KUMPULAN HADITS TENTANG
PENDIDIKAN
RESUME
Ditujukan
guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Al-Islam
Studi Al-Hadits
Dosen
Pengampu: Arief Hidayat Afendi, M.Ag
Disusun
Oleh Semester
4 kelas SD13.A2
Wahyu
Rosidin 130641073
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH CIREBON
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berkah dan rahmat-Nya.
Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang penyusun alami dalam proses
pengerjaannya, tetapi penyusun berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Penyusunan resume ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Al-Islam Studi Al-Hadits Resmue ini berjudul tentang “Hadits Pendidikan” yang
didalamnya membahas tentang manusia
dan potensi pendidikannya, mencintai Nabi, Al-Qur’an dan keluarga, keutaman
orang yang mengamalkan ilmu, hakikat ilmu dan ciri-ciri kiamat.
Terima kasih penulis sampaikan kepada:
1.
Arief Hidayat
Afendi M.Ag selaku Dosen Pengampu mata kuliah Al-Islam Studi Al-Hadits.
2.
Teman-teman
yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
|
Cirebon, Juli 2015
Penulis
Penulis
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar
Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan
Penulisan ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
A. Pengertian Identitas Nasional .................................................................. 3
B. Faktor-faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional .......................... 5
C. Parameter Identitas Nasional ................................................................... 7
D. Pancasila Sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional ........................... 8
E. Sejarah Budaya Bangsa Sebagai Akar Identitas Nasional ....................... 9
F. Unsur-unsur Pembentuk Identitas Nasional ............................................. 11
G. Masalah Identitas Nasional di Indonesia ................................................. 11
H. Solusi Masalah Identitas Nasional di Indonesia ..................................... 13
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 15
A. Kesimpulan
............................................................................................... 15
B. Saran
......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 18
LAMPIRAN ....................................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Al-Hadits merupakan sumber ajaran islam,
yang kedua dari Al-Qur’an. Dilihat dari sudut periwayatannya, jelas antara
Hadits dan Al-Qur’an terdapat perbedaan. Untuk Al-Qur’an semua periwayatannya
berlangsung secara mutawatir. Sedangkan periwayatan Hadits sebagian berlangsung
secara mutawatir dan sebagian lagi berlangsung secara ahad. Sehingga mulai dari
sinilah timbul berbagai pendapat dalam menilai kualitas hadits. Sekaligus
sumber perdebatan dalam kancah ilmiah, atau bahkan dalam kancah-kancah non
ilmiah. Akibatnya bukan kesepakatan yang didapatkan, akan tetapi sebaliknya
perpecahan yang terjadi.
Para sahabat dalam menerima hadits dari
Nabi Muhammad SAW. Terkadang berhadapan langsung dengan sahabat yang jumlahnya
sangat banyak karena pada saat nabi sedang memberikan khutbah di hadapan kaum
muslimin, kadang hanya beberapa sahabat bahkan juga bisa terjadi hanya satu
atau dua orang sahabat saja. Demikian itu terus terjadi dari sahabat ke tabi’in
sampai pada generasi yang menghimpun hadits dalam berbagai kitab. Dan sudah
barang tentu informasi yang dibawa oleh banyak rowi lebih meyakinkan apabila
dibandingkan dengan informasi yang dibawa oleh satu atau dua orang rowi saja.
Dari sinilah para ahli hadits membagi hadits menurut jumlah rowinya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
hadits tentang manusia dan potensi pendidikannya?
2. Bagaimana
hadits tentang Mencintai nabi, al-qur’an dan keluarga?
3. Bagaimana
hadits tentang keutamaan orang yang mengamalkan ilmu?
4. Bagaimana
hadits tentang hakikat ilmu?
5. Bagaimana
hadits tentang ciri-ciri kiamat?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui hadits tentang manusia dan potensi pendidikannya.
2. Untuk
mengetahui hadits tentang mencintai nabi, al-qur’an dan keluarga.
3. Untuk
mengetahui hadits tentang keutaman orang yang mengamalkan ilmu.
4. Untuk
mengetahui hadits tentang hakikat ilmu.
5. Untuk
mengetahui hadits tentang ciri-ciri kiamat.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hadits
tentang manusia dan potensi pendidikannya
عَنْ
اَبِىْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَاَبَوَاهُ
يُهَوِّدَانِهِ اَوْ يُنَصِّرَنِهِ اَوْ يُمَجِّسَنِهِ (رَوَاهُ الْبُخَارِى
وَمُسْلِمْ )
Dari
Abu Hurairah R.A, Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda : “Setiap anak dilahirkan
dalam keadaan suci, ayah dan ibunyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau
Majusi.” (HR. Bukhori dan Muslim)
a. Unsur-unsur
hadits
1) Sanad
عَنْ اَبِىْ
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
2) Matan
كُلُّ مَوْلُوْدٍ
يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَاَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ اَوْ يُنَصِّرَنِهِ اَوْ
يُمَجِّسَنِهِ
3) Rawi
(رَوَاهُ الْبُخَارِى وَمُسْلِمْ )
b. Sanad
Menurut pendapat
mayoritas, nama beliau adalah 'Abdurrahman bin Shakhr ad Dausi. Pada masa jahiliyyah,
beliau bernama Abdu Syams, dan ada pula yang berpendapat lain. Kunyah-nya Abu
Hurairah (inilah yang masyhur) atau Abu Hir, karena memiliki seekor kucing
kecil yang selalu diajaknya bermain-main pada siang hari atau saat
menggembalakan kambing-kambing milik keluarga dan kerabatnya, dan beliau simpan
di atas pohon pada malam harinya. Tersebut dalam Shahihul Bukhari, bahwa Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah memanggilnya, “Wahai, Abu Hir”.
Ahli hadits telah
sepakat, beliau adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits. Abu
Muhammad Ibnu Hazm mengatakan bahwa, dalam Musnad Baqiy bin Makhlad terdapat
lebih dari 5300 hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu.
Selain meriwayatkan
dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau Radhiyallahu 'anhu juga
meriwayatkan dari Abu Bakar, Umar, al Fadhl bin al Abbas, Ubay bin Ka’ab,
Usamah bin Zaid, ‘Aisyah, Bushrah al Ghifari, dan Ka’ab al Ahbar Radhiyallahu
'anhum. Ada sekitar 800 ahli ilmu dari kalangan sahabat maupun tabi’in yang
meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, dan beliau
Radhiyallahu 'anhu adalah orang yang paling hafal dalam meriwayatkan
beribu-ribu hadits. Namun, bukan berarti beliau yang paling utama di antara
para sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Imam asy Syafi’i
berkata,"Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu adalah orang yang paling hafal
dalam meriwayatkan hadits pada zamannya (masa sahabat).”
Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu masuk Islam antara setelah perjanjian Hudaibiyyah dan sebelum perang Khaibar. Beliau Radhiyallahu 'anhu datang ke Madinah sebagai muhajir dan tinggal di Shuffah.
Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu masuk Islam antara setelah perjanjian Hudaibiyyah dan sebelum perang Khaibar. Beliau Radhiyallahu 'anhu datang ke Madinah sebagai muhajir dan tinggal di Shuffah.
Amr bin Ali al Fallas
mengatakan, Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu datang ke Madinah pada tahun
terjadinya perang Khaibar pada bulan Muharram tahun ke-7 H.
Humaid al Himyari
berkata,"Aku menemani seorang sahabat yang pernah menemani Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam selama empat tahun sebagaimana halnya Abu
Hurairah Radhiyallahu 'anhu.”
Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam mendo’akan ibu Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, agar Allah
memberinya hidayah untuk masuk Islam, dan do’a tersebut dikabulkan. Beliau
Radhiyallahu 'anhu wafat pada tahun 57 H menurut pendapat yang terkuat.
c. Klasifikasi
hadits
1. Berdasarkan
jumlah perawi
Berdasarkan jumlah perawinya,
hadits diatas termasuk kedalam hadits “masyhur”, karena jumlah perwainya ada
dua orang yaitu Bukhori dan Muslim
2. Berdasarkan
kualitas
Sedangkan berdasarkan kualitas
haditsnya, hadits tersebut termasuk hadits shahih, karena memenuhi
syarat-syarat yang terdapat di dalam hadits yaitu
a) Sanad
nya bersambung
b) Periwayat
hafalannya sempurna
c) Periwayat
kualitasnya terpercaya
d) Tidak
ada syadz
e) Tidak
ada illat
d. Isi
hadits
Di dalam hadits ini menceritakan
bahwa seorang anak itu di lahirkan dalam keadaan suci, tergantung dari orang
tuanya anak tersebut mau dijadikan seperti apa, jadi pelajaran yang bisa kita
ambil dalam hadits ini adalah kita sebagai orang tua harus benar-benar dalam
mendidik anak, karena anak adalah amanat dari Allah SWT jadi amanah yang telah
diberikan dari Allah harus kita jaga dan rawat dengan hati-hati agar bisa
mendapatkan pahalah dari Allah.
2. Hadits
tentang Mencintai nabi, al-qur’an dan keluarga
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَدِّبُوْا اَوْلَادَكُمْ
عَلَى ثَلَاثِ خِصَالٍ : حُبِّ نَبِيِّكُمْ وَحُبِّ اَهْلِ بَيْتِهِ وَ قِرَأَةُ
الْقُرْأَنِ فَإِنَّ حَمْلَةَ الْقُرْأَنُ فِيْ ظِلِّ اللهِ يَوْمَ لَا ظِلٌّ
ظِلَّهُ مَعَ اَنْبِيَائِهِ وَاَصْفِيَائِهِ (رَوَاهُ الدَّيْلَمِ )
Dari
Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Didiklah anak-anak kalian
dengan tiga macam perkara yaitu mencintai Nabi kalian dan keluarganya serta
membaca Al-Qur’an, karena sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi Al-Qur’an
akan berada di bawah lindungan Allah, diwaktu tidak ada lindungan selain
lindungan-Nya bersama para Nabi dan kekasihnya” (H.R Ad-Dailami)
a. Unsur-unsur
hadits
1) Sanad
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
2) Matan
اَدِّبُوْا اَوْلَادَكُمْ عَلَى
ثَلَاثِ خِصَالٍ : حُبِّ نَبِيِّكُمْ وَحُبِّ اَهْلِ بَيْتِهِ وَ قِرَأَةُ
الْقُرْأَنِ فَإِنَّ حَمْلَةَ الْقُرْأَنُ فِيْ ظِلِّ اللهِ يَوْمَ لَا ظِلٌّ ظِلَّهُ
مَعَ اَنْبِيَائِهِ وَاَصْفِيَائِهِ
3) Rawi
(رَوَاهُ الدَّيْلَمِ )
b. Sanad
Ali
dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada
tanggal 13 Rajab. Menurut
sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar
tahun 599 Masehi atau
600(perkiraan).
Muslim Syi'ah percaya bahwa
Ali dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia Ali
terhadap Nabi Muhammad masih
diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat menyebut berbeda 25 tahun, ada
yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun.
Dia bernama
asli Haydar bin Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW. Haydar
yang berarti Singa adalah harapan keluarga Abu Thalib untuk
mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani di antara
kalangan Quraisy Mekkah. Setelah
mengetahui sepupu yang baru lahir diberi nama Haydar, Nabi SAW memanggil
dengan Ali yang berarti Tinggi(derajat
di sisi Allah).
Ali
dilahirkan dari ibu yang bernama Fatimah binti Asad, dimana Asad merupakan anak dari Hasyim, sehingga menjadikan Ali, merupakan keturunan Hasyim dari sisi bapak dan ibu.
Kelahiran
Ali bin Abi Thalib banyak memberi hiburan bagi Nabi SAW karena dia tidak punya
anak laki-laki. Uzur dan faqir nya keluarga Abu Thalib memberi
kesempatan bagi Nabi SAW bersama istri dia Khadijah untuk mengasuh Ali dan
menjadikannya putra angkat. Hal ini sekaligus untuk membalas jasa kepada Abu Thalib yang telah
mengasuh Nabi sejak dia kecil hingga dewasa, sehingga sedari kecil Ali sudah
bersama dengan Muhammad
c. Klasifikasi
hadits
1) Berdasarkan
jumlah perawi
Berdasarkan jumlah
perawinya, hadits diatas termasuk kedalam hadits “Ahad”, karena jumlah
perwainya ada dua orang yaitu Ad-Dailami
2) Berdasarkan
kualitas
Sedangkan berdasarkan
kualitas haditsnya, hadits tersebut termasuk hadits shahih, karena memenuhi
syarat-syarat yang terdapat di dalam hadits yaitu
(a) Sanad
nya bersambung
(b) Periwayat
hafalannya sempurna
(c) Periwayat
kualitasnya terpercaya
(d) Tidak
ada syadz
(e) Tidak
ada illat
3) Isi
hadits
Di dalam hadits ini
menceritakan bahwa dalam mendidik anak
itu terdapat tiga hal yang sangat penting yaitu mengajarkan cinta pada
nabi, orang tua serta alqur’an, dan untuk mencintai al-quran kita perlu membaca
dan mengamalkan karena barang siapa yang mentadaburi al-qur’an
memliki/mempunyai derajat tinggi di mata Allah SWT.
3. Hadits
tentang keutamaan orang yang mengamalkan ilmu
عَنْ
عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الْعَالِمُ يَنْتَفِعُ بِعِلْمِهِ خَيْرٌ مِنْ اَلْفِ
عَابِدٍ (رَوَاهُ الدَّيْلَمِ)
Dari
Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Orang-orang yang berilmu
kemudian dia memanfaatkan ilmu tersebut (bagi orang lain) akan lebih baik dari
seribu orang yang beribadah atau ahli ibadah. (H.R Ad-Dailami)
a. Unsur-unsur
hadits
1) Sanad
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
2) Matan
الْعَالِمُ
يَنْتَفِعُ بِعِلْمِهِ خَيْرٌ مِنْ اَلْفِ عَابِدٍ
3) Rawi
(رَوَاهُ الدَّيْلَمِ )
b. Sanad
Ali
dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada
tanggal 13 Rajab. Menurut
sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad,
sekitar tahun 599 Masehi atau
600(perkiraan).
Muslim Syi'ah percaya
bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia Ali
terhadap Nabi Muhammad masih
diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat menyebut berbeda 25 tahun, ada
yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun.
Dia bernama
asli Haydar bin Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW. Haydar
yang berarti Singa adalah harapan keluarga Abu Thalib untuk
mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani di antara
kalangan Quraisy Mekkah. Setelah
mengetahui sepupu yang baru lahir diberi nama Haydar, Nabi SAW memanggil
dengan Ali yang berarti Tinggi(derajat
di sisi Allah).
Ali
dilahirkan dari ibu yang bernama Fatimah binti Asad, dimana Asad merupakan anak dari Hasyim, sehingga menjadikan Ali, merupakan keturunan Hasyim dari sisi bapak dan ibu.
Kelahiran
Ali bin Abi Thalib banyak memberi hiburan bagi Nabi SAW karena dia tidak punya
anak laki-laki. Uzur dan faqir nya keluarga Abu Thalib memberi
kesempatan bagi Nabi SAW bersama istri dia Khadijah untuk mengasuh Ali dan
menjadikannya putra angkat. Hal ini sekaligus untuk membalas jasa kepada Abu Thalib yang telah
mengasuh Nabi sejak dia kecil hingga dewasa, sehingga sedari kecil Ali sudah
bersama dengan Muhammad
c. Klasifikasi
hadits
1) Berdasarkan
jumlah perawi
Berdasarkan jumlah
perawinya, hadits diatas termasuk kedalam hadits “Ahad”, karena jumlah
perwainya hanya ada satu orang yaitu Ad-Dailami
2) Berdasarkan
kualitas
Sedangkan berdasarkan
kualitas haditsnya, hadits tersebut termasuk hadits shahih, karena memenuhi
syarat-syarat yang terdapat di dalam hadits yaitu
(a) Sanad
nya bersambung
(b) Periwayat
hafalannya sempurna
(c) Periwayat
kualitasnya terpercaya
(d) Tidak
ada syadz
(e) Tidak
ada illat
(f) Isi
hadits
Di dalam hadits ini
menceritakan bahwa orang yang mempunyai ilmu dan kemudian memanfaatkan ilmunya
orang tersebut lebih baik dari seribu orang yang ahli ibadah.
4. Hadits
tetang hakikat ilmu
عَنْ اِبْنُ
عَبَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِيْ الدِّيْنِ وَ
اِنَّمَا الْعِلْمُ بِاالتَّعَلُّمِ ...... (رَوَاهُ الْبُخَارِىْ)
Dari
Ibnu Abbas R.A Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang
dikehendaki Allah menjadi baik, maka dia akan difahamkan dalam hal agama. Dan
sesungguhnya ilmu itu dengan belajar” (HR. Bukhori)
a. Unsur-unsur
hadits
1) Sanad
عَنْ اِبْنُ عَبَّاسِ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
2) Matan
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا
يُفَقِّهْهُ فِيْ الدِّيْنِ وَ اِنَّمَا الْعِلْمُ بِاالتَّعَلُّمِ.
3) Rawi
(رَوَاهُ الْبُخَارِىْ)
b. Sanad
Abdullah bin
`Abbas bin `Abdul Muththalib bin Hasyim lahir di Makkah tiga tahun sebelum
hijrah. Ayahnya adalah `Abbas, paman Rasulullah, sedangkan ibunya bernama
Lubabah binti Harits yang dijuluki Ummu Fadhl yaitu saudara dari Maimunah,
istri Rasulullah. Beliau dikenal dengan nama Ibnu `Abbas. Selain itu, beliau
juga disebut dengan panggilan Abul `Abbas. Dari beliau inilah berasal silsilah
khalifah Dinasti `Abbasiyah.
Ibnu `Abbas
adalah salah satu dari empat orang pemuda bernama `Abdullah yang mereka semua
diberi titel Al-`Abadillah. Tiga rekan yang lain ialah ‘Abdullah bin `Umar
(Ibnu `Umar), `Abdullah bin Zubair (Ibnu Zubair), dan `Abdullah bin Amr. Mereka
termasuk diantara tiga puluh orang yang menghafal dan menguasai Al-Qur’an
pada saat penaklukkan Kota Makkah. Al-`Abadillah juga merupakan bagian dari
lingkar `ulama yang dipercaya oleh kaum muslimin untuk memberi fatwa pada waktu
itu.
Beliau
senantiasa mengiringi Nabi. Beliau menyiapkan air untuk wudhu` Nabi. Ketika
shalat, beliau berjama`ah bersama Nabi. Apabila Nabi melakukan perjalanan,
beliau turut pergi bersama Nabi. Beliau juga kerap menhadiri majelis-majelis
Nabi. Akibat interaksi yang sedemikian itulah, beliau banyak mengingat dan
mengambil pelajaran dari setiap perkataan dan perbuatan Nabi. Dalam pada itu,
Nabi pun mengajari dan mendo`akan beliau.
Pernah satu
hari Rasul memanggil `Abdullah bin `Abbas yang sedang merangkak-rangkak di atas
tanah, menepuk-nepuk bahunya dan mendoakannya, “Ya Allah, jadikanlah Ia seorang
yang mendapat pemahaman mendalam mengenai agama Islam dan berilah kefahaman
kepadanya di dalam ilmu tafsir.”
c. Klasifikasi
hadits
1) Berdasarkan
jumlah perawi
Berdasarkan jumlah
perawinya, hadits diatas termasuk kedalam hadits “Ahad”, karena jumlah
perwainya hanya ada satu orang yaitu Bukhori
2) Berdasarkan
kualitas
Sedangkan berdasarkan
kualitas haditsnya, hadits tersebut termasuk hadits shahih, karena memenuhi
syarat-syarat yang terdapat di dalam hadits yaitu
(a) Sanad
nya bersambung
(b) Periwayat
hafalannya sempurna
(c) Periwayat
kualitasnya terpercaya
(d) Tidak
ada syadz
(e) Tidak
ada illat
3) Isi
hadits
Di dalam hadits ini
menceritakan bahwa ilmu bukan dengan datang dengan sendiriny amelainkan dengan
belajar dan siapapun yang dikehendaki oleh Allah menjadi dia akan menjadi baik
dan barang siapa yang dikenhendaki Allah menjadi jahat akan menjadi jahat.
5. Hadits
ciri-ciri kiamat
عَنْ
عَبْدِاللهِ ابْنِ عُمَرَو بْنُ الْعَاصِ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللهَ لَا يَقْبِضُ الْعَالِمُ إِنْتِزَاعًا
يَنْزِعُهُ مِنَ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعُلَمَاءُ حَتَّى إِذَا لَمْ
يَتْرَكْ عَالِمًا إِتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْسًا جَهْلًا فَسْئَلُوْا فَافْتُوْا
بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوْا وَ اَضَلُّوْا (اَخْرَجَهُ الْبُخَارِىْ)
Dari Abdullah bin Amr bin Ash berkata, Rasulullah SAW
bersabda : “Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan mencabutnya dari
manusia tetapi Allah mengambil ilmu dengan cara mengambil para ulama, sehingga
jika Dia tidak meninggalkan seorang alim, maka orang-orang menjadikan pemimpin
mereka orang-orang yang bodoh, lalu mereka ditanya maka mereka menjawab tanpa
dengan ilmu, jadilah mereka sesat dan menyesatkan. (HR. Bukhori)
a. Unsur-unsur
hadits
1) Sanad
عَنْ عَبْدِاللهِ
ابْنِ عُمَرَو بْنُ الْعَاصِ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ :
2) Matan
إِنَّ اللهَ لَا
يَقْبِضُ الْعَالِمُ إِنْتِزَاعًا يَنْزِعُهُ مِنَ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ
الْعُلَمَاءُ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرَكْ عَالِمًا إِتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْسًا
جَهْلًا فَسْئَلُوْا فَافْتُوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوْا وَ اَضَلُّوْا
3) Rawi
(اَخْرَجَهُ الْبُخَارِىْ
b. Sanad
Seorang abid yang shaleh, rajin
beribadat dan gemar bertaubat yang kita paparkan riwayatnya sekarang ini ialah
Abdullah bin 'Amr bin 'Ash. Seandainya bapaknya menjadi guru dalam
kecerdasan, kelihaian dan banyak tipu muslihat, sebaliknya Abdullah,
menjadi teladan yang mcmpunyai kedudukan tinggi di antara ahl-ahli ibadat yang
bersifat zuhud dan terbuka. Seluruh waktu dan sepanjang kehidupannya
dipergunakannya untuk beribadat. Ia berhasil mengecap manisnya iman, hingga
waktu siang dan malam itu tidak cukup luas untuk menampung kebaktian serta amal
ibadatnya.
Ia lebih dulu masuk Islam daripada
bapaknya. Dan semenjak ia bai'at dengan menaruh telapak tangan kanannya di
telapak kanan Rasulullah saw.. sementara hatinya yang tak ubahnya dengan cahaya
shubuh yang cemerlang diterangi oleh nur Ilahi dan cahaya ketaatannya,
pertama-tama Abdullah memusatkan perhatiannya terhadap al-Quran yang diturunkan
seeara berangsur-angsur.
Setiap turun ayat maka dihafalkan
dan diusahakannya untuk memahaminya, hingga setelah semuanya selesai dan
sempurna ia pun telah hafal keseluruhannya.
Dan ia menghafalkan itu bukanlah
hanya sekedar mengingat hingga seolah-olah ingatannya itu menjadi musium bagi
sebuah buku tebal .... tetapi dihafalkan dengan tujuan dapat dipergunakan untuk
memupuk jiwanya, dan kemudian agar ia dapat menjadi hamba Allah yang taat,
menghalalkan apa yang dihalalkanNya dan mengharamkan apa yang diharamkanNya
serta memperkenankan seruannya. Kemudian tiada bosan-bosannya ia membaca,
melagukan dan merenungkan isinya, menjelajahi taman-tamannya yang indah mekar,
gembira ria jika kebetulan ayat-ayatnya yang mulia itu menceritakan kesenangan,
sebaliknya menangis mengucurkan air mata jika membangkitkan hal-hal yang
menakutkan... !
c. Klasifikasi
hadits
1) Berdasarkan
jumlah perawi
Berdasarkan jumlah
perawinya, hadits diatas termasuk kedalam hadits “Ahad”, karena jumlah
perwainya hanya ada satu orang yaitu Bukhori
2) Berdasarkan kualitas
Sedangkan berdasarkan
kualitas haditsnya, hadits tersebut termasuk hadits shahih, karena memenuhi
syarat-syarat yang terdapat di dalam hadits yaitu
(a) Sanad
nya bersambung
(b) Periwayat
hafalannya sempurna
(c) Periwayat
kualitasnya terpercaya
(d) Tidak
ada syadz
(e) Tidak
ada illat
3) Isi
hadits
Di dalam hadits ini
menceritakan Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan
mencabutnya dari manusia tetapi Allah mengambil ilmu dengan cara mengambil para
ulama, sehingga jika Dia tidak meninggalkan seorang alim, maka orang-orang
menjadikan pemimpin mereka orang-orang yang bodoh, lalu mereka ditanya maka
mereka menjawab tanpa dengan ilmu, jadilah mereka sesat dan menyesatkan.
Ini merupakan salah satu ciri akan
datangnya kiamat, karena tidak ada para ulama yang memberi nasihat atau ceramah
atau tidak ada yang mengingatkan umat
manusia agar selalu berada dijalan yang benar dan diridhoi oleh Allah SWT
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Hadits
tentang manusia dan potensi pendidikannya
Dari
Abu Hurairah R.A, Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda : “Setiap anak dilahirkan
dalam keadaan suci, ayah dan ibunyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau
Majusi.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Kandungan Isi hadits
menurut penulis:
Di
dalam hadits ini menceritakan bahwa seorang anak itu di lahirkan dalam keadaan
suci, tergantung dari orang tuanya anak tersebut mau dijadikan seperti apa,
jadi pelajaran yang bisa kita ambil dalam hadits ini adalah kita sebagai orang
tua harus benar-benar dalam mendidik anak, karena anak adalah amanat dari Allah
SWT jadi amanah yang telah diberikan dari Allah harus kita jaga dan rawat
dengan hati-hati agar bisa mendapatkan pahalah dari Allah.
2. Hadits
tentang Mencintai nabi, al-qur’an dan keluarga
Dari
Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Didiklah anak-anak kalian
dengan tiga macam perkara yaitu mencintai Nabi kalian dan keluarganya serta
membaca Al-Qur’an, karena sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi Al-Qur’an
akan berada di bawah lindungan Allah, diwaktu tidak ada lindungan selain
lindungan-Nya bersama para Nabi dan kekasihnya” (H.R Ad-Dailami)
Kandungan Isi hadits
menurut penulis:
Di
dalam hadits ini menceritakan bahwa dalam mendidik anak itu terdapat tiga hal yang sangat penting
yaitu mengajarkan cinta pada nabi, orang tua serta alqur’an, dan untuk
mencintai al-quran kita perlu membaca dan mengamalkan karena barang siapa yang
mentadaburi al-qur’an memliki/mempunyai derajat tinggi di mata Allah SWT.
3. Hadits
tentang keutamaan orang yang mengamalkan ilmu
Dari
Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Orang-orang yang berilmu
kemudian dia memanfaatkan ilmu tersebut (bagi orang lain) akan lebih baik dari
seribu orang yang beribadah atau ahli ibadah. (H.R Ad-Dailami).
Kandungan Isi hadits
menurut penulis:
Di
dalam hadits ini menceritakan bahwa orang yang mempunyai ilmu dan kemudian
memanfaatkan ilmunya orang tersebut lebih baik dari seribu orang yang ahli
ibadah.
4. Hadits
tetang hakikat ilmu
Dari
Ibnu Abbas R.A Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang
dikehendaki Allah menjadi baik, maka dia akan difahamkan dalam hal agama. Dan
sesungguhnya ilmu itu dengan belajar” (HR. Bukhori)
Kandungan Isi hadits
menurut penulis:
Di
dalam hadits ini menceritakan bahwa ilmu bukan dengan datang dengan sendiriny
amelainkan dengan belajar dan siapapun yang dikehendaki oleh Allah menjadi dia
akan menjadi baik dan barang siapa yang dikenhendaki Allah menjadi jahat akan
menjadi jahat.
5. Hadits
ciri-ciri kiamat
Dari
Abdullah bin Amr bin Ash berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah
tidak mengambil ilmu dengan mencabutnya dari manusia tetapi Allah mengambil
ilmu dengan cara mengambil para ulama, sehingga jika Dia tidak meninggalkan
seorang alim, maka orang-orang menjadikan pemimpin mereka orang-orang yang
bodoh, lalu mereka ditanya maka mereka menjawab tanpa dengan ilmu, jadilah
mereka sesat dan menyesatkan. (HR. Bukhori).
Kandungan Isi hadits
menurut penulis:
Di
dalam hadits ini menceritakan Sesungguhnya Allah tidak mengambil
ilmu dengan mencabutnya dari manusia tetapi Allah mengambil ilmu dengan cara
mengambil para ulama, sehingga jika Dia tidak meninggalkan seorang alim, maka
orang-orang menjadikan pemimpin mereka orang-orang yang bodoh, lalu mereka
ditanya maka mereka menjawab tanpa dengan ilmu, jadilah mereka sesat dan
menyesatkan. Ini merupakan salah satu
ciri akan datangnya kiamat, karena tidak ada para ulama yang memberi nasihat
atau ceramah atau tidak ada yang mengingatkan
umat manusia agar selalu berada dijalan yang benar dan diridhoi oleh
Allah SWT.
B.
Saran
Makalah tentang hadits semoga dapat
menambah wawasan kita tentang hadits dan kandungan isi hadits nya serta makalah
tentang hadits ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya relevan.




No comments:
Post a Comment