MANAJEMEN
SEKOLAH BAGIAN II
MAKALAH
Ditujukan
guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Manajemen Berbasis Sekolah
Dosen
Pengampu: Moh. Ridwan. M.Pd.I
Disusun
Oleh Kelompok
V Semester V kelas SD13.A2
Ibat Muhibatun Adawiah 130641082
Ika Nurprihandini 130641056
Reni Triana 130641069
Tiwi Noviyanti 130641042
Wahyu Rosidin 130641073
Warlinah 130641055
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH CIREBON
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berkah dan rahmat-Nya.
Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya,
tetapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Penyusunan makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Makalah ini berjudul tentang “Manajemen Sekolah Bagian II”
yang didalamnya membahas tentang kepemimpinan kepala sekolah, manajer sekolah,
kepemimpinan kepalah sekolah, cara mengkomunikasikan visi sekolah, cara
memberdayakan dan pemberdayaan guru.
Terima kasih penulis sampaikan kepada:
1.
Moh. Ridwan, M.Pd.I selaku
Dosen Pengampu mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah.
2.
Teman-teman
yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
|
Cirebon, November 2015
Penulis
Penulis
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar
Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan
Penulisan ...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 2
A. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah ..................................... 2
B. Manajer Sekolah ....................................................................................... 5
C. Kepemimpinan Kepala Sekolah ............................................................... 12
D. Mengkomunikasikan Visi Sekolah ........................................................... 16
E. Pemberdayaan dan Memberdayakan Guru .............................................. 19
BAB III PENUTUP ..................................................................................... .... 22
A. Kesimpulan
............................................................................................... 22
B. Saran
......................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 24
LAMPIRAN ....................................................................................................... 25
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Manajemen sekolah merupakan faktor
yang paling penting dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah
yang keberhasilannya diukur oleh prestasi yang didapat, oleh karena itu dalam
menjalankan kepemimpinan, harus menggunakan suatu sistem, artinya dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang di dalamnya terdapat
komponen-komponen terkait seperti guru-guru, staff tata usaha, orang tua siswa, masyarakat,
pemerintah, anak didik, dan lain-lain harus berfungsi optimal yang dipengaruhi
oleh kebijakan dan kinerja pimpinan. Tantangan lembaga pendidikan adalah mengejar
ketertinggalan artinya kompetisi dalam meraih prestasi terlebih dalam
menghadapi persaingan global.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana Manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah?
2.
Apa itu manajer sekolah?
3.
Bagaimana kepemimpinan kepalah sekolah?
4.
Bagaimana cara mengkomunikasikan visi sekolah?
5.
Bagaimana cara memberdayakan dan pemberdayaan guru?
C.
Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuannya adalah untuk mengetahui:
1.
Kepemimpinan kepala sekolah.
2.
Manajer sekolah.
3.
Kepemimpinan kepalah sekolah.
4.
Cara mengkomunikasikan visi sekolah.
5.
Cara memberdayakan dan pemberdayaan guru.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Managemen dan Kepemimpinan Sekolah
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah
yang lahir dan berkembang secara efektif dan efesien dari dan oleh serta untuk
masyarakat, merupakan perangkat yang berkewajiban memberikan pelayanan kepada
masyarakat dalam mendidik warga negara. Sekolah dikelola secara formal,
hierarkis dan kronologis yang berhaluan pada falsafah dan tujuan pendidikan
nasional.
Sebagaimana disepakati oleh para
praktisi pendidikan bahwa pendidikan bisa berjalan karena dibangun oleh
beberapa komponen dasar seperti: guru, siswa, kurikulum, bangunan, fisik, media
pembelajaran dan sebagainya. Namun dari kesemua yang dianggap mendasar itu,
faktor komponen manusia yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan merupakan
faktor yang paling menentukan.
Sebuah lembaga pendidikan yang
dijalankan secara profesional tentunya memiliki sumber daya manusia yang
memadai. Sumber daya tersebut berupa kepala sekolah, guru dan tenaga
kependidikan. Dalam menentukan arah serta kebijakan sekolah tentunya fungsi
kepala sekolah menjadi sangat urgen. Berhasil tidaknya sekolah dalam mencapai
tujuannya tergantung visi kepala sekolah, karena kendali pengelolaan sekolah
berada di tangannya. Kepala sekolah adalah the leader di sekolahnya.
Manajemen dan kepemimpinan
sebenarnya memiliki kajian yang berbeda. Tetapi keduanya memiliki hubungan yang
dekat. Memimpin terkait dengan menggerakkan dan mengarahkan kegiatan orang,
sedangkan “memanage” terkait dengan kegiatan mengatur orang. Mengatur bisa
dimaknai secara luas, misalnya menempatkan, memberi tugas, membagi-bagi,
mencarikan jalan keluar, memperlancar dan mengubah-ubah tugas yang diberikan.
Mengelola pendidikan bukanlah hal hal yang mudah untuk dilakukan karena
mengelola pendidikan sangat rumit. Di sekolah, diperlukan adanya manajemen yang
efektif agar pekerjaan dapat berjalan lancar.
Mengingat beratnya proses
pengelolaan pendidikan di sekolah, maka kepala sekolah sebagai pemimpin harus
memahami seni memimpin. Dalam kata lain kepala sekolah harus menjadi
manajer-leader di sekolah yang mengerti serta menerapakan manajemen
kepemimpinan.
KH. Toto tasmara dalam buku
Spiritual Centered Leadership memberikan gambaran tentang perbedaan antara
manajer dan leader. “Manajer bagaikan seorang yang mengendarai kendaraan. Dia
harus terampil dan meyakinkan bahwa kendaraannya berada dalam kondisi yang baik
untuk menempuh perjalanan. Sedangkan kepemimpinan berhubungan dengan kemampuan
menentukan arah dan memastikan bahwa kendaraan berada dalam jalan yang sesuai
dengan peta yang ditetapkan.Manajer bekerja sesuai dengan sistem, sedangkan
kepemimpinan memperbaiki sistem serta membuat arah, tujuan, dan segala hal yang
berkaitan dengan esensi dan substansi. Manajer berbicara tentang apa yang harus
dikerjakan, kepemimpinan berbicara tentang mengapa dan apa akibatnya bila hal
tersebut harus dikerjakan.”
Para peneliti biasanya
mendefenisikan “kepemimpinan” menurut pandangan pribadi mereka, serta
aspek-aspek fenomena dari kepentingan yang paling baik bagi para pakar yang
bersangkutan. Bahkan Stogdil membuat kesimpulan, bahwa: There are almost as
many definitions of leadership as there are persons who have attempted to
define the concept.
Kepemimpinan diterjemahkan ke dalam
istilah sifat-sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola
interaksi, hubungan kerja sama antarperan, kedudukan dari satu jabatan administratif,
dan persepsi dari lain-lain tentang legitimasi pengaruh.
Kepemimpinan pendidikan adalah suatu
kemampuan dan proses mempengaruhi, membimbing, mengkoordinir, dan menggerakkan
orang lain yang ada hubungannya dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan
pendidikan dan pengajaran, agar kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih
efisien dan efektif di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan
pengajaran.
Dalam pelaksanaan manajemen
diperlukan adanya teknik. Teknik-teknik manajemen kepemimpinan pendidikan di
sekolah, yaitu:
1. Teknik Manajemen Konvensional
Teknik manajemen konvensional banyak
menekankan pada aspek mekanisasi dan dekat dengan hubungan kemanusiaan.
2. Management by personality
Teknik ini dilaksanakan dengan
diwarnai oleh pengakuan akan kewibawaan seseorang mengelola organisasi.
3. Management by reward
Teknik ini memunculkan dorongan
kerja dengan motivasi ekstrinsik. Orang dianggap mau bekerja apabila diberi
hadiah-hadiah atau pujian.
4. Teknik Manajemen Modern
Pada zaman sekarang, falsafah dasar
demokrasi sudah berkembang dan kemudian muncul upaya baru dalam memanajemen
proses pendidikan.
5. Management by delegation
Teknik ini dilaksanakan dengan
memberikan kepercayaan dan pengakuan atas prestasi dan kemampuan anggota.
6. Management by system
Teknik ini dilaksanakan dengan
melihat komponen-komponen yang ada dalam organisasi pendidikan sebagai kesatuan
yang utuh. Misalnya, sekolah.
B.
Manajer
Sekolah
Seiring dengan tantangan kehidupan
global, pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena pendidikan salah
satu penentu mutu Sumber Daya Manusia. Keunggulan suatu bangsa tidak lagi
ditandai dengan melimpahnya kekayaan alam, melainkan pada keunggulan Sumber
Daya Manusia (SDM).
Mutu Sember Daya Manusia (SDM)
berkorelasi positif dengan mutu pendidikan, mutu pendidikan sering
diindikasikan dengan kondisi yang baik, memenuhi syarat, dan segala komponen
yang harus terdapat dalam pendidikan, komponen-komponen tersebut adalah
masukan, proses, keluaran, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana serta
biaya. Oleh Karena itu pembenahan manajemen pendidikan sangatlah diperlukan.
Perlunya manajemen dalam pendidikan
adalah untuk mengantisipasi perubahan global yang disertai oleh kemajuan ilmu
pengetahun dan teknologi informasi. Perubahan itu sendiri sangat cepat dan
pesat, sehingga perlu ada perbaikan yang berkelanjutan (continous improvement)
di bidang pendidikan sehingga output
pendidikan dapat bersaing dalam era globalisasi seiring dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi. Persaingan
tersebut hanya mungkin dimenangkan oleh lembaga pendidikan yang tetap
memperhatikan kualitas pendidikan dalam pengelolaannya.
Manajemen pendidikan adalah aplikasi
prinsip, konsep, dan teori manajemen dalam aktivitas pendidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Pendidikan yang bermutu sangat
membutuhkan tenaga kependidikan yang professional. Tenaga kependidkan mempunyai
peran yang sangat strategis dalam pembentukan pengetahuan, ketrampilan, dan
karakter peserta didik. Oleh karena itu tenaga kependidikan yang profesional
akan melaksanakan tugasnya secara profesional pula sehingga menghasilkan
tamatan yang lebih bermutu. Menjadi tenaga kependidikan yang profesional tidak
akan terwujud begitu saja tanpa adanya upaya untuk meningkatkannya.
Pengembangan profesionalisme ini membutuhkan dukungan dari pihak yang mempunyai
peran penting dalam hal ini adalah seorang penyelenggara pendidikan. Seorang
penyelenggara pendidikan haruslah benar-benar bertindak sebagai manajer di
sekolahnya masing-masing, agar lembaga pendidikan itu mampu melaksanakan
misinya sebagaimana mestinya (Pidarta, 2000).
Seorang penyelenggara pendidikan di
sebuah lembaga pendidikan menurut Made Pidarta (2000) mempunyai
kewajiban-kewajiban sebagai berikut:
1. Menjadi manajer lembaga pendidikan
tersebut dengan tugas-tugas sebagai berikut:
a.
mengadakan prediksi tentang kemungkinan perubahan lingkungan
seperti perubahan ilmu dan teknologi, tuntutan hidup, aspirasi masyarakat, dan
sebagainya.
b.
Merencanakan dan melakukan inovasi dalam pendidikan.
c.
Menciptakan strategi dan kebijakan lembaga agar proses
pendidikan tidak mengalami hambatan.
d.
Mengadakan perencanaan dan menenukan sumber-sumber
pendidikan.
e.
Menyediakan dan mengkoordinasi fasilitas pendidikan.
f.
Melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan agar tidak
terlanjur membuat kesalahan.
2. Menjadi pemimpin lembaga pendidikan:
a.
Memimpin semua bawahan.
b.
Memotivasi agar bekerja dengan rajin dan giat.
c.
Meningkatkan kesejahteraan bawahan.
d.
Mendisplikan para pendidik dan pegawai dalam melkasnakan
tugasnya.
3. Sebagai supervisor atau pengawas:
a.
Mengawasi dan menilai cara kerja dan hasil kerja pendidik
dan pegawai.
b.
Memberi supervisi dalam meningkatkan cara kerja.
c.
Mencari dan memberi peluang untuk meningkatkan profesi para
pendidik.
d.
Mengadakan rapat-rapat untuk memperbaiki pendidikan dan
pengajaran.
4. Sebagai pencipta iklim bekerja dan
belajar yang kondusif dengan tugas-tugas:
a.
menempatkan personalia secara benar sesuai dengan keahlian
dan keterampilannya.
b.
Membina hubungan personalia yang positif
c.
Meningkatkan dan memperlancar komunikasi.
d.
Menyelesaikan konflik.
e.
Meningkatkan dan memelihara persatuan dan kesatuan
personalia.
5. Sebagai pencipta lingkungan bekerja
dan belajar yang kondusif, dengan tugas-tugas:
a.
Menghimpun dan memanfaatkan informasi tentang sumber
belajar.
b.
Memperkaya alat-alat belajar, alat-a;at peraga, dan media
pendidikan.
c.
Memperkaya lingkungan hidup.
d.
Mengharmoniskan lingkungan lembaga dan ruangan kelas.
6. Menjadi administrator lembaga
pendidikan dengan tugas menyelenggarakan kegiatan rutin yang dioperasikan oleh
para personalia lembaga:
a.
Mengendalikan struktur organisasi
b.
Melaksanakan administrasi substantive
c.
Melakukan pengawasan terhadap efektivitas dan efisiensi
kerja
7. Menjadi koordinator kerjasama
lembaga pendidikan dengan masyarakat:
a.
Berinisiatif membentuk suatu badan kerjasama.
b.
Mengadakan survey untuk menampung aspirasi masyarakat.
c.
Menghimpun dukungan masyarakat.
d.
Melaksanakan kerjasama dengan masayarakat.
Seorang
manajer di sebuah lembaga pendidikan adalah seorang pimpinan penyelenggara
pendidikan di lembaga pendidikan tersebut. Dalam suatu sekolah, manajer di
lembaga tersebut adalah seorang kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan salah
satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas
pendidikan.
Sebagaimana
dikemukakan dalam Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa: “Kepala sekolah
bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi
sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta
pememliharaan sarana dan prasarana”.
Ketercapaian
tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan
kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan salah satu pemimpin pendidikan.
Kepala sekolah merupakan seorang pejabat yang profesional dalam organisasi
sekolah yang bertugas mengatur semua sumber organisasi dan bekerjasama dengan
guru-guru dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dengan
keprofesionalan kepala sekolah ini pengembangan profesionalisme tenaga
kependidikan mudah dilakukan karena sesuai dengan fungsinya, kepala sekolah
memahami kebutuhan sekolah yang ia pimpin sehingga kompetensi guru tidak hanya
mandeg pada kompetensi yang ia miliki sebelumnya, melainkan bertambah dan
berkembang dengan baik sehingga profesionalisme guru akan terwujud.
Dalam
menjalankan kepemimpinannya, selain harus tahu dan paham tugasnya sebagai
pemimpin, yang tak kalah penting dari itu semua seyogyanya kepala sekolah
memahami dan mengatahui perannya. Adapun peran-peran kepala sekolah yang
menjalankan peranannya sebagai manajer seperti yang diungkapkan oleh
Wahjosumidjo (2002) adalah:
a)
Peranan hubungan antar perseorangan;
b)
Peranan informasional;
c)
Sebagai pengambil keputusan.
Dari
tiga peranan kepala sekolah sebagai manajer tersebut, dapat diuraikan sebagai
berikut:
(1)
Peranan hubungan antar perseorangan
(a)
Figurehead,
figurehead berarti lambang dengan
pengertian sebagai kepala sekolah sebagai lambang sekolah.
(b)
Kepemimpinan (Leadership).
Kepala sekolah adalah pemimpin untuk
menggerakkan seluruh sumber daya yang ada di sekolah sehingga dapat melahirkan
etos kerja dan peoduktivitas yang tinggi untuk mencapai tujuan.
(c)
Penghubung (liasion).
Kepala sekolah menjadi penghubung
antara kepentingan kepala sekolah dengan kepentingan lingkungan di luar
sekolah. Sedangkan secara internal kepala sekolah menjadi perantara antara
guru, staf dan siswa.
(2)
Peranan informasional
(a)
Sebagai monitor.
Kepala sekolah selalu mengadakan
pengamatan terhadap lingkungan karena kemungkinan adanya informasi-informasi
yang berpengaruh terhadap sekolah.
(b)
Sebagai disseminator.
Kepala sekolah bertanggungjawab
untuk menyebarluaskan dan memabagi-bagi informasi kepada para guru, staf, dan
orang tua murid.
(c)
Sebagai spokesman.
Kepala sekolah menyabarkan informasi
kepada lingkungan di luar yang dianggap perlu.
(3)
Sebagai pengambil keputusan
(a)
Enterpreneur.
Kepala sekolah selalu berusaha
memperbaiki penampilan sekolah melalui berbagai macam pemikiran program-program
yang baru serta malakukan survey untuk mempelajari berbagai persoalan yang
timbul di lingkungan sekolah.
(b)
Orang yang memperhatikan ganguan (Disturbance handler).
Kepala sekolah harus mampu
mengantisipasi gangguan yang timbul dengan memperhatikan situasi dan ketepatan
keputusan yang diambil.
(c)
Orang yang menyediakan segala sumber (A Resource
Allocater).
Kepala sekolah bertanggungjawab
untuk menentukan dan meneliti siapa yang akan memperoleh atau menerima
sumber-sumber yang disediakan dan dibagikan.
(d)
A negotiator roles.
Kepala sekolah harus mampu untuk
mengadakan pembicaraan dan musyawarah dengan pihak luar dalam memnuhi kebutuhan
sekolah.
Upaya
peningkatan profesionalisme kepala sekolah selaku manajer merupakan proses
keseluruhan dan organisasi sekolah serta harus dilakukan secara
berkesinambungan karena peubahan yang terjadi selalu dinamis serta tidak bisa
diprediksi sehingga kepala sekolah maupun tenaga kependidikan harus selalu siap
dihadapkan pada kondisi perubahan.
Ada
istilah seorang tenaga pendidik yang tadinya professional belum tentu akan
terus professional bergitupun sebaliknya, tenaga kependidikan yang tadinya
tidak professional belum tentu akan selamanya tidak professional.
Dari
pernyataan itu jelas kalau perubahan akan selalu terjadi dan menuntut adanya
penyesuaian sehingga kita dapat mengatasi perubahan tersebut dengan penuh
persiapan.
Upaya
peningkatan keprofesionalan kepala sekolah tidak akan terwujud begitu tanpa
adanya motivasi dan adanya kesadaran dalam diri kepala sekolah tersebut serta
semangat mengabdi yang akan melahirkan visi kelembagaan maupun kemampuan
konsepsional yang jelas. Dan ini merupakan faktor yang paling penting sebab
tanpa adanya kesadaran dan motivasi semangat mengabdi inilah semua usaha yang
dilakukan untuk meningkatkan keprofesionalannya hasilnya tidak akan maksimal
dan perealisasiannyapun tidak akan optimal.
C.
Kepemimpinan
Kepala Sekolah
Kepala sekolah
adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks karena sekolah
sebagai organisasi di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain
saling berkaitan dan saling menentukan. Sedang bersifat unik karena sekolah
memiliki karakter tersendiri, dimana terjadi proses belajar mengajar, tempat
terselenggaranya pembudayaan kehidupan manusia. Karena sifatnya yang kompleks
dan unik tersebut, sekolah sebagai organisasi memerlukan tingkat koordinasi
yang tinggi. “Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah.”
Di antara
pemimpin pendidikan yang bermacam-macam jenis dan tingkatannya, kepala sekolah
merupakan pemimpin pendidikan yang sangat penting karena kepala sekolah
berhubungan langsung dengan pelaksanaan program pendidikan di sekolah.
Menurut Pidarta
(1990), kepala sekolah merupakan kunci kesuksesan sekolah dalam mengadakan
perubahan. Sehingga kegiatan meningkatkan dan memperbaiki program dan proses
pembelajaran di sekolah sebagian besar terletak pada diri kepala sekolah itu
sendiri. Pidarta (1997) menyatakan bahwa kepala sekolah memiliki peran dan
tanggungjawab sebagai manajer pendidikan, pemimpin pendidikan, supervisor
pendidikan dan administrator pendidikan
1. Manajer Sekolah
Tugas
manajer pendidikan adalah merencanakan sesuatu atau mencari strategi yang
terbaik, mengorganisasi dan mengkoordinasi sumber-sumber pendidikan yang masih
berserakan agar menyatu dalam melaksanakan pendidikan, dan mengadakan kontrol
terhadap pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kepala Sekolah memiliki kewenangan
dalam mengambil keputusan, karena atas perannya sebagai manajer di sekolah
dituntut untuk mampu:
a.
Mengadakan prediksi masa depan
sekolah, misalnya tentang kualitas yang diinginkan masyarakat
b.
Melakukan inovasi dengan mengambil
inisiatif dan kegiatan-kegiatan yang kreatif untuk kemajuan sekolah
c.
Menciptakan strategi atau kebijakan
untuk mensukseskan pikiran-pikiran yang inovatif tersebut.
d.
Menyusun perencanaan, baik
perencanaan strategis maupun perencanaan operasional,
e.
Menemukan sumber-sumber pendidikan dan
menyediakan fasilitas pendidikan,
f.
Melakukan pengendalian atau kontrol
terhadap pelaksanaan pendidikan dan hasilnya.
2.
Pemimpin
Sekolah
Menurut
Lipoto (1988) peranan kepemimpinan kepala sekolah adalah sebagai:
a.
Figurehead (symbol)
b.
Leader (memimpin)
c.
Liason (antara)
d.
Monitor memonitor
e.
Disseminator (menyebarkan) informasi
f.
Spokesmen (juru bicara)
g.
Entrepreneur (wiraswasta)
h.
Disturbance handler (menangani
gangguan)
i.
Resource allocator (pengumpul dana)
j.
Negotiator (perunding).
3.
Administrator
Sekolah
Kepala sekolah
sebagai administrator dalam lembaga pendidikan mempunyai tugas-tugas antara
lain:
a.
melakukan perencanaan,
b.
pengorganisasian,
c.
pengarahan,
d.
pengkoordinasian,
e.
pengawasan terhadap bidang-bidang
seperti:
1)
kurikulum,
2)
kesiswaan,
3)
kantor,
4)
kepegawaian,
5)
perlengkapan,
6)
keuangan, dan
7)
perpustakaan.
Jadi kepala sekolah harus mampu melakukan pengelolaan pengajaran, pengelolaan
kepegawaian, pengelolaan kesiswaan, pengelolaan sarana dan prasarana, pengelolaan keuangan dan pengelolaan
hubungan sekolah dan masyarakat.
4.
Supervisor
Sekolah
Supervisi
merupakan kegiatan membina dan dengan membantu pertumbuhan agar setiap orang
mengalami peningkatan pribadi dan profesinya. Menurut Sahertian (2000),
supervisi adalah usaha memberi layanan kepada guru-guru baik secara individual
maupun secara berkelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran dengan tujuan
memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar
yang dilakukan guru di kelas.
Supervisi merupakan
pengembangan dan perbaikan situasi belajar mengajar yang pada akhirnya
perkembangan siswa. Beberapa paparan di atas dapat
disimpulkan bahwa kepala sekolah merupakan penyelenggara pendidikan yang juga,
yaitu:
a.
menjadi manajer lembaga pendidikan.
b.
menjadi pemimpin,
c.
sebagai penggerak lembaga
pendidikan,
d.
sebagai supervisor atau pengawas,
e.
sebagai pencipta iklim bekerja dan
belajar yang kondusif.
Sesuai dengan peran dan tugas-tugas di atas, kepala
sekolah sebagai manajer sekolah dituntut untuk dapat menciptakan manajemen
sekolah yang efektif.
Menurut Mantja (2000), keefektifan manajemen
pendidikan ditentukan oleh profesionalisme manajer pendidikan. Adapun sebagai
manajer terdepan kepala sekolah merupakan figur kunci dalam mendorong
perkembangan dan kemajuan sekolah. Kepala sekolah tidak hanya meningkatkan
tanggung jawab dan otoritasnya dalam program-program sekolah, kurikulum dan
keputusan personil, tetapi juga memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan
akuntabilitas keberhasilan siswa dan programnya. Kepala sekolah harus pandai
memimpin kelompok dan mampu melakukan pendelegasian tugas dan wewenang.
D.
Mengkomunikasikan Visi Sekolah
Penerapan konsep manajemen strategis
di sekolah menuntut setiap sekolah untuk dapat menetapkan dan mewujudkan visi yang
hendak dicapai dari sekolah tersebut secara eksplisit. Namun, sayangnya upaya
perumusan visi yang terjadi di sekolah-sekolah kita saat ini terkesan masih
latah (stereotype) dan sekedar pengulangan dari nilai dan prioritas nasional.
Dari beberapa sekolah yang pernah penulis amati, pada umumnya perumusan visi
sekolah cenderung menggunakan rumusan dua kata yang hampir sama yaitu
“prestasi” dan “iman-taqwa”, Memang bukahlah hal yang keliru jika sekolah
hendak mengusung visi sekolah dengan merujuk pada kedua nilai tersebut. Tetapi
jika perumusannya menjadi seragam, kurang spesifik serta kurang inspirasional
mungkin masih patut untuk dipertanyakan kembali.
Boleh jadi, hal ini mengindikasikan adanya
kesulitan tersendiri dari sekolah (pemimpin dan warga sekolah sekolah yang
bersangkutan) untuk merumuskan visi yang paling tepat bagi sekolahnya, baik
kesulitan yang terkait tentang pengertian dasar dari visi itu sendiri maupun
kesulitan dalam mengidentifikasi dan merefleksi nilai-nilai utama yang hendak
dikembangkan di sekolah.
Dalam perspektif manajemen, visi
sekolah memiliki arti penting terutama berkaitan dengan keberlanjutan
(sustainability) organisasi sekolah itu sendiri, Tanpa visi, organisasi dan
orang-orang di dalamnya tidak mempunyai arahan yang jelas, tidak mempunyai cara
yang tepat dalam melangkah ke masa depan dan tidak memiliki komitmen (Foreman,
1998).
Saat ini tidak sedikit sekolah yang
berjalan secara stagnan dan bahkan terpaksa harus gulung tikar, hal ini sangat
mungkin dikarenakan tidak memiliki visi yang jelas alias asal-asalan atau
setidaknya tidak berusaha fokus dan konsisten terhadap visi yang
dicita-citakannya.
Visi bukanlah sekedar slogan berupa
kata-kata tanpa makna bahkan bukan sekedar sebuah gambaran kongkrit yang
diberikan oleh pimpinan sekolah, melainkan sebuah rumusan yang dapat memberikan
klarifikasi dan artikulasi seperangkat nilai (Hopkins, 1996). Menurut Block
(1987), visi adalah masa depan yang dipilih, sebuah keadaan yang diinginkan dan
merupakan sebuah ekspresi optimisme dalam organisasi. Bennis and Nanus (1985)
mengartikan visi sebagai pandangan masa depan yang realistis, kredibel, dan
menarik, yang didalamnya tergambarkan cara-cara yang lebih baik dari cara yang
sudah ada sebelumnya.
Memperhatikan pendapat para ahli di
atas, tampak bahwa untuk menetapkan visi sekolah kiranya tidak bisa dilakukan
secara sembarangan, tetapi terlebih dahulu diperlukan pengkajian yang mendalam.
Perumusan visi yang tepat harus dapat memberikan inspirasi dan memotivasi bagi
seluruh warga sekolah dan masyarakat untuk bekerja dengan penuh semangat dan
antusias. Menurut Blum dan Butler (1989) visi sangat identik dengan perbaikan
sekolah.
Visi merupakan ciri khas peran
kepemimpinan dan upaya untuk pembentukan visi sekolah sangat bergantung pada
pemimpin sekolah yang bersangkutan. Dalam hal ini pemimpin sekolah dituntut
untuk dapat mengidentifikasi, mengklarifikasi dan mengkomunikasikan nilai-nilai
utama yang terkandung dalam visi sekolah kepada seluruh warga sekolah, agar
dapat diyakini bersama dan diwujudkan dalam segala aktivitas keseharian di
sekolah sehingga pada gilirannya dapat membentuk sebuah budaya sekolah.
Kendati demikian, dalam pembentukan
visi sekolah tidak bisa dilakukan secara “top-down” yang bersifat memaksa warga
sekolah untuk menerima gagasan dari pemimpinnya (kepala sekolah) yang hanya
membuat orang atau anggota membencinya dan merasa enggan untuk berpartisipasi
di dalamnya. Foreman (1998) mengingatkan bahwa visi tidak bisa dipaksakan dan
dimandatkan dari atas. Pembuatan visi adalah tentang keterlibatan kepentingan
dan aspirasi pihak lain.
Untuk lebih jelasnya terkait dengan
upaya pembentukan visi ini, Beare et.al. (1993) menawarkan beberapa pedoman
dalam pembentukan visi, yaitu:
1.
Visi seorang pemimpin sekolah mencakup gambaran tentang masa
depan sekolah yang diinginkan.
2.
Visi akan membentuk pandangan pemimpin sekolah tentang apa
yang menyebabkan keutamaan atau keunggulan sekolah.
3.
Visi seorang pemimpin sekolah juga mencakup gambaran masa
depan sekolah yang diinginkan di mata sekolah lain dan masyarakat secara umum.
4.
Visi seorang pemimpin juga mencakup gambaran proses
perubahan yang diinginkan berdasarkan masa depan terbaik yang hendak dicapai.
Masing-masing
aspek visi pendidikan dalam sekolah merefleksikan asumsi-asumsi, nilai-nilai,
dan keyakinan-keyakinan yang berbeda-beda tentang:
a.
watak dan sifat manusia
b.
tujuan pendidikan dalam sekolah
c.
peran pemerintah, keluarga, masyarakat terhadap pendidikan
dalam sekolah
d.
pendekatan-pendekatan dalam pengajaran dan pembelajaran; dan
e.
pendekatan-pendekatan terhadap manajemen perubahan.
Dengan
demikian, akan terbentuk visi pendidikan dalam sekolah yang kompetitif dan
merefleksikan banyak hal yang mencakup perbedaan-perbedaan asumsi, nilai dan
keyakinan.
E.
Pemberdayaan dan Memberdayakan Guru
Andi Kirana
(1997) mengatakan bahwa kepemimpinan yang memberdayakan mengimplikasikan suatu
keinginan untuk melimpahkan tanggung jawab dan berusaha membantu dalam menentukan
kondisi dimana orang lain dapat berhasil. Oleh karena itu, seorang pemimpin
harus menjelaskan apa yang diharapkannya, harus menghargai kontribusi setiap
orang, harus membawa lebih banyak orang keluar “kotak organisasi” dan harus
mendorong setiap orang untuk berani mengemukakan pendapat.
Sedangkan
menurut Mulyadi dan Setiyawan (1999) pemberdayaan staf adalah pemberian
wewenang kepada staf untuk merencanakan dan membuat keputusan tentang pekerjaan
yang menjadi tanggung jawabnya, tanpa harus mendapatkan otorisasi secara
eksplisit dari atasan. Pemberian wewenang oleh manajemen kepada staf dilandasi
oleh keberdayaan staf. Pemberdayaan bersifat mendukung budaya dan tidak
menyalahkan. Kesalahan dianggap kesempatan untuk belajar (Mc Kenna & Beech,
2000).
Pemberdayaan
menurut Andy Kirana (1997) harus didukung oleh sejumlah etika yang konsisten,
dan orang-orang yang hidup dengan etika tersebut memberikan contoh bagi yang
lain. Etika dari pemimpin yang memberdayakan adalah menghormati orang dan
menghargai kekuatan dan kontribusi mereka yang berbeda-beda, menekankan
pentingnya komunikasi yang terbuka, jujur, bertanggung jawab untuk bekerjasama
dengan yang lain, mengakui nilai pertumbuhan dan perkembangan pribadi,
mementingkan kepuasaan pelanggan, berusaha memenuhi kebutuhan akan adanya
perbaikan sebagai suatu proses yang tetap dimana setiap orang harus ikut ambil
bagian secara aktif. Nilai-nilai etis ini akan membantu organisasi menjadi
lebih kuat dan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja bagi setiap individu.
Menurut
Mulyadi dan Setiyawan (1999), untuk mewujudkan suatu pemberdayaan dalam
organisasi, seorang pemimpin harus memahami tiga keyakinan dasar berikut ini:
1.
Subsidiarity.
Prinsip ini
mengajarkan bahwa badan yang lebih tinggi kedudukannya tidak boleh mengambil
tanggung jawab yang dapat dan harus dilaksanakan oleh badan yang berkedudukan
lebih rendah. Dengan kata lain, mencuri tanggung jawab orang merupakan suatu
kesalahan, karena keadaan ini akhirnya menjadikan orang tersebut tidak
terampil. Kenyataannya, di masa lalu organisasi lebih banyak dirancang untuk
memastikan bahwa kesalahan tidak pernah terjadi. Dalam jargon lama organisasi,
pengambilalihan tanggung jawab bawahan oleh atasan merupakan hal yang normal
terjadi, dan dibenarkan dengan suatu alasan bahwa suatu organisasi dibentuk
untuk menghindari kesalahan.
2.
Staf pada dasarnya baik.
Inti
pemberdayaan staf adalah keyakinan bahwa orang pada dasarnya baik. Meskipun
kadang-kadang orang gagal, dan kadang-kadang orang melakukan kesalahan, namun
tujuan orang adalah menuju kebaikan. Sebagai manusia yang berakal sehat dan
makhluk yang berfikir, orang memiliki kecenderungan alami untuk berhasil dalam
pekerjaannya.
Untuk dapat memberdayakan
orang lain, atasan harus secara sederhana yakin bahwa “sepanjang masa, hampir
setiap orang, hampir selalu, akan menggunakan kekuatannya dalam mewujudkan
visinya dan dipandu oleh nilai-nilai kebaikan.” Pemberdayaan staf dapat
dipandang sebagai pemerdekaan, karena dengan pemberdayaan, atasan tidak lagi
menggunakan pengawasan, pengecekan, verifikasi, dan mengatur aktivitas orang
yang bekerja dalam organisasi. Atasan melakukan pemberdayaan dengan memberikan
pelatihan dan teknologi yang memadai kepada staf, memberikan arah yang benar,
dan membiarkan staf untuk mengerjakan semua yang dapat dikerjakan oleh mereka.
3.
Trust-based relationship
Pemberdayaan
staf menekankan aspek kepercayaan yang diletakkan oleh manajemen kepada staf.
Dari pemberdayaan staf, hubungan yang tercipta antara manajemen dengan staf
adalah hubungan berbasis kepercayaan (trust-based relationship) yang diberikan
oleh manajemen kepada staf, atau sebaliknya kepercayaan yang dibangun oleh staf
melalui kinerjanya.
Lebih lanjut
Stewart (1998) mengatakan ada enam cara yang dapat digunakan pemimpin dalam
mengembangkan pemberdayaan staf atau bawahan,
yakni:
a.
meningkatkan kemampuan staf/bawahan
(enabling),
b.
memperlancar (facilitating)
tugas-tugas mereka,
c.
konsultasi (consulting),
d.
bekerjasama (collaborating),
e.
membimbing (mentoring) bawahan, dan
f.
mendukung (supporting).
Namun apapun cara yang ditempuh oleh pemimpin dalam
memberdayakan staf/bawahan, menurut Sarah Cook dan Steve Macaulay (1997),
kepemimpinan yang memberdayakan perlu mengacu pada empat dimensi, yaitu visi,
realita, orang (manusia), dan keberanian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka kesimpulannya adalah sebagai berikut:
1.
Managemen dan Kepemimpinan Sekolah
Manajemen dan kepemimpinan sebenarnya
memiliki kajian yang berbeda. Tetapi keduanya memiliki hubungan yang dekat.
Memimpin terkait dengan menggerakkan dan mengarahkan kegiatan orang, sedangkan
“memanage” terkait dengan kegiatan mengatur orang. Mengatur bisa dimaknai
secara luas, misalnya menempatkan, memberi tugas, membagi-bagi, mencarikan
jalan keluar, memperlancar dan mengubah-ubah tugas yang diberikan. Mengelola
pendidikan bukanlah hal hal yang mudah untuk dilakukan karena mengelola
pendidikan sangat rumit. Di sekolah, diperlukan adanya manajemen yang efektif
agar pekerjaan dapat berjalan lancar.
2.
Manajer Sekolah
Sebagai seorang manajer, kepala
sekolah harus mengatur sekolahnya sesuai dengan prinsip-prinsip umum manajemen.
3.
Kepemimpinan Kepala Sekolah
Menurut
Pidarta (1990), kepala sekolah merupakan kunci kesuksesan sekolah dalam
mengadakan perubahan. Sehingga kegiatan meningkatkan dan memperbaiki program
dan proses pembelajaran di sekolah sebagian besar terletak pada diri kepala
sekolah itu sendiri. Pidarta (1997) menyatakan bahwa kepala sekolah memiliki
peran dan tanggungjawab sebagai manajer pendidikan, pemimpin pendidikan,
supervisor pendidikan dan administrator pendidikan.
4.
Mengkomunikasikan
Visi Sekolah
Penerapan konsep manajemen strategis
di sekolah menuntut setiap sekolah untuk dapat menetapkan dan mewujudkan visi
yang hendak dicapai dari sekolah tersebut secara eksplisit. Namun, sayangnya
upaya perumusan visi yang terjadi di sekolah-sekolah kita saat ini terkesan
masih latah (stereotype) dan sekedar pengulangan dari nilai dan prioritas
nasional.
5.
Pemberdayaan
dan Memberdayakan Guru
Andi Kirana
(1997) mengatakan bahwa kepemimpinan yang memberdayakan mengimplikasikan suatu
keinginan untuk melimpahkan tanggung jawab dan berusaha membantu dalam
menentukan kondisi dimana orang lain dapat berhasil. Oleh karena itu, seorang
pemimpin harus menjelaskan apa yang diharapkannya, harus menghargai kontribusi
setiap orang, harus membawa lebih banyak orang keluar “kotak organisasi” dan
harus mendorong setiap orang untuk berani mengemukakan pendapat.
Sedangkan
menurut Mulyadi dan Setiyawan (1999) pemberdayaan staf adalah pemberian
wewenang kepada staf untuk merencanakan dan membuat keputusan tentang pekerjaan
yang menjadi tanggung jawabnya, tanpa harus mendapatkan otorisasi secara
eksplisit dari atasan. Pemberian wewenang oleh manajemen kepada staf dilandasi
oleh keberdayaan staf. Pemberdayaan bersifat mendukung budaya dan tidak
menyalahkan. Kesalahan dianggap kesempatan untuk belajar (Mc Kenna & Beech,
2000).
B.
Saran
Dalam menjalankan menajemen sekolah dibutuhkan sebuah menajer agar dapat
mencapai visi sekolah dan Makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran bersifat relevan
DAFTAR
PUSTAKA
Hasbullah. 2009. Dasar-dasar Ilmu
Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Wahjosumidjo,
1994. Seri Kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Pendidikan Dasar. Jakarta: Depdikbud.
Tilaar.
2006. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung
: Remaja Rosdakarya
Offset.
Made
pidarta. 1988. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyasa.
2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arifin Anwar . 2005. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka
Wiraputra Iyeng. 1981. Beberapa Aspek dalam Kepemimpinan Pendidikan.
Jakarta:
Bhratara Aksara.
Hamzah.
2007. Profesi Kependidikan. Jakarta:Bumi Aksara.
Fremont. 2007. Organisasi & Manajemen 2. Jakarta: Bumi Aksara.




No comments:
Post a Comment