TUNARUNGU
ARTIKEL
Ditujukan
guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus
Dosen
Pengampu: Susilawati, M.Pd
Disusun
Oleh:
Wahyu Rosidin
130641073
kelas SD13.A-2
Semester 5
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH CIREBON
2015
|
tunarungu
|
A.
PENGERTIAN TUNARUNGU
Hambatan pendengaran biasa disebut
sebagai tunarungu. Istilah tunarungu di ambil dari kata ‘tuna’ dan ‘rungu’.
Kata ‘tuna’ artinya kurang, dan ‘rungu’ artinya pendengaran. Orang dikatakan
tunarungu apabila seseorang tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar
suar.[1]
Kelainan pendengaran atau tunarungu adalah
hilangnya kemampuan pendengaran seseorang, baik itu sebagaian (hard of hearing) maupun seluruhnya (deaf) hal tersebut menyebabkan kemampuan
pendengaran orang tidak berfungsi.[2]
Melihat dari rentang waktu
terjadinya ketunarunguan, Kirk (1970) mengelompokkan gangguan itu kedalam dua
jenis, yakni prelingual dan (postlingual.
Kelompok anak tunarungu prelingual termasuk
kedalam tunarungu berat. Adapun postlingual
adalah anak yang mengalami kehilangan ketajaman pendengaran setelah
kelahirannya.
B.
FAKTOR PENYEBAB ANAK DENGAN HAMBATAN
PENDENGARA
Berbagai factor dapat menyebabkan
anak mengalami hambatan pendengaran. Howard dan Orlensky (1994) memberikan
contoh penyebab kerusakan pendengaran yaitu:
1. Materna Rubella
Pada waktu iu mengandung mudah terkena penyakit campak
sehingga dapat menyebabkan rusaknya pendengaran anak.
2. Factor keturunan
Yang tampak dari adanya beberapa anggota keluarga yang
mengalami kerusakan pendengaran.
3. Ada komplikasi
Pada saat dalam kandungan dan kelahiran premature, berat
badan kurang, bayi lahir biru, dan sebagainya.
4. Meningitis (radang otak)
Sehingga ada semacam bakteri yang dapat merusak sensitifitas
alat dengar dibagian dalam telinga.
5. Kecelakan/trauma atau penyakit
C.
TINGKAT KECAKAPAN BERBAHASA ANAK
TUNARUNGU
Perkembangan bahasa dan bicara
berkaitan erat dengan ketajaman pendengaran, akibat terbatasnya ketajaman
pendengaran, anak tuna rungu tidak mampu mendengar dengan baik. Dengan demikian,
pada anak tunarungu tidak terjadi proses peniruan suara setelah masa anak-anak.
Proses peniruannya hanya terbatas pada peniruan visual. Selanjutnya dalam
perkembangan bicara dan bahasa, anak tunarungu memerlukan pembinaan secara
khusus dan intensif sesuai dengan kemampuan taraf keturunguannya
Ada dua hal yang penting yang
menjadi ciri khas hambatan anak tunarungu dalam aspek kebahasaannya.
1. Konsekuensi akibat kelainan
pendengaran berdampak pada kesulitan dalam menerima segala macam rangsang bunyi
atau peristiwa bunyi yang ada di sekitarnya.
2. Akibat keterbatasannya dalam
menerima rangsangan bunyi pada gilirannya penderita akan mengalami kesulitan
dalam memproduksi suara atau bunyi bahasa yang ada di sekitarnya.
Kemunculan kedua kondisi tersebut pada anak tunarungu,
secara langsung dapat berpengaruh terhadap kelancaran perkembangan bahasa dan
bicaranya.
Rata-rata permasalahan yang di
hadapi anak tunarungu ada pada aspek-aspek berikut:
a. Miskin kosakata, penguasaan
perbendaharaan bahasanya yang terbatas.
b. Sulit mengartikan ungkapan bahasa
yang mengandungan arti kiasan atau sendirian.
c. Kesulitan dalam mengartikan
kata-kata abstrak seperti kata Tuhan, pandai,
mustahil
d. Selit mengusai artikulasi, jeda, dan
intonasi.
D.
LANGKAH PENANGANAN
Dengan memperhatikan keterbatasan
kemampuan anak tunarungu dari aspek tunarungu dari aspek kemampuan
berbicaranya, sejak awal masuk sekolah pengembangan kemampuan bahasanya itu
menjadi skala prioritas program pendidikannya, pendekatan yang lazim digunakan
untuk mengembangkan kemapuan berbicara anak tunarungu, yaitu oral dan isyarat.
Untuk mengembangkan kemampuan anak
tunarungu, orang tua dan guru harus memberikan kesempatan sejak usia dini.
Misalnya, dengan memberikan latihan-latihan. Hal itu terutama bagi anak yang
masih mempunyai sisa pendengaran. Proses tersebut harus difokuskan secara
individual.
Adapun salah satu langkah penanganan
yang dianggap efektif adalah NAO (Natural
Auditory Oral). Langkah ini terbagi kedalam tiga cara, yaitu:
1. Style natural
Dengan menyediakan lingkungan bagi anak dengan pendengaran
untuk tahap belajar bahasa sama dengan anak yang dapat mendengar normal.
2. Style auditory
Denga menekankan penggunaan pendengaran berapapun sisa
pendengaran yang ada dibantu dengan alat bantu dengar.
3. Style oral
Kecakapan mendengar yang di dapat anak dari membangun
kemampuan bicaranya.
Apabila mereka diberi kesempatan untuk berada dilingkungan
yang sama dengan anak yang dapat mendengar normal, mereka akan termotivasi
untuk terus memakai ketiganya dan berkembang kemampuan bicaranya, sesuai dengan
perkembangan anak-anak normal lainnya.
a. Syarat-syarat penerapan NAO
1) Memaksimalkan sisa pendengaran sejak
dini.
2) Memakai ketiga cara itu secara
berkesimnmbungan.
3) Menciptkan lingkungan berbahasa yang
natural
4) Lingkungan yang bebas bahasa isyarat
5) Orangtua dan terapis focus pada tujuan
yang sama, bahwa anak dengan gangguan pendengaran mempunyai kesempatan yang
sama dengan anak yang memiliki pendengaran normal untuk membangun bahasanya.
b. Hal-hal yang harus dihindari
1) Gerakan mulut yang berlebihan
2) Ekspresi wajah yang berlebihan
3) Mengarahkan untuk melihat bibir pada
saat berbicara
4) Menyentuh anak untuk memanggil
namanya atau untuk mendapatkan perhatiannya
5) Memakai bahasa tubuh yang tidak umum
atau memakai bahasa isyarat.
6) Memakai bahasa tubuh yang berlebihan
dari pada mengembangkan kemampuan mendengar anak.
c. Langkah-langkah mengembangkan
kemampuan anak tunarungu
1. Identifikasi
Untuk
mengethui tingkat anak dalam mendengar, orang tua atau terapis dapat melakukan
suatu permainan bunyi.
2. Pembedaan bunyi
Anak kemudian berlatih membedakan bunyi terutama dalam hal
pengartikulasiaannya.
3. Pemaknaan
Apabila anak sudah bisa menggunakan suatu kata dengan
artikulasi yang jelas, orangtua atau terapis perlu melanjutkannya pada langkah
pemaknaan. Misalnya, kata batik, batuk, batak atau murah.
4. Penerapan
Lngkah selanjutnya adalah penerapan kecakapan berbahasa anak
pada kegiatan berkomunikasi yang sebenarnya,
Hal berikutnya yang harus dilakukan
adalah memberikan intervensi yang tepat kepada anak kita yang tuna rungu. Intervensi
tersebut berupa terapi. Ada beberapa terapi yang saat ini kita kenal di
Indonesia, yaitu: terapi wicara, terapi auditory verbal (AVT), dan terapi
natural auditory oral (NAO). Kita sebagai orang tua dapat memilih salah satu
dari terapi-terapi tersebut yang memang sesuai dengan keadaan kita dan anak
kita.[3]
Karena pertemuan kali ini adalah
membahas tentang terapi wicara, maka yang akan dibahas adalah tentang terapi
wicara. Berbagai masalah anak tuna rungu yang ditangani oleh terapis wicara
adalah:
a) Mendengar
b) Bahasa
c) Artikulasi
d) Irama Kelancaran
e) Suara
Adapun penjelasan dari penanganan
berbagai masalah tersebut adalah:
(1) Mendengar
Pada latihan mendengar yang
diajarkan dan dilatih adalah:
(a) Deteksi suara
(b) Diskriminasi suara
(c) Identifikasi suara
(d) Komprehensif
(2) Bahasa
Pada latihan bahasa ini anak tuna
rungu diajarkan untuk menyusun kata-kata sehingga mengandung makna dan
dapat digunakan untuk berkomunikasi.
(3) Artikulasi
Bertujuan untuk melatih alat-alat
ucap sehingga dapat memproduksi artikulasi dan dapat menyempurnakannya.
(4) Irama
Kelancaran
Melatih agar dapat berbicara dengan
lancar dan menghindari terjadinya:
(a) Stuttering
(b) Cluttering
(c) Latah
(5) Suara
Melatih agar suara dapat keluar
secara natural dan menghindari produksi suara yang:
(a) Nasal/sengau
(b) Tinggi/melengking
(c) Serak
(d) Besar
ESSAY
1. Menurut
anda apa yang di maksud dengan tunarungu dan kirk mengelompokkan gangguan
pendengaran kedalam dua jenis sebutkan dan jelaskan kedua jenis tersebut!?
2. Banyak factor yang dapat menyebabkan
anak mengalami hambatan pendengaran (tunarugu), Howard dan Orlensky (1994) memberikan contoh
penyebab kerusakan pendengaran sebutkan dan jelaskan factor yang menyebabkan
anak mengalami hambatan pendengaran!?
3.
Anak dengan hambatan
pendengaran memiliki kecakapan berbahasa coba jelaskan menurut pendapat anda
dan jelaskan ciri-ciri hambatan anak tunarungu dalam aspek
kebahasaannya!
4.
Menurut pendapat anda langkah penanganan apa yang sesuai
untuk anak yang memiliki hambatan pendengaran coba jelaskan!
5.
Dalam menerapkan Natural
Auditory Oral (NAO) ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, coba sebutkan
syarat-syarat tersebut?
DAFTAR PUSTAKA
Susilawati.
2015. Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus.
Cirebon:CV. CONVIDENT
Kosasih, E.
2012. Cara bijak memahami anak
berkebutuhan khusus. Bandung: Yrama Widya.
http://denbaguspaijo.blogspot.co.id/2012/11/terapi-wicara-pada-anak-tunarungu.html




No comments:
Post a Comment