makalah al-hadits tentang pendidikan


KUMPULAN HADITS TENTANG PENDIDIKAN

RESUME


Ditujukan guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Al-Islam Studi Al-Hadits
Dosen Pengampu: Arief Hidayat Afendi, M.Ag




Disusun Oleh Semester 4 kelas SD13.A2
Wahyu Rosidin                                  130641073


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2015




KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang penyusun alami dalam proses pengerjaannya, tetapi penyusun berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Penyusunan resume ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Al-Islam Studi Al-Hadits Resmue  ini berjudul tentang “Hadits Pendidikan” yang didalamnya membahas tentang manusia dan potensi pendidikannya, mencintai Nabi, Al-Qur’an dan keluarga, keutaman orang yang mengamalkan ilmu, hakikat ilmu dan ciri-ciri kiamat.
Terima kasih penulis sampaikan kepada:
1.      Arief Hidayat Afendi M.Ag selaku Dosen Pengampu mata kuliah Al-Islam Studi Al-Hadits.
2.      Teman-teman yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.



Cirebon, Juli 2015


Penulis

Penulis

 







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI  ..................................................................................................... ii

BAB  I  PENDAHULUAN  ............................................................................... 1
A.    Latar Belakang ......................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C.     Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
A.    Pengertian Identitas Nasional .................................................................. 3
B.     Faktor-faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional .......................... 5
C.     Parameter Identitas Nasional ................................................................... 7
D.    Pancasila Sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional ........................... 8
E.     Sejarah Budaya Bangsa Sebagai Akar Identitas Nasional ....................... 9
F.      Unsur-unsur Pembentuk Identitas Nasional ............................................. 11
G.    Masalah Identitas Nasional di Indonesia ................................................. 11
H.    Solusi Masalah Identitas Nasional di Indonesia  ..................................... 13
BAB III  PENUTUP .......................................................................................... 15
A.    Kesimpulan ............................................................................................... 15
B.     Saran ......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA  ....................................................................................... 18
LAMPIRAN ....................................................................................................... 19


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Al-Hadits merupakan sumber ajaran islam, yang kedua dari Al-Qur’an. Dilihat dari sudut periwayatannya, jelas antara Hadits dan Al-Qur’an terdapat perbedaan. Untuk Al-Qur’an semua periwayatannya berlangsung secara mutawatir. Sedangkan periwayatan Hadits sebagian berlangsung secara mutawatir dan sebagian lagi berlangsung secara ahad. Sehingga mulai dari sinilah timbul berbagai pendapat dalam menilai kualitas hadits. Sekaligus sumber perdebatan dalam kancah ilmiah, atau bahkan dalam kancah-kancah non ilmiah. Akibatnya bukan kesepakatan yang didapatkan, akan tetapi sebaliknya perpecahan yang terjadi.
Para sahabat dalam menerima hadits dari Nabi Muhammad SAW. Terkadang berhadapan langsung dengan sahabat yang jumlahnya sangat banyak karena pada saat nabi sedang memberikan khutbah di hadapan kaum muslimin, kadang hanya beberapa sahabat bahkan juga bisa terjadi hanya satu atau dua orang sahabat saja. Demikian itu terus terjadi dari sahabat ke tabi’in sampai pada generasi yang menghimpun hadits dalam berbagai kitab. Dan sudah barang tentu informasi yang dibawa oleh banyak rowi lebih meyakinkan apabila dibandingkan dengan informasi yang dibawa oleh satu atau dua orang rowi saja. Dari sinilah para ahli hadits membagi hadits menurut jumlah rowinya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana hadits tentang manusia dan potensi pendidikannya?
2.      Bagaimana hadits tentang Mencintai nabi, al-qur’an dan keluarga?
3.      Bagaimana hadits tentang keutamaan orang yang mengamalkan ilmu?
4.      Bagaimana hadits tentang hakikat ilmu?
5.      Bagaimana hadits tentang ciri-ciri kiamat?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui hadits tentang manusia dan potensi pendidikannya.
2.      Untuk mengetahui hadits tentang mencintai nabi, al-qur’an dan keluarga.
3.      Untuk mengetahui hadits tentang keutaman orang yang mengamalkan ilmu.
4.      Untuk mengetahui hadits tentang hakikat ilmu.
5.      Untuk mengetahui hadits tentang ciri-ciri kiamat.


BAB II
PEMBAHASAN

1.      Hadits tentang manusia dan potensi pendidikannya
عَنْ اَبِىْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَاَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ اَوْ يُنَصِّرَنِهِ اَوْ يُمَجِّسَنِهِ (رَوَاهُ الْبُخَارِى وَمُسْلِمْ )
Dari Abu Hurairah R.A, Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda : “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, ayah dan ibunyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhori dan Muslim)
a.       Unsur-unsur hadits
1)      Sanad
عَنْ اَبِىْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
2)      Matan
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَاَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ اَوْ يُنَصِّرَنِهِ اَوْ يُمَجِّسَنِهِ
3)      Rawi
(رَوَاهُ الْبُخَارِى وَمُسْلِمْ )
b.      Sanad
Menurut pendapat mayoritas, nama beliau adalah 'Abdurrahman bin Shakhr ad Dausi. Pada masa jahiliyyah, beliau bernama Abdu Syams, dan ada pula yang berpendapat lain. Kunyah-nya Abu Hurairah (inilah yang masyhur) atau Abu Hir, karena memiliki seekor kucing kecil yang selalu diajaknya bermain-main pada siang hari atau saat menggembalakan kambing-kambing milik keluarga dan kerabatnya, dan beliau simpan di atas pohon pada malam harinya. Tersebut dalam Shahihul Bukhari, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah memanggilnya, “Wahai, Abu Hir”.
Ahli hadits telah sepakat, beliau adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits. Abu Muhammad Ibnu Hazm mengatakan bahwa, dalam Musnad Baqiy bin Makhlad terdapat lebih dari 5300 hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu.
Selain meriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau Radhiyallahu 'anhu juga meriwayatkan dari Abu Bakar, Umar, al Fadhl bin al Abbas, Ubay bin Ka’ab, Usamah bin Zaid, ‘Aisyah, Bushrah al Ghifari, dan Ka’ab al Ahbar Radhiyallahu 'anhum. Ada sekitar 800 ahli ilmu dari kalangan sahabat maupun tabi’in yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, dan beliau Radhiyallahu 'anhu adalah orang yang paling hafal dalam meriwayatkan beribu-ribu hadits. Namun, bukan berarti beliau yang paling utama di antara para sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.



Imam asy Syafi’i berkata,"Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu adalah orang yang paling hafal dalam meriwayatkan hadits pada zamannya (masa sahabat).”
Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu masuk Islam antara setelah perjanjian Hudaibiyyah dan sebelum perang Khaibar. Beliau Radhiyallahu 'anhu datang ke Madinah sebagai muhajir dan tinggal di Shuffah.

Amr bin Ali al Fallas mengatakan, Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu datang ke Madinah pada tahun terjadinya perang Khaibar pada bulan Muharram tahun ke-7 H.
Humaid al Himyari berkata,"Aku menemani seorang sahabat yang pernah menemani Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam selama empat tahun sebagaimana halnya Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu.”
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mendo’akan ibu Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, agar Allah memberinya hidayah untuk masuk Islam, dan do’a tersebut dikabulkan. Beliau Radhiyallahu 'anhu wafat pada tahun 57 H menurut pendapat yang terkuat.
c.       Klasifikasi hadits
1.      Berdasarkan jumlah perawi
Berdasarkan jumlah perawinya, hadits diatas termasuk kedalam hadits “masyhur”, karena jumlah perwainya ada dua orang yaitu Bukhori dan Muslim
2.      Berdasarkan kualitas
Sedangkan berdasarkan kualitas haditsnya, hadits tersebut termasuk hadits shahih, karena memenuhi syarat-syarat yang terdapat di dalam hadits yaitu
a)      Sanad nya bersambung
b)      Periwayat hafalannya sempurna
c)      Periwayat kualitasnya terpercaya
d)     Tidak ada syadz
e)      Tidak ada illat
d.      Isi hadits
Di dalam hadits ini menceritakan bahwa seorang anak itu di lahirkan dalam keadaan suci, tergantung dari orang tuanya anak tersebut mau dijadikan seperti apa, jadi pelajaran yang bisa kita ambil dalam hadits ini adalah kita sebagai orang tua harus benar-benar dalam mendidik anak, karena anak adalah amanat dari Allah SWT jadi amanah yang telah diberikan dari Allah harus kita jaga dan rawat dengan hati-hati agar bisa mendapatkan pahalah dari Allah.










2.      Hadits tentang Mencintai nabi, al-qur’an dan keluarga
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :  قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :  اَدِّبُوْا اَوْلَادَكُمْ عَلَى ثَلَاثِ خِصَالٍ : حُبِّ نَبِيِّكُمْ وَحُبِّ اَهْلِ بَيْتِهِ وَ قِرَأَةُ الْقُرْأَنِ فَإِنَّ حَمْلَةَ الْقُرْأَنُ فِيْ ظِلِّ اللهِ يَوْمَ لَا ظِلٌّ ظِلَّهُ مَعَ اَنْبِيَائِهِ وَاَصْفِيَائِهِ (رَوَاهُ الدَّيْلَمِ )
Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Didiklah anak-anak kalian dengan tiga macam perkara yaitu mencintai Nabi kalian dan keluarganya serta membaca Al-Qur’an, karena sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi Al-Qur’an akan berada di bawah lindungan Allah, diwaktu tidak ada lindungan selain lindungan-Nya bersama para Nabi dan kekasihnya” (H.R Ad-Dailami)
a.       Unsur-unsur hadits
1)      Sanad
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :  قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
2)      Matan
اَدِّبُوْا اَوْلَادَكُمْ عَلَى ثَلَاثِ خِصَالٍ : حُبِّ نَبِيِّكُمْ وَحُبِّ اَهْلِ بَيْتِهِ وَ قِرَأَةُ الْقُرْأَنِ فَإِنَّ حَمْلَةَ الْقُرْأَنُ فِيْ ظِلِّ اللهِ يَوْمَ لَا ظِلٌّ ظِلَّهُ مَعَ اَنْبِيَائِهِ وَاَصْفِيَائِهِ
3)      Rawi
(رَوَاهُ الدَّيْلَمِ )
b.      Sanad
Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 599 Masehi atau 600(perkiraan). Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia Ali terhadap Nabi Muhammad masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat menyebut berbeda 25 tahun, ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun.
Dia bernama asli Haydar bin Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW. Haydar yang berarti Singa adalah harapan keluarga Abu Thalib untuk mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani di antara kalangan Quraisy Mekkah. Setelah mengetahui sepupu yang baru lahir diberi nama Haydar, Nabi SAW memanggil dengan Ali yang berarti Tinggi(derajat di sisi Allah).
Ali dilahirkan dari ibu yang bernama Fatimah binti Asad, dimana Asad merupakan anak dari Hasyim, sehingga menjadikan Ali, merupakan keturunan Hasyim dari sisi bapak dan ibu.
Kelahiran Ali bin Abi Thalib banyak memberi hiburan bagi Nabi SAW karena dia tidak punya anak laki-laki. Uzur dan faqir nya keluarga Abu Thalib memberi kesempatan bagi Nabi SAW bersama istri dia Khadijah untuk mengasuh Ali dan menjadikannya putra angkat. Hal ini sekaligus untuk membalas jasa kepada Abu Thalib yang telah mengasuh Nabi sejak dia kecil hingga dewasa, sehingga sedari kecil Ali sudah bersama dengan Muhammad


c.       Klasifikasi hadits
1)      Berdasarkan jumlah perawi
Berdasarkan jumlah perawinya, hadits diatas termasuk kedalam hadits “Ahad”, karena jumlah perwainya ada dua orang yaitu Ad-Dailami
2)      Berdasarkan kualitas
Sedangkan berdasarkan kualitas haditsnya, hadits tersebut termasuk hadits shahih, karena memenuhi syarat-syarat yang terdapat di dalam hadits yaitu
(a)    Sanad nya bersambung
(b)   Periwayat hafalannya sempurna
(c)    Periwayat kualitasnya terpercaya
(d)   Tidak ada syadz
(e)    Tidak ada illat
3)      Isi hadits
Di dalam hadits ini menceritakan bahwa dalam mendidik anak  itu terdapat tiga hal yang sangat penting yaitu mengajarkan cinta pada nabi, orang tua serta alqur’an, dan untuk mencintai al-quran kita perlu membaca dan mengamalkan karena barang siapa yang mentadaburi al-qur’an memliki/mempunyai derajat tinggi di mata Allah SWT.

3.      Hadits tentang keutamaan orang yang mengamalkan ilmu
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :  قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الْعَالِمُ يَنْتَفِعُ بِعِلْمِهِ خَيْرٌ مِنْ اَلْفِ عَابِدٍ (رَوَاهُ الدَّيْلَمِ)
Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Orang-orang yang berilmu kemudian dia memanfaatkan ilmu tersebut (bagi orang lain) akan lebih baik dari seribu orang yang beribadah atau ahli ibadah. (H.R Ad-Dailami)
a.       Unsur-unsur hadits
1)      Sanad
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :  قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
2)      Matan
الْعَالِمُ يَنْتَفِعُ بِعِلْمِهِ خَيْرٌ مِنْ اَلْفِ عَابِدٍ
3)      Rawi
(رَوَاهُ الدَّيْلَمِ )
b.      Sanad
Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 599 Masehi atau 600(perkiraan). Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia Ali terhadap Nabi Muhammad masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat menyebut berbeda 25 tahun, ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun.


Dia bernama asli Haydar bin Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW. Haydar yang berarti Singa adalah harapan keluarga Abu Thalib untuk mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani di antara kalangan Quraisy Mekkah. Setelah mengetahui sepupu yang baru lahir diberi nama Haydar, Nabi SAW memanggil dengan Ali yang berarti Tinggi(derajat di sisi Allah).
Ali dilahirkan dari ibu yang bernama Fatimah binti Asad, dimana Asad merupakan anak dari Hasyim, sehingga menjadikan Ali, merupakan keturunan Hasyim dari sisi bapak dan ibu.
Kelahiran Ali bin Abi Thalib banyak memberi hiburan bagi Nabi SAW karena dia tidak punya anak laki-laki. Uzur dan faqir nya keluarga Abu Thalib memberi kesempatan bagi Nabi SAW bersama istri dia Khadijah untuk mengasuh Ali dan menjadikannya putra angkat. Hal ini sekaligus untuk membalas jasa kepada Abu Thalib yang telah mengasuh Nabi sejak dia kecil hingga dewasa, sehingga sedari kecil Ali sudah bersama dengan Muhammad
c.       Klasifikasi hadits
1)      Berdasarkan jumlah perawi
Berdasarkan jumlah perawinya, hadits diatas termasuk kedalam hadits “Ahad”, karena jumlah perwainya hanya ada satu orang yaitu Ad-Dailami
2)      Berdasarkan kualitas
Sedangkan berdasarkan kualitas haditsnya, hadits tersebut termasuk hadits shahih, karena memenuhi syarat-syarat yang terdapat di dalam hadits yaitu
(a)    Sanad nya bersambung
(b)   Periwayat hafalannya sempurna
(c)    Periwayat kualitasnya terpercaya
(d)   Tidak ada syadz
(e)    Tidak ada illat
(f)    Isi hadits
Di dalam hadits ini menceritakan bahwa orang yang mempunyai ilmu dan kemudian memanfaatkan ilmunya orang tersebut lebih baik dari seribu orang yang ahli ibadah.
















4.      Hadits tetang hakikat ilmu
عَنْ اِبْنُ عَبَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِيْ الدِّيْنِ وَ اِنَّمَا الْعِلْمُ بِاالتَّعَلُّمِ ...... (رَوَاهُ الْبُخَارِىْ)
Dari Ibnu Abbas R.A Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi baik, maka dia akan difahamkan dalam hal agama. Dan sesungguhnya ilmu itu dengan belajar” (HR. Bukhori)
a.       Unsur-unsur hadits
1)      Sanad
عَنْ اِبْنُ عَبَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
2)      Matan
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِيْ الدِّيْنِ وَ اِنَّمَا الْعِلْمُ بِاالتَّعَلُّمِ.
3)      Rawi
(رَوَاهُ الْبُخَارِىْ)
b.      Sanad
Abdullah bin `Abbas bin `Abdul Muththalib bin Hasyim lahir di Makkah tiga tahun sebelum hijrah. Ayahnya adalah `Abbas, paman Rasulullah, sedangkan ibunya bernama Lubabah binti Harits yang dijuluki Ummu Fadhl yaitu saudara dari Maimunah, istri Rasulullah. Beliau dikenal dengan nama Ibnu `Abbas. Selain itu, beliau juga disebut dengan panggilan Abul `Abbas. Dari beliau inilah berasal silsilah khalifah Dinasti `Abbasiyah.
Ibnu `Abbas adalah salah satu dari empat orang pemuda bernama `Abdullah yang mereka semua diberi titel Al-`Abadillah. Tiga rekan yang lain ialah ‘Abdullah bin `Umar (Ibnu `Umar), `Abdullah bin Zubair (Ibnu Zubair), dan `Abdullah bin Amr. Mereka termasuk diantara tiga puluh orang yang menghafal dan menguasai  Al-Qur’an pada saat penaklukkan Kota Makkah. Al-`Abadillah juga merupakan bagian dari lingkar `ulama yang dipercaya oleh kaum muslimin untuk memberi fatwa pada waktu itu.
Beliau senantiasa mengiringi Nabi. Beliau menyiapkan air untuk wudhu` Nabi. Ketika shalat, beliau berjama`ah bersama Nabi. Apabila Nabi melakukan perjalanan, beliau turut pergi bersama Nabi. Beliau juga kerap menhadiri majelis-majelis Nabi. Akibat interaksi yang sedemikian itulah, beliau banyak mengingat dan mengambil pelajaran dari setiap perkataan dan perbuatan Nabi. Dalam pada itu, Nabi pun mengajari dan mendo`akan beliau.
Pernah satu hari Rasul memanggil `Abdullah bin `Abbas yang sedang merangkak-rangkak di atas tanah, menepuk-nepuk bahunya dan mendoakannya, “Ya Allah, jadikanlah Ia seorang yang mendapat pemahaman mendalam mengenai agama Islam dan berilah kefahaman kepadanya di dalam ilmu tafsir.”





c.       Klasifikasi hadits
1)      Berdasarkan jumlah perawi
Berdasarkan jumlah perawinya, hadits diatas termasuk kedalam hadits “Ahad”, karena jumlah perwainya hanya ada satu orang yaitu Bukhori
2)      Berdasarkan kualitas
Sedangkan berdasarkan kualitas haditsnya, hadits tersebut termasuk hadits shahih, karena memenuhi syarat-syarat yang terdapat di dalam hadits yaitu
(a)    Sanad nya bersambung
(b)   Periwayat hafalannya sempurna
(c)    Periwayat kualitasnya terpercaya
(d)   Tidak ada syadz
(e)    Tidak ada illat
3)      Isi hadits
Di dalam hadits ini menceritakan bahwa ilmu bukan dengan datang dengan sendiriny amelainkan dengan belajar dan siapapun yang dikehendaki oleh Allah menjadi dia akan menjadi baik dan barang siapa yang dikenhendaki Allah menjadi jahat akan menjadi jahat.
5.      Hadits ciri-ciri kiamat
عَنْ عَبْدِاللهِ ابْنِ عُمَرَو بْنُ الْعَاصِ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللهَ لَا يَقْبِضُ الْعَالِمُ إِنْتِزَاعًا يَنْزِعُهُ مِنَ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعُلَمَاءُ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرَكْ عَالِمًا إِتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْسًا جَهْلًا فَسْئَلُوْا فَافْتُوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوْا وَ اَضَلُّوْا (اَخْرَجَهُ الْبُخَارِىْ)
Dari Abdullah bin Amr bin Ash berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan mencabutnya dari manusia tetapi Allah mengambil ilmu dengan cara mengambil para ulama, sehingga jika Dia tidak meninggalkan seorang alim, maka orang-orang menjadikan pemimpin mereka orang-orang yang bodoh, lalu mereka ditanya maka mereka menjawab tanpa dengan ilmu, jadilah mereka sesat dan menyesatkan. (HR. Bukhori)
a.       Unsur-unsur hadits
1)      Sanad
عَنْ عَبْدِاللهِ ابْنِ عُمَرَو بْنُ الْعَاصِ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
2)      Matan
إِنَّ اللهَ لَا يَقْبِضُ الْعَالِمُ إِنْتِزَاعًا يَنْزِعُهُ مِنَ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعُلَمَاءُ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرَكْ عَالِمًا إِتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْسًا جَهْلًا فَسْئَلُوْا فَافْتُوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوْا وَ اَضَلُّوْا
3)      Rawi
(اَخْرَجَهُ الْبُخَارِىْ





b.      Sanad
Seorang abid yang shaleh, rajin beribadat dan gemar bertaubat yang kita paparkan riwayatnya sekarang ini ialah Abdullah bin 'Amr bin 'Ash. Seandainya bapaknya menjadi guru dalam kecerdasan,  kelihaian dan banyak tipu muslihat, sebaliknya Abdullah, menjadi teladan yang mcmpunyai kedudukan tinggi di antara ahl-ahli ibadat yang bersifat zuhud dan terbuka. Seluruh waktu dan sepanjang kehidupannya dipergunakannya untuk beribadat. Ia berhasil mengecap manisnya iman, hingga waktu siang dan malam itu tidak cukup luas untuk menampung kebaktian serta amal ibadatnya. 
Ia lebih dulu masuk Islam daripada bapaknya. Dan semenjak ia bai'at dengan menaruh telapak tangan kanannya di telapak kanan Rasulullah saw.. sementara hatinya yang tak ubahnya dengan cahaya shubuh yang cemerlang diterangi oleh nur Ilahi dan cahaya ketaatannya, pertama-tama Abdullah memusatkan perhatiannya terhadap al-Quran yang diturunkan seeara berangsur-angsur. 
Setiap turun ayat maka dihafalkan dan diusahakannya untuk memahaminya, hingga setelah semuanya selesai dan sempurna ia pun telah hafal keseluruhannya.
Dan ia menghafalkan itu bukanlah hanya sekedar mengingat hingga seolah-olah ingatannya itu menjadi musium bagi sebuah buku tebal .... tetapi dihafalkan dengan tujuan dapat dipergunakan untuk memupuk jiwanya, dan kemudian agar ia dapat  menjadi hamba Allah yang taat, menghalalkan apa yang dihalalkanNya dan mengharamkan apa yang diharamkanNya serta memperkenankan seruannya. Kemudian tiada bosan-bosannya ia membaca, melagukan dan merenungkan isinya, menjelajahi taman-tamannya yang indah mekar, gembira ria jika kebetulan ayat-ayatnya yang mulia itu menceritakan kesenangan, sebaliknya menangis mengucurkan air mata jika membangkitkan hal-hal yang menakutkan... !
c.       Klasifikasi hadits
1)      Berdasarkan jumlah perawi
Berdasarkan jumlah perawinya, hadits diatas termasuk kedalam hadits “Ahad”, karena jumlah perwainya hanya ada satu orang yaitu Bukhori
2)       Berdasarkan kualitas
Sedangkan berdasarkan kualitas haditsnya, hadits tersebut termasuk hadits shahih, karena memenuhi syarat-syarat yang terdapat di dalam hadits yaitu
(a)    Sanad nya bersambung
(b)   Periwayat hafalannya sempurna
(c)    Periwayat kualitasnya terpercaya
(d)   Tidak ada syadz
(e)    Tidak ada illat






3)      Isi hadits
Di dalam hadits ini menceritakan Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan mencabutnya dari manusia tetapi Allah mengambil ilmu dengan cara mengambil para ulama, sehingga jika Dia tidak meninggalkan seorang alim, maka orang-orang menjadikan pemimpin mereka orang-orang yang bodoh, lalu mereka ditanya maka mereka menjawab tanpa dengan ilmu, jadilah mereka sesat dan menyesatkan.
Ini merupakan salah satu ciri akan datangnya kiamat, karena tidak ada para ulama yang memberi nasihat atau ceramah atau tidak ada yang mengingatkan  umat manusia agar selalu berada dijalan yang benar dan diridhoi oleh Allah SWT























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Hadits tentang manusia dan potensi pendidikannya
Dari Abu Hurairah R.A, Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda : “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, ayah dan ibunyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Kandungan Isi hadits menurut penulis:
Di dalam hadits ini menceritakan bahwa seorang anak itu di lahirkan dalam keadaan suci, tergantung dari orang tuanya anak tersebut mau dijadikan seperti apa, jadi pelajaran yang bisa kita ambil dalam hadits ini adalah kita sebagai orang tua harus benar-benar dalam mendidik anak, karena anak adalah amanat dari Allah SWT jadi amanah yang telah diberikan dari Allah harus kita jaga dan rawat dengan hati-hati agar bisa mendapatkan pahalah dari Allah.
2.      Hadits tentang Mencintai nabi, al-qur’an dan keluarga
Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Didiklah anak-anak kalian dengan tiga macam perkara yaitu mencintai Nabi kalian dan keluarganya serta membaca Al-Qur’an, karena sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi Al-Qur’an akan berada di bawah lindungan Allah, diwaktu tidak ada lindungan selain lindungan-Nya bersama para Nabi dan kekasihnya” (H.R Ad-Dailami)
Kandungan Isi hadits menurut penulis:
Di dalam hadits ini menceritakan bahwa dalam mendidik anak  itu terdapat tiga hal yang sangat penting yaitu mengajarkan cinta pada nabi, orang tua serta alqur’an, dan untuk mencintai al-quran kita perlu membaca dan mengamalkan karena barang siapa yang mentadaburi al-qur’an memliki/mempunyai derajat tinggi di mata Allah SWT.







3.      Hadits tentang keutamaan orang yang mengamalkan ilmu
Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Orang-orang yang berilmu kemudian dia memanfaatkan ilmu tersebut (bagi orang lain) akan lebih baik dari seribu orang yang beribadah atau ahli ibadah. (H.R Ad-Dailami).
Kandungan Isi hadits menurut penulis:
Di dalam hadits ini menceritakan bahwa orang yang mempunyai ilmu dan kemudian memanfaatkan ilmunya orang tersebut lebih baik dari seribu orang yang ahli ibadah.
4.      Hadits tetang hakikat ilmu
Dari Ibnu Abbas R.A Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi baik, maka dia akan difahamkan dalam hal agama. Dan sesungguhnya ilmu itu dengan belajar” (HR. Bukhori)
Kandungan Isi hadits menurut penulis:
Di dalam hadits ini menceritakan bahwa ilmu bukan dengan datang dengan sendiriny amelainkan dengan belajar dan siapapun yang dikehendaki oleh Allah menjadi dia akan menjadi baik dan barang siapa yang dikenhendaki Allah menjadi jahat akan menjadi jahat.
5.      Hadits ciri-ciri kiamat
Dari Abdullah bin Amr bin Ash berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan mencabutnya dari manusia tetapi Allah mengambil ilmu dengan cara mengambil para ulama, sehingga jika Dia tidak meninggalkan seorang alim, maka orang-orang menjadikan pemimpin mereka orang-orang yang bodoh, lalu mereka ditanya maka mereka menjawab tanpa dengan ilmu, jadilah mereka sesat dan menyesatkan. (HR. Bukhori).
Kandungan Isi hadits menurut penulis:
Di dalam hadits ini menceritakan Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan mencabutnya dari manusia tetapi Allah mengambil ilmu dengan cara mengambil para ulama, sehingga jika Dia tidak meninggalkan seorang alim, maka orang-orang menjadikan pemimpin mereka orang-orang yang bodoh, lalu mereka ditanya maka mereka menjawab tanpa dengan ilmu, jadilah mereka sesat dan menyesatkan.  Ini merupakan salah satu ciri akan datangnya kiamat, karena tidak ada para ulama yang memberi nasihat atau ceramah atau tidak ada yang mengingatkan  umat manusia agar selalu berada dijalan yang benar dan diridhoi oleh Allah SWT.

B.     Saran
Makalah tentang hadits semoga dapat menambah wawasan kita tentang hadits dan kandungan isi hadits nya serta makalah tentang hadits ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya relevan.


No comments:

Post a Comment