pendidik mempunyai tingkah laku yang cocok dengan norma yang dikemukakannya atau dinasehatinya, maka anak akan menerima norma itu dengan sukarela. Tetapi bila perdidik tahu bahwa tindakan atau perbuatan pendidik itu tidak cocok atau bahkan bertentangan dengan norma yang dinasihatkan, maka anak didik akan menolaknya, dan tidak akan melaksanakan norma itu.
Maka dapat dikatakan perkembangan kewibawaan anak didik ditandai dengan tumbuhnya kepercayaan. Dalam lingkungan pendidikan, kepercayaan yang diberikan oleh pendidik kepada anak didik mempunyai dua arti:
a.  Bahwa keinginan pendidik untuk terus mengikat pribadi anak didik pada dirinya telah dapat diatasi oleh pendidik itu.
b.  Bahwa kepercayaan itu merupakan tempat sumber bagi anak didik untuk tumbuh dan berkembang.
Kepercayaan itu memberikan dorongan kepada peserta didik agar ia berani dan penuh keyakinaan berusaha supaya ia menjadi dewasa, kedewasaan dapat dikatakan akhir masa pendidikan dalam arti apabila menusia itu telah dianggap menjalankan kewibawaan atas diri dan segala sesuatu yang dipercaya dan disamping itu tetap mengakui serta menurut kepada kewibawaan yang lebih besar dan tinggi.
C.  Konsep Tanggung Jawab dalam Pendidikan
Manusia adalah makhluk yang mempunyai tanggung jawab dan kewajiban. Setiap manusia mempunyai tanggung jawab terhadap orang lain, terutama terhadap orang-orang yang berada dibawah kekuasaannya,
pemimpin bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya sehingga seorang pemimpin atau penguasa akan ditanya tentang rakyatnya, seorang laki-laki bertanggung jawab atas keluarganya, seorang istri akan bertanggung jawab di rumah dan anak suaminya begitu juga seorang pendidik memiliki tanggung jawab terhadap anak didiknya, orang tua anak didik, masyarakat, bangsa dan Tuhan, tentang apa yang telah dikerjakannya.
1.    Pengertian tanggung jawab
Tanggung jawab dalam arti harfiah ialah tanggungan beban untuk menjawab atau lebih tegasnya adalah tanggungan beban untuk menerangkan suatu kelakuan tertentu. Bertanggung jawab selalu dalam hubungan dengan orang lain. Bertanggung jawab dapat menerangkan perbuatan kita dan kepentingan kita dengan orang lain. Tidak mengganggu orang lain berarti dewasa secara sosial, dewasa secara sosial berarti dapat bertanggung jawab atas segala perbuatan.
Bertanggung jawab dimaksudkan sebagai suatu keadaan dimana semua tindakan atau perbuatan atau sikap merupakan penjelmaan dari nilai-nilai moral serta nilai-nilai luhur kesusilaan dan keagamaan. Bisa juga dikatakn bahwa bertanggung jawab berarti dapat didakwa berdasarkan nilai-nilai moral dan nilai-nilai susila maupun nilai-nilai agama. Dengan kata lain bertanggung jawab berarti berada dalam tatanan norma, kesusilaan dan agama, dan tidak di luarnya.


2.    Pendidikan dan Tanggung Jawab
Menyinggung masalah peserta didik, khususnya pada tingkat dewasa, hendaknya para pendidik harus mengetahui apa yang disebut kedewasaan. Karena pada hakekatnya pendidikan adalah mendewasakan anak. Kedewasaan adalah ketika peserta didik telah bertanggung jawab atas keadaan dirinya baik secara psikologis, paedagogis, biologis dan sosiologis.
Disekolah guru merupakan pendidik yang paling bertanggung jawab dalam membimbing anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yakni adalah berkembangnnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab yang tercantum dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003. Bottom of Form
Hasil pendidikan adalah manusia yang bertanggung jawab seperti yang dijelaskan dalam tujuan pendidikan nasional tadi bahwa, tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia sosial yang cakap dan warga negara demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan dan tanah air. Rumusan tujuan pendidikan terdiri atas dua bagian, yaitu :
a.    Tujuan individual : membentuk manusia susila yang cakap. Istilah manusia susila yang cakap dimaksudkan bahwa setiap manusia indonesia harus mendapat pendidikan dan pengajaran sehingga manusia Indonesia menjadi manusia yang susila dan juga cakap. Bukan individu yang susila tetapi tidak cakap, juga bukan individu yang cakap tetapi tidak susila. Karena individu susila yang tidak cakap tidak akan menjadikan sejahtera dan kemakmuran bangsanya.  Dan individu yang cakap tetapi tidak susila dapat berbahaya bagi bangsa dan masyarakat sebab kecakapan yang dimiliki digunakan untuk menjalankan kejahatan terhadap bangsanya, masyarakatnya atau menjadi manusia yang tidak bertanggung jawab.
b .Tujuan kemasyarakatan : membentuk warga negara demokratis serta tanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Jadi yang dikehendaki adalah warga negara yang berjiwa demokratis dan sekaligus tanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya, manusia dapat dilihat dari dua aspek yakni :
1)      Manusia sebagai Makhluk Tuhan
Manusia sebagai makhluk tuhan berkewajiban untuk melaksanakan segala perintahnya dan segala larangannya. Dalam ajaran islam ada tiga inti ajaran islam yaitu: iman, islam, dan ihsan. Dalam hal ini Allah telah memberi petunjuk melalui Al-Quran dan sunnah, bagaimana manusia harus beriman (ingat rukun iman) bagaimana manusia harus menjalankan syariat islam (ingat rukun islam), dan bagaimana manusia harus berbuat baik, dalam berbuat baik kepada Allah, dan berbuat baik kepada sesama manusia, maupun berbuat baik kepada sesama makhluk lainnya (misalnya), serta berbuat baik kepada alam dan lingkungannya, manusia sama sekali tidak boleh merusak alam (menjarah hutan, merusak keseimbangan kehidupan).
Pendidik sebagai makhluk tuhan dalam hidup dan kehidupannya senantiasa harus tunduk dan taat untuk melaksanakan aturan-aturan tuhan tersebut. Karena itu seorang guru sebagai pendidik di sekolah, sudah seharusnya memahami nilai-nilai/norma-norma agama dan sekaligus sudah dapat melaksanakannya dalam segalan aspek kehidupannya.
2)  Manusia dalam hubungannya dengan Sesama Manusia dan Alam
(a). Tanggung jawab Manusia terhadap Keluarga
Allah swt. telah berfirman di dalam Al-Quran, wahai oran g-orang yang beriman, perliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnnya adalah manusia dan baku penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai allah terhadap apa-apa yang diperintahkan-nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (Q.S. At-Tahrim : 6)
(b). Tanggung jawab terhadap Sanak-kerabat
Rasulullah saw bersabda, “aku berpesan kepada umatku baik yang hadir maupun yang tidak hadir, maupun yang kini mereka masih berada dalam tulang sulbi ayah atau rahim ibu mereka hingga hari kiamat, hendaklah mereka menjalin silaturahmi dengan sanak kerabat mereka, karena silaturahmi merupakan bagian dari agama.
(c). Tanggung jawab manusia terhadap masyarakat
         Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai mahluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain. Sehingga dengan demikian manusia disini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyrakat tersebut. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
(d).   Tanggung jawab manusia tehadap alam
Allah Swt telah menciptakan alam dan telah memberikan kepada manusia yang dengan kemampuan itu manusia dapat menyingkap beberapa rahasia alam dan memanfaatkannya untuk membangun alam dan kehidupan yang lebih baik.
Oleh karena itu manusia harus menghargai segala nikmat Allah dan menggunakan pada tempatnya. Menusia harus menganggap barang tambang berharga itu sebagai nikmat Allah yang diciptakan untuk dimanfaatkan oleh mereka buakn untuk dihambur-hamburkan dan disia-siakan.


3.    Tindakan yang berkaitan dengan Bertanggung Jawab
Untuk membahas tindakan yang bertanggung jawab khususnya disekolah, perlu dikemukakan contoh-contoh berikut:
Ada seorang guru sekolah dasar setiap pagi setiap pagi selalu datang setengah jam sebelum pembelajaran di sekolah dimulai. Hal tersebut selalu dilakukan baik pada hari hujan maupun tidak.
Waktu pulang ia selalu yang terakhir, sebab setelah lonceng tanda sekolah berbunyi dan setelah murid-muridnya pulang, guru ini terlebih dahulu memeriksa kelasnya, barangkali ada kapur yang tertinggal dimeja. Kapur itu walau hanya sepotong ia masukan kedalam lemarinya. Kemudian diperiksanya semua bangku atau meja murid-muridnya kalau ada barang murid-muridnya yang tertinggal.
Sebelum pulang, sebentar seorang guru menghadap kepada kepala sekolah dan mohon diri memberitahukan bahwa ia akan pulang. Setelah itu barulah ia pulang. Guru semacam ini merupakan contoh dari manusia yang sudah bertanggung jawab.
Seorang guru harus bertanggung jawab terhadap tugasnya sebagai guru, yaitu mendidik dan mengajar anak-anak yang telah dipercayakan orang tua anak kepadanya. Sekarang sudah ada undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen yang merupakan suatu landasan moral bagi guru untuk menjalankan tugasnya secara profesional karena itu guru yang bertanggung jawab senantiasa akan berbuat dan bertindak tidak keluar dari undang-undang tersebut.












BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

1.   Konsep Kasih Sayang Dalam Pendidikan
Kasih sayang merupakan fitrah manusia, artinya setiap manusia ditakdirkan oleh Allah SWT memiliki kasih sayang terhadap sesamanya. Dalam hal pendidikan, kasih sayang harus mendasari semua upaya dalam membawa anak menuju tujuannya, yaitu kedewasaan. Orang tua (ayah dan ibu) sudah pasti seharusnya mereka menumpahkan kasih sayang terhadap anak-anaknya selama meraka membimbingnya sampai mencapai dewasa.
Begitupun juga seorang guru sebagai pendidik, mereka harus menumpahkan kasih sayang pula terhadap anak didikannya karena kasih sayang merupakan syarat mutlak dalam melakukan interaksi dengan anak didiknya, baik didalam kelas maupun diluar kelas. Tanpa kasih sayang pendidikan takan bermakna apa-apa.
2.   Konsep Kewibawaan dalam Pendidikan
Kewibawaan  adalah suatu daya mempengaruhi yang terdapat pada seseorang, sehingga orang lain yang berhadapan dengan dia, secara sadar dan suka rela menjadi tunduk dan patuh kepadanya.
Guru sebagai seorang pendidik harus memiliki kewibawaan dalam pembelajaran didalam kelas maupun kegiatan lain di luar kelas. Interaksi atau hubungan pendidikan tersebut, biasanya diwarnai oleh adanya aspek pendidikan yang didasari dengan kewibawaan. Hal ini menunjukan bahwa adanya ikatan hakiki antara pendidikan dan kewibawaan, yakni kewibawaan yang diperlukan oleh pendidikan.


Kewibawaan merupakan syarat mutlak dalam pendidikan, artinya jika tidak ada kewibawaan maka pendidikan itu tidak mungkin terjadi. Sebab, dengan adanya kewibawaan segala bentuk bimbingan yang diberikan oleh pendidik akan diikuti secara suka rela oleh anak didik. Sebaliknya bila kewibawaan tidak ada, segala bentuk bimbingan dan pendidikan tidak mungkin dituruti oleh anak didik, sehingga tanpa kewibawaan, pendidik akan kehilanggan predikatnya sebagai pendidik.
3.   Konsep Tanggung Jawab dalam Pendidikan

Manusia adalah makhluk yang mempunyai tanggung jawab dan kewajiban. Setiap manusia mempunyai tanggung jawab terhadap orang lain, terutama terhadap orang-orang yang berada dibawah kekuasaannya, pemimpin bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya sehingga seorang pemimpin atau penguasa akan ditanya tentang rakyatnya, seorang laki-laki bertanggung jawab atas keluarganya, seorang istri akan bertanggung jawab di rumah dan anak suaminya begitu juga seorang pendidik memiliki tanggung jawab terhadap anak didiknya, orang tua anak didik, masyarakat, bangsa dan Tuhan, tentang apa yang telah dikerjakannya.
B.    Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat disarnkan sebaiknya :
1.      Konsep Kasih Sayang Dalam Pendidikan
Seharusnya sebagai seorang pendidik mereka harus menumpahkan kasih sayang pula terhadap anak didikannya bukan hanya sekedar mengajar saja karena kasih sayang merupakan syarat mutlak dalam melakukan interaksi dengan anak didiknya, karena tanpa kasih sayang pendidikan takan bermakna apa-apa.
2.      Konsep Kewibawaan dalam Pendidikan
Seharusnya sebagai seorang pendidik harus mempunyai kewibawaan tersendiri bagi para anak didiknya sehingga secara sadar dan suka rela anak didik akan menjadi tunduk dan patuh kepadanya.
Guru sebagai seorang pendidik harus memiliki kewibawaan dalam pembelajaran didalam kelas maupun kegiatan lain di luar kelas.
3.      Konsep Tanggung Jawab dalam Pendidikan

Seharusnya sebagai seorang pendidik yang baik harus bertanggung jawab dengan apa tugas yang hendak dilaksanakannya dalam mendidik anak didiknya karena manusia adalah makhluk yang mempunyai tanggung jawab dan kewajiban.



































DAFTAR PUSTAKA


-          Sadulloh, U. Dkk. (2010). Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung : Alfabeta
-          Purwanto, N. (2007). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
-          Sadulloh, U. Robandi, B. Muharam, A. (2007). Bandung : Cipta Utama
-          Sadulloh, U. Robandi, B. Muharam, A. (2009). Bandung : UPI Press


No comments:

Post a Comment