KONSEP HAMBATAN FISIK DAN
MOTORIK
SERTA LAYANAN BIMBINGANNYA
MAKALAH
Ditujukan
guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus
Dosen
Pengampu: Susilawati, M.Pd
Disusun
Oleh Kelompok
5 Semester 5 kelas SD13.A-2
Ismi Maola 130641085
Putrid Lestari 130641262
Wahyu Rosidin 130641073
Yuniah 130641064
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH CIREBON
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berkah dan rahmat-Nya.
Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses
pengerjaannya, tetapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Penyusunan makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Bimbingan
Anak Berkebutuhan Khusus.
Makalah ini berjudul tentang “Hambatan fisik dan motorik serta layanan bimbingannya”. yang didalamnya membahas tentang pengertian,
ciri-ciri, klasifikasi, faktor penyebab serta layanan bimbingan dan metode
belajar untuk anak dengan hambatan fisik
dan motorik
Terima kasih penulis sampaikan kepada:
1.
Bapak Drs. Narwan, M.MPd, Selaku kepala Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Pangeran Cakrabuana
Kabupaten Cirebon.
2.
Ibu Hanani, S.Pd
dan Enjay Fajar Amanah, S.Pd selaku guru kelas tunadaksa.
3.
Susilawati, M.Pd selaku
Dosen Pengampu mata kuliah Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus
4.
Teman-teman
yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Cirebon, November 2015
Penulis
Penulis
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar
Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan
Penulisan ...................................................................................... 3
D. Metode penulisan ..................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 4
A. Pengertian hambatan fisik dan motorik .................................................... 4
B. Ciri-ciri anak dengan hambatan fisik dan motorik ................................... 6
C. Klasifikasi jenis anak dengan hambatan fisik dan
motorik ...................... 9
D. Faktor penyebab anak dengan hambatan fisik dan motorik
..................... 13
E. Layanan bimbingan dan metode belajar untuk anak dengan
hambatan
fisik dan motorik ................................................................................. .... 15
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 13
A. Kesimpulan
............................................................................................... 18
B. Saran
......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 20
LAMPIRAN DOKUMENTASI KEGIATAN OBSERVASI ....................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Perkembangan anak merupakan sesuatu yang kompleks.Artinya
ada banyak faktor yang berpengaruh dan saling berhubungan dalam proses
perkembangan anak. Baik unsur-unsur bawaan maupun unsur-unsur pengalaman yang
didapat dalam interaksi lingkungan. Yang keduanya (unsure bawaan dan
lingkungan) memiliki pengaruh tertentu terhadap proses perkembangan anak
tersebut.
Tidak setiap
anak mengalami perkembangan normal, banyak di antara mereka yang dalam
perkembangannya mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki
faktor-faktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan
penanganan atau intervensi khusus. Kelompok inilah yang kemudian dikenal
sebagai anak berkebutuhan khusus.
Anak-anak
berkebutuhan khusus, adalah
anak-anak yang memiliki keunikan
tersendiri dalam jenis dan
karakteristiknya, yang membedakan mereka dari
anak-anak normal pada umumnya keadaan inilah
yang menuntut pemahaman terhadap hakikat anak
berkebutuhan khusus.
Dalam pendidikan luar biasa kita
banyak mengenal macam-macam anak berkebutuhan khusus. Salah satunya anak
tunadaksa. Tunadaksa juga merupakan pribadi individu harus diberi pendidikan
baik itu keterampilan, maupun akademik. Permasalahan di setiap lapangan
terkadang tidak semua orang mengetahui tentang anak tunadaksa tersebut. Oleh
karena itu kita harus kaji lebih dalam tentang anak tunadaksa. Dalam pengkajian
tersebut kita butuh banyak informasi tentang siapa anak tunadaksa, penyebab dan
lainnya.
Dengan adanya bantuan baik itu
secara umum. Dalam masyarakat nantinya anak-anak tersebut dapat lebih mandiri
dan anak-anak tersebut bisa mengembangkan potensi yang ada dan dimilikinya yang
selama ini terpendam karena ia belum bisa mandiri. Oleh karena itu makalah ini
dapat membantu kita untuk mengetahui anak tudaksa tersebut.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka rumusan masalah nya adalah sebagai berikut:
1.
Apa pengertian hambatan fisik dan
motorik?
2.
Bagaimana ciri-ciri anak dengan
hambatan fisik dan motorik?
3.
Apa saja klasifikasi jenis anak dengan
hambatan fisik dan motorik?
4.
Apa saja faktor penyebab anak dengan
hambatan fisik dan motorik?
5.
Bagaimana Layanan bimbingan dan metode belajar
untuk anak dengan hambatan fisik dan motorik?
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas maka tujuan penulisannya adalah sebagai berikut:
1.
Pengertian Hambatan Fisik dan Motorik.
2.
Ciri-ciri anak dengan hambatan fisik
dan motorik.
3.
Klasifikasi jenis anak dengan hambatan
fisik dan motorik.
4.
Faktor penyebab anak dengan hambatan
fisik dan motorik.
5.
Layanan bimbingan dan metode belajar
untuk anak dengan hambatan fisik dan motorik.
D.
Metode
Penulisan
Metode
penulisan makalah ini menggunakan 2 (dua) metode yaitu:
1.
Observasi
Dalam pembuatan
makalah ini penulis melakukan kegiatan observsi di Sekolah Luar Biasa Negeri
(SLBN) Pangeran Cakrabuana Jl. Waruroyom, Desa Kasungengan kidul, Kecamatan
Depok, Kabupaten Cirebon
2.
Studi Literatur
Selain melakukan
kegiatan observasi ke SLBN penulis juga menggunakan buku-buku yang relevan
sebagai bahan rujukan untuk membuat makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Hambatan Fisik dan Motorik
Gangguan fisik dan motorik adalah
anak yang menggalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang,
sendi, otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan peleyanan pendidikan khusus
jika mengalami gangguan gerakan karena kelayuhan pada fungsi otak.
Hambatan fisik-motorik
atau tunadaksa berasal dari kata tuna dan daksa. Kata tuna yang artinya kurang
atau rusak atau cacat, dan daksa yang artinya tubuh. Sehingga tunadaksa
merupakan sebutan untuk mereka yang mengalami kerusakan atau cacat pada anggota
tubuhnya.
Dalam banyak literatur (sumber)
cacat tubuh atau kerusakan tubuh tidak terlepas dari pembahasan tentang
kesehatan sehingga sering dijumpai judul “Physical
and Health Impairments“ (kerusakan atau gangguan fisik dan kesehatan).
Hal ini disebabkan karena seringkali
terdapat gangguan kesehatan. Sebagai contoh, otak adalah pusat kontrol seluruh
tubuh manusia. Apabila ada sesuatu yang salah pada otak (luka atau infeksi),
dapat mengakibatkan sesuatu pada fisik/tubuh, pada emosi atau terhadap
fungsifungsi mental, luka yang terjadi pada bagian otak baik sebelum, pada
saat, maupun sesudah kelahiran, menyebabkan retardasi dari mental
(tunagrahita).
Pada dasarnya kelainan pada peserta
didik tunadaksa dikelompokan menjadi dua bagian besar, yaitu kelainan pada
system
serebral (cerebral system) dan kelainan pada system otot dan rangka (musculoskeletal system). Peserta didik tunadaksa memiliki kecacatan fisik sehingga mengalami gangguan pada koordinasi gerak, persepsi dan kognisi disamping adanya kerusakan syaraf tertentu. Kerusakan saraf disebabkan karena pertumbuhan sel saraf yang kurang atau adanya lika pada system saraf pusat. Kelainan saraf utama menyebabkan adanya cerebral palsy, epilepsi, spina bifida dan kerusakan otak lainnya.
serebral (cerebral system) dan kelainan pada system otot dan rangka (musculoskeletal system). Peserta didik tunadaksa memiliki kecacatan fisik sehingga mengalami gangguan pada koordinasi gerak, persepsi dan kognisi disamping adanya kerusakan syaraf tertentu. Kerusakan saraf disebabkan karena pertumbuhan sel saraf yang kurang atau adanya lika pada system saraf pusat. Kelainan saraf utama menyebabkan adanya cerebral palsy, epilepsi, spina bifida dan kerusakan otak lainnya.
Anak dengan cerebral palsy mempunyai masalah dengan persepsi visual meliputi
gerakan-gerakan untuk menggapai, menjangkau dan menggenggam benda, serta
hambatan dalam memperikan jarak dan arah. Cerebral
palsy merupakan kelainan koordinasi pada control otot disebabkan oleh luka
(mendapatkan cedera) diotak sebelum dan sesudah dilahirkan atau pada awal masa
anak-anak. Masalah utama gerak yang dihadapi oleh anak spina bifida adalah
kelumpuhan dan kurangnya
control gerak.
control gerak.
Pada anak hydrocephalus masalah yang dihapi ialah mobilitas gerak, derajat
keturunan akan mempengaruhi kemanpuan penyesuaian diri dengan lingkungan,
kecenderungan untuk bersifat pasif.
Demikianlah pada halnya dengan
tingkah laku anak tunadaksa sangat dipengaruhi oleh jenis dan derajat
keturunannya. Jenis kecacatan itu akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku
sebagai kompensasi akan kekurangan atau kecacatan. Ditinjau dari aspek
psikologis, anak tunadaksa cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif,
memisahkan diri dari lingkungan.
Samuel A Kirk dalam Moh. Amin dan
Ina Yusuf Kusunah (1991:3) mengemukakan bahwa seseorang dikatakan anak
tunadaksa jika kondisi fisik atau kesehatan menggangu kemampuan anak untuk
berperan aktif dalam kegiatan sehari-hari baik di sekolah ataupun di rumah.
Sebagai contoh, anak yang mempunyai lengan palsu tetapi ia dapat mengikuti
kegiatan sekolah seperti pendidikan jasmani atau seorang anak yang minum obat
untuk mengendalikan gangguan kesehatannya maka anak-anak jenis itu tidak
termasuk penyandang gangguan fisik (tunadaksa). Tetapi jika kondisi fisik menggangu
aktifitasnya seperti tidak mampu memegang pena, atau anak sakit-sakitan
(mengidap penyakit kronis) sering kambuh sehingga ia tidak dapat bersekolah
secara rutin maka anak-anak itu termasuk penyandang gangguan fisik (tunadaksa).
B.
Ciri-ciri anak
dengan hambatan fisik dan motorik
Karakteristik
anak dengan hambatan fisik-motorik (tunadaksa) terutama terlihat dari kondisi
fisiknya yang berbeda dengan anak normal. Secara umum ciri-ciri anak tunadaksa
sebagai berikut:
1.
Motorik
Anak tunadaksa
antara tipe yang satu dengan yang lain menunjukkan gejala yang berbeda. Ada
anak yang mengalami gangguan motoriknya berupa kekakuan, kelumpuhan,
gerakan-gerakan yang tidak dapat dikendalikan. Gangguan motorik ini meliputi
motorik kasar dan motorik halus. Sehingga anak tunadaksa perlu dilakukan bina
gerak.
2.
Akademik
Anak tundaksa
yang mengalami kelainan pada musculus
scelatel system (sistem otot dan rangka) umumnya memiliki tingkat
kecerdasan yang normal dan dapat mengikuti pelajaran sama dengan anak normal.
Sedangkan anak tunadaksa yang mengalami kelainan pada sistem cerebal (otak), tingkat kecerdasanny bervariasi mulai
dari tingkat idiot (kurang dari 30) sampai dengan gifted (di atas 125).
3.
Sosial emosional
Kehadiran anak
yang tidak diterima oleh masyarakat terhadap anak tunadaksa dapat mempengaruhi
pembentukkan pribadi anak sehingga anak merasa rendah diri, mudah tersinggung,
suka meyendiri, dan kurang dapat menyesuaikan diri dan bergaul dengan
lingkungan bahkan sampai pada tingkat frustasi.
4.
Fisik kesehatan
Anak tunadaksa
dengan gangguan sistem cerebal (otak)
biasanya selain mengalami cacat tubuh juga mengalami gangguan lain yaitu
penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasa.
Ciri- ciri umum anak jenis ini bisa
di lihat sebagai berikut:
a. Anggota ,gerak tubuh
kaku,lemah,lumpuh
b. Kesulitan dalam gerakan tidak
sempurna, tidak lentur
c. Terdapat bagian anggota gerak yang
tridak lengkap, tidak sempurna lebih kecil dari biasanya
d. Terdapat cacat pada alat gerak
e. Jari tangan kaku dan dan tidak dapat
menggenggam
f. Kesulitan pada saat berdiri
g. Hiperatif/tidak dapat tenang.
Banyak jenis dan variasi anak tuna daksa, sehingga
untuk mengidentifikasi karakteristiknya diperlukan pembahasan yang sangat luas.
Berdasarkan berbagai sumber ditemukan beberapa karakteristik umum bagi anak
tuna daksa, diantara lain sebagai berikut:
1)
Karakteristik Kepribadian
a)
Mereka yang cacat sejak lahir tidak
pernah memperoleh pengalaman, yang demikian ini tidak menimbulkan frustasi.
b)
Tidak ada hubungan antara pribadi
yang tertutup dengan lamanya kelainan fisik yang diderita.
c) Adanya
kelainan fisik tidak memperngaruhi kepribadian atau ketidak mampuan individu
dalam menyesuaikan diri.
d) Anak
cerebal-pakcy dan polio cenderung memiliki rasa takut daripada yang mengalami
sakit jantung.
2) Karakteristik
Emosi-sosial
a)
Kegiatan-kegiatan jasmani yang tidak
dapat dijangkau oleh anak tuna daksa dapat berakibat timbulnya problem emosi,
perasaan dan dapat menimbulkanfrustasi yang berat.
b)
Keadaan tersebut dapat berakibat
fatal, yaitu mereka menyingkirkan diri dari keramaian.
c)
Anak tuna daksa cenderung acuh bila
dikumpulkan bersama anak-anak normal dalam suatu permainan.
d) Akibat
kecacatanya mereka dapat mengalami keterbatasan dalam berkomunikasi dengan
lingkunganya.
3) Karakteristik
Intelegensi
a)
Tidak ada hubungan antara tingkat
kecerdasan dan kecacatan, tapi ada beberapa kecenderungan adanya
penurunan sedemikian rupa kecerdasan individu bila kecacatanya meningkat.
b)
Hasil penelitian ternyata IQ anak
tuna daksa rata-rata normal.
4) Karakteristik
Fisik
a)
Selain memiliki kecacatan tubuh, ada
kecenderungan mengalami gangguan-gangguan lain, misalnya: sakit gigi,
berkurangnya daya pendengaran, penglihatan, gangguan bicara dan sebagainya.
b)
Kemampuan motorik terbatas dan ini
dapat dikembangkan sampai pada batas-batas tertentu.
Menurut ibu Hanani dan ibu Enjay beberapa guru di sekolah
Luar Biasa negeri pangeran cakrabuana, ciri-ciri tunadaksa yaitu seorang yang
mengalami tunadaksa hanya fisiknya saja yang cacat tetapi untuk otaknya normal
seperti anak lain.
C.
Klasifikasi
jenis anak dengan hambatan fisik dan motorik
Klasifikasi
anak dengan hambatan fisik-motorik atau tunadaksa secara umum dikelompokkan
menjadi 2 (dua) bagian kelompok besar yaitu kelainan pada sistem cerebal (saraf pusat atau otak) dan kelainan
pada otot dan rangka.
Kelainan pada
sistem cerebal disebabkan adanya
suatu ketidakberfungsian, gangguan atau
penyakit yang menyerang sistem saraf pusat sehingga tidak dapat menggerakkan
anggota tubuh. Hal ini disebabkan karena otak merupakan pusat sehingga
informasi segera informasi termasuk control gerakan tubuh. Sedangkan kelainan
pada otot dan rangka menyebabkan ketidak berfungsian anggota gerak karena melalui otot dan rangka yang normal,
tubuh bisa digerakkan dengan sempurna.
1.
Kelainan pada sistem serebal (cerebal syste disorders).
Klasifikasi
anak tunadaksan pada sistem serebal (cerebal)
didasarkan pada kelahiran yang terletak di dalam sistem syaraf pusat (otak dan
sumsum tulang belakang). Hal ini disebabkan otak dan sumsum tulang belakang merupakan
pusat segala aktifitas hidup manusia.
Kelompok
kerusakan bagian otak ini disebut Cerebal
Palsy (CP), Cerebal Palsy dapat
diklasifikasikan menurut:
a.
Penggolongan menurut derajat kecacatan
Menurut derajat
kecacatan, Cerebal Palsy dapat digolongkan
atas:
1)
Cerebal Palsy ringan
Anak tipe ini
dapat berjalan tanpa menggunakan alat, berbicara tegas, lebih mandiri dan dapat
menolong dirinya sendiri dalam menjalani aktifitas sehari-hari.
2)
Cerebal Palsy sedang
Anak tipe ini
membutuhkan treatment atau latihan khusus untuk bicara, berjalan dan mengurus
dirinya sendiri
3)
Cerebal Palsy berat
Anak tipe ini
membutuhkan perawatan dalam ambulasi, bicara dan menolong dirinya sendiri,
serta tidak dapat hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat.
b.
Penggolongan menurut topografi
Berdasarkan
topografi banyaknya anggota tubuh yang lumpuh, Cerebrol Palsy dapat digolongkan menjadi 6 (enam) golongan yaitu:
1)
Monoplegia
Anak tipe ini
memiliki satu anggota gerak yang lumpuh misal kaki kiri lumpuh, sedangkan kaki
kanan dan kedua tanganya normal.
2)
Hemiplegia
Anak tipe ini
memiliki anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama mengalami kelumpuhan,
misalnya tangan kanan, dan kaki kanan, atau tangan kiri dan kaki kiri
3)
Paraplegia
Anak tipe ini
memiliki pada kedua tungkai kakinya mengalami kelumpuhan.
4)
Diplegia
Anak tipe ini
memiliki kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan kiri
(paraplegia) lumpuh.
5)
Triplegia
Anak tipe ini
memiliki tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan, misalnya tangan kanan dan kedua
kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh.
6)
Quadriplegia atau tetraplegia
Anak tipe ini
memiliki tipe kelumpuhan pada seluruhnya anggota geraknya yaitu kedua tangan
dan kedua kakinya, Quadriplegia disebutnya juga.
c.
Penggolongan menurut fisiologi
Kelainan gerak
dilihat dari segi letak kelainan di otak dan fungsi geraknya (motorik), anak Cerebral Palsy dibedakan atas:
1)
Spastik
Yang di tandai
dengan gejala kejang atau kaku pada sebagian atau seluruh otot. Otot kaku
timbul sewaktu akan digerakkan sesuai dengan kehendak.
2)
Athetoid
Ditandai dengan
otot-otot yang dapat digerakan dengan sangat mudah. Ciri khas tipe ini yaitu
semua gerakkan terjadi diluar kontrol
3)
Ataxia
Yaitu
seakan-akan kehilangan keseimbangan, kekakuan terjadi pada waktu berdiri atau
berjalan.
4)
Tremor
Yang ditandai
adanya gerakan-gerakan kecil dan terus-menerus sehingga tampak seperti bentuk
getaran-getaran. Gerakan itu dapat terjadi pada kepala, kaki, tangkai dan
bibir.
5)
Rigid
Yang ditandai
dengan kekakuan otot, tetapi berbeda dengan tipe spastik. Gerakan rigid terjadi
pada seluruh tubuh yang sulit digerakkan.
6)
Tipe campuran
Yaitu jika
seorang anak menunjukkan dua jenis ataupun lebih gejala CP sehingga akibatnya lebih
berat bila dibandingkan dengan anak yang hanya memiliki satu jenis/tipe
kecacatan.
2.
Kelainan pada sistem otot dan rangka (Musculus scelatel system)
Klasifikasi
anak tunadaksa kedalam kelompok sisten otot dan rangka (Musculus scelatel system) didasarkan pada letak penyebab kelainan
anggota tubuh yang mengalami kelainan yaitu: kaki, tangan, dan sendi serta
tulang belakang.
Jenis-jenis
kelainan pada sistem otot dan rangka antara lain meliputi:
a.
Pollimylitis
Merupakan
penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang sangat mudah menular dan
menyerang sistem syaraf.
b.
Muscle
Dystrophy
Sekelompok
penyakit yang diturunkan dimana otot-otot melemah dan memburuk dari waktu ke
waktu.
c.
Spina Bifida
Jenis kelainan
pada tulang belakang yang di tandai dengan terbukanya satu atau tiga ruas
tulang belakang dan tidak tertutupnya kembali selama proses perkembangan.
D.
Faktor penyebab
anak dengan hambatan fisik dan motorik
Ada beberapa
macam sebab yang dapat menimbulkan kerusakan pada anak sehingga menjadi tunadaksa.
Kerusakan tersebut ada yang terletak di jaringan otak, jaringan sumsum tulang
belakang, serta pada sistem musculus skeletal. Terdapat keragaman jenis
tunadaksa, dan masing-masing timbulnya kerusakan berbeda-beda. Dilihat dari
waktu terjadinya, kerusakan otak dapat terjadi pada masa sebelum lahir, saat
lahir, dan sesudah lahir.
1.
Sebelum
lahir (fase prenatal)
Kerusakan
terjadi pada saat bayi saat masih dalam kandungan
disebabkan:
disebabkan:
a. Infeksi atau
penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung sehingga menyerang otak bayi yang
sedang dikandungnya.
b. Kelainan
kandungan yang menyebabkan peredaran terganggu, tali pusar tertekan, sehingga
merusak pembentukan syaraf-syaraf di dalam otak.
c. Bayi dalam
kandungan terkena radiasi yang langsung mempengaruhi sistem syarat pusat
sehingga struktur maupun fungsinya terganggu.
d. Ibu yang
sedang mengandung mengalami trauma yang dapat mengakibatkan terganggunya
pembentukan sistem syaraf pusat. Misalnya, ibu jatuh dan perutnya terbentur
dengan cukup keras dan secara kebetulan mengganggu kepala bayi, maka dapat
merusak sistem syaraf pusat.
2. Saat kelahiran (fase natal)
Hal-hal yang
dapat menimbulkan kerusakan otak bayi pada saat bayi dilahirkan antara lain:
a. Proses
kelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggang yang kecil pada ibu sehingga
bayi mengalami kekurangan oksigen. Hal ini kemudian menyebabkan terganggunya
sistem metabolisme dalam otak bayi sehingga jaringan syaraf pusat mengalami
kerusakan.
b. Pemakaian alat
bantu berupa tang ketika proses kelahiran yang mengalami kesulitan sehingga
dapat merusak jaringan syaraf otak pada bayi.
c. Pemakaian
anestesi yang melebihi ketentuan. Ibu yang melahirkan karena operasi dan
menggunakan anestesi yang melebihi dosis dapat mempengaruhi sistem persyarafan
otak bayi sehingga otak mengalami kelainan struktur ataupun fungsinya.
3. Setelah proses kelahiran (fase post natal)
Fase setelah
kelahiran adalah masa di mana bayi mulai dilahirkan sampai masa perkembangan
otak dianggap selesai, yaitu pada usia lima tahun. Hal-hal yang dapat
menyebabkan kecacatan setelah bayi lahir adalah:
a. Kecelakaan/trauma
kepala, amputasi.
b. Infeksi
penyakit yang menyerang otak.
Menurut ibu hanani dan ibu enjay beberapa guru di sekolah
Luar Biasa negeri pangeran cakrabuana, penyebab tunadaksa biasanya pada saat
hamil mengkonsumsi obat-obatan, sebelum hamil ibu kena campak, sang ibu
mempunyai virus tertentu yang membahayakan janis (down syndrom),serta prematur.
E.
Layanan
bimbingan dan metode belajar untuk anak dengan hambatan fisik dan motorik
Sistem layanan
pendidikan bagi anak tunadaksa bervariasi tergantung derajat keturunannya.
Sistem layanan tunadaksa dilakukan di sekolah luar biasa dan sekolah
reguler/umum bahkan sampai pendidikan di rumah sakit yang tidak memiliki makna
edukasi sama sekali. Layanan tersebut diberikan kepada anak-anak tunadaksa
dalam perawatan medis dan bantuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1.
Sekolah untuk tunadaksa
Pendidikan anak
tunadaksa secara umum di beberapa tempat yaitu:
a.
Sekolah Luar Biasa (SLB) D
SLB-D merupakan
SLB yang dikhususkan untuk penyandang tunadaksa. Pelayanan di unit tunadaksa
ringan atau SLB-D diperlukan bagi anak
tunadaksa yang tidak mempunyai masalah yang disertai retardasi mental yaitu anak tunadaksa yang mempunyai intelektual
rata-rata bahkan di atas rata-rata intelektual anak normal.
Pelayanan unit
di SLB-D1 diperuntukkan bagi anak tunadaksa yang mempunyai masalah seperti
emosi, persepsi, atau campuran dari ketiganya disertai masalah penyerta retardasi mental
b.
SDLB
Anak tunadaksa dapat disekolahkan di
SDLB. SDLB merupakan Sekolah Dasar (SD) yang menyelenggarakan pendidikan
khusus, dengan berbagai macam jenis kelainan yaitu tunarungu, tunanetra, dan
tunagrahita serta tunadaksa
c.
Guru kunjung
Layanan
pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) guru kunjung dilakukan sebagai
alternatif bagi siswa yang jauh dari SLB atau sekolah inklusi.
d.
Sekolah terpadu/inklusi
Sekolah reguler
yang menggabungkan anak tunadaksa dengan anak normal dalam satu sekolah.
2.
Fasilitas pendidikan untuk anak
tunadaksa
Fasilitas
pendidikan yang dirancang untuk anak tunadaksa hendaknya memenuhi tiga
kemudahan yaitu mudah keluar masuk, mudah bergerak dalam ruangan dan udah
mengadakan penyesuaian.
Fasilitas
pendukung pendidikan yang berkaitan dengan diri anak adalah:
a.
Brace
Brace merupakan alat
bantu gerak yang digunakan untuk menyangga beban yang tertumpu pada otot atau
tulang. Brace dapat digunakan di
kaki, punggung, atau leher.
b.
Crutch (kruk)
Kruk adalah
alat penyangga tubuh yang ditumpukan pada tangan atau ketiak untuk menyangga
beban tubuh. Kruk terbuat dari kayu, pipa besi, pipa aluminium, atau pipa
stainless steel yang berbentuk bulat setinggi ukuran tubuh pemakainya.
c.
Splint
Spilint merupakan alat yang digunakkan untuk meletakkan anggota
tubuh pada posisi yang benar agar anggota tubuh yang sakit tidak salah bentuk.
Ada dua macam splint yaitu splint untuk anggota tubuh bagian atas
(tangan) dan splint untuk anggota tubuh bagian bawah (kaki).
d.
Wheel Chair (kursi roda)
Kursi roda
digunakan sebagai alat mobilitas seseorang untuk berpindah tempat dengan atau
tanpa bantuan orang lain.
Fasilitas
pendukung lain yang digunakkan untuk pendidikan anak tunadaksa adalah ruangan
terapi dan peralatan terapi. terapi yang berkaitan langsung dengan anak
tunadaksa adalah fisioterapi, terapi bermain dan terapi okupasi.
Fisioterapi,
terapi bermain dan terapi okupasi
dilakukan oleh berbagai tenaga ahli yang kompeten di bidang nya. Tenaga
ahli yang dimaksud meliputi tenaga ahli pendidik, medis serta terapis. Tenaga
ahli yang terlibat dalam pendidikan anak
tunadaksa adalah guru kelas dan guru khusus yang bertugas untuk memberi
bimbingan dan penyuluhan.
Menurut ibu
hanani dan ibu enjay beberapa guru di sekolah Luar Biasa negeri pangeran
cakrabuana, layanan bimbingan yang diberikan berbeda dengan yang lain ada yang
latihan bina gerak, misalnya latihan jalan menggunakan alat tertentu untuk
belajar jalan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Pengertian hambatan fisik dan motorik
Gangguan fisik dan motorik adalah
anak yang menggalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang,
sendi, otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan peleyanan pendidikan khusus
jika mengalami gangguan gerakan karena kelayuhan pada fungsi otak.
2.
Ciri-ciri anak dengan hambatan fisik
dan motorik
Secara umum
ciri-ciri anak tunadaksa sebagai berikut:
a.
Anggota ,gerak tubuh kaku,lemah,lumpuh
b.
Kesulitan dalam gerakan tidak sempurna, tidak lentur
c.
Terdapat bagian anggota gerak yang tridak lengkap, tidak
sempurna lebih kecil dari biasanya
d.
Terdapat cacat pada alat gerak
e.
Jari tangan kaku dan dan tidak dapat menggenggam
f.
Kesulitan pada saat berdiri
g.
Hiperatif/tidak dapat tenang.
3.
Klasifikasi jenis anak dengan hambatan fisik
dan motorik
Klasifikasi
anak dengan hambatan fisik-motorik atau tunadaksa secara umum dikelompokkan
menjadi 2 (dua) bagian kelompok besar yaitu kelainan pada sistem cerebal (saraf pusat atau otak) dan
kelainan pada otot dan rangka.
4.
Faktor penyebab anak dengan hambatan
fisik dan motorik
Ada beberapa
macam sebab yang dapat menimbulkan kerusakan pada anak sehingga menjadi
tunadaksa. Kerusakan tersebut ada yang terletak di jaringan otak, jaringan
sumsum tulang belakang, serta pada sistem musculus skeletal.
Terdapat
keragaman jenis tunadaksa, dan masing-masing timbulnya kerusakan berbeda-beda.
Dilihat dari waktu terjadinya, kerusakan otak dapat terjadi pada masa sebelum
lahir, saat lahir, dan sesudah lahir.
5.
Layanan bimbingan dan metode belajar
untuk anak dengan hambatan fisik dan motorik
Sistem layanan
pendidikan bagi anak tunadaksa bervariasi tergantung derajat keturunannya.
Sistem layanan tunadaksa dilakukan di sekolah luar biasa dan sekolah
reguler/umum bahkan sampai pendidikan di rumah sakit yang tidak memiliki makna
edukasi sama sekali. Layanan tersebut diberikan kepada anak-anak tunadaksa
dalam perawatan medis dan bantuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Pendidikan anak
tunadaksa secara umum di beberapa tempat yaitu:
a.
Sekolah Luar Biasa (SLB) D
b.
SDLB
c.
Guru kunjung
d.
Sekolah terpadu/inklusi
B. Saran
Sebagai calon tenaga pendidik kita
harus mampu mempelajari dengan benar bagaimana mengenal anak berkebutuhan
khusus dan mencari banyak refrensi sebagai bahan acuan untuk menambah ilmu,
terutama dalam menangani anak berkebutuhan khusus. Sebagai guru/tenaga pendidik
maka ditutut untuk memahami karakter masing-masing siswa terlebih dahulu baik
siswa yang normal pada umumnya ataupun siswa yang memiliki kebutuhan khusus.
Sehingga dapat menentukan metode yang sesuai untuk digunakan dalam lingkungan
siswa yang berkebutuhan khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Delphie, B.,2006,
Pembelajaran Anak Berkebutuhan khusus, Bandung, Adi Tama.
Abdurrahman, M. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan
Belajar. Jakarta:
Rineka
Cipta.
Kosasih E. 2012. Cara
Bijak Mengatasi Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung:
Yrama Widya.
Hildayani Rini dkk, 2007. Penanganan anak berkelaianan. Jakarta: Universitas
Terbuka
Susilawati. 2015. Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. Cirebon: CV.
CONVIDENT
Sumantri, S. 2006,
Psikologi Anak Luar biasa, Bandung, Aditama.
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
KEGIATAN
A.
Moment
wawancara sekaligus observasi proses pembelajaran
No comments:
Post a Comment