makalah hambatan fisik dan motorik serta layanan bimbingan nya


KONSEP HAMBATAN FISIK DAN MOTORIK
SERTA LAYANAN BIMBINGANNYA

MAKALAH

Ditujukan guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus
Dosen Pengampu: Susilawati, M.Pd




Disusun Oleh Kelompok 5 Semester 5 kelas SD13.A-2
Ismi Maola                                         130641085
Putrid Lestari                                    130641262
Wahyu Rosidin                                  130641073
Yuniah                                               130641064
                                               
                                               

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2015


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tetapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Penyusunan makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. Makalah ini berjudul tentang “Hambatan fisik dan motorik serta layanan bimbingannya”. yang didalamnya membahas tentang pengertian, ciri-ciri, klasifikasi, faktor penyebab serta layanan bimbingan dan metode belajar untuk anak dengan hambatan  fisik dan motorik
Terima kasih penulis sampaikan kepada:
1.      Bapak Drs. Narwan, M.MPd, Selaku kepala Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Pangeran Cakrabuana Kabupaten Cirebon.
2.      Ibu Hanani, S.Pd dan Enjay Fajar Amanah, S.Pd selaku guru kelas tunadaksa.
3.      Susilawati, M.Pd selaku Dosen Pengampu mata kuliah Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus
4.      Teman-teman yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Cirebon, November 2015

Penulis

Penulis

 








DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB  I  PENDAHULUAN................................................................................. 1
A.    Latar Belakang ......................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C.     Tujuan Penulisan ...................................................................................... 3
D.    Metode penulisan ..................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 4
A.    Pengertian hambatan fisik dan motorik .................................................... 4
B.     Ciri-ciri anak dengan hambatan fisik dan motorik ................................... 6
C.     Klasifikasi jenis anak dengan hambatan fisik dan motorik ...................... 9
D.    Faktor penyebab anak dengan hambatan fisik dan motorik ..................... 13
E.     Layanan bimbingan dan metode belajar untuk anak dengan hambatan
fisik dan motorik ................................................................................. .... 15
BAB III  PENUTUP .......................................................................................... 13
A.    Kesimpulan ............................................................................................... 18
B.     Saran ......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 20
LAMPIRAN DOKUMENTASI KEGIATAN OBSERVASI ....................... 21






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perkembangan anak merupakan sesuatu yang kompleks.Artinya ada banyak faktor yang berpengaruh dan saling berhubungan dalam proses perkembangan anak. Baik unsur-unsur bawaan maupun unsur-unsur pengalaman yang didapat dalam interaksi lingkungan. Yang keduanya (unsure bawaan dan lingkungan) memiliki pengaruh tertentu terhadap proses perkembangan anak tersebut.
Tidak setiap anak mengalami perkembangan normal, banyak di antara mereka yang dalam perkembangannya mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki faktor-faktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan penanganan atau intervensi khusus. Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus.
Anak-anak    berkebutuhan    khusus,  adalah   anak-anak   yang   memiliki   keunikan tersendiri   dalam   jenis   dan   karakteristiknya, yang membedakan   mereka   dari anak-anak  normal  pada   umumnya keadaan inilah  yang  menuntut    pemahaman terhadap hakikat anak berkebutuhan khusus.










Dalam pendidikan luar biasa kita banyak mengenal macam-macam anak berkebutuhan khusus. Salah satunya anak tunadaksa. Tunadaksa juga merupakan pribadi individu harus diberi pendidikan baik itu keterampilan, maupun akademik. Permasalahan di setiap lapangan terkadang tidak semua orang mengetahui tentang anak tunadaksa tersebut. Oleh karena itu kita harus kaji lebih dalam tentang anak tunadaksa. Dalam pengkajian tersebut kita butuh banyak informasi tentang siapa anak tunadaksa, penyebab dan lainnya.
Dengan adanya bantuan baik itu secara umum. Dalam masyarakat nantinya anak-anak tersebut dapat lebih mandiri dan anak-anak tersebut bisa mengembangkan potensi yang ada dan dimilikinya yang selama ini terpendam karena ia belum bisa mandiri. Oleh karena itu makalah ini dapat membantu kita untuk mengetahui anak tudaksa tersebut.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah nya adalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian hambatan fisik dan motorik?
2.      Bagaimana ciri-ciri anak dengan hambatan fisik dan motorik?
3.      Apa saja klasifikasi jenis anak dengan hambatan fisik dan motorik?
4.      Apa saja faktor penyebab anak dengan hambatan fisik dan motorik?
5.      Bagaimana Layanan bimbingan dan metode belajar untuk anak dengan hambatan fisik dan motorik?









C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisannya adalah sebagai berikut:
1.      Pengertian Hambatan Fisik dan Motorik.
2.      Ciri-ciri anak dengan hambatan fisik dan motorik.
3.      Klasifikasi jenis anak dengan hambatan fisik dan motorik.
4.      Faktor penyebab anak dengan hambatan fisik dan motorik.
5.      Layanan bimbingan dan metode belajar untuk anak dengan hambatan fisik dan motorik.
D.    Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini menggunakan 2 (dua) metode yaitu:
1.      Observasi
Dalam pembuatan makalah ini penulis melakukan kegiatan observsi di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Pangeran Cakrabuana Jl. Waruroyom, Desa Kasungengan kidul, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon
2.      Studi Literatur
Selain melakukan kegiatan observasi ke SLBN penulis juga menggunakan buku-buku yang relevan sebagai bahan rujukan untuk membuat makalah ini.











BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Hambatan Fisik dan Motorik
Gangguan fisik dan motorik adalah anak yang menggalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan peleyanan pendidikan khusus jika mengalami gangguan gerakan karena kelayuhan pada fungsi otak.
Hambatan fisik-motorik atau tunadaksa berasal dari kata tuna dan daksa. Kata tuna yang artinya kurang atau rusak atau cacat, dan daksa yang artinya tubuh. Sehingga tunadaksa merupakan sebutan untuk mereka yang mengalami kerusakan atau cacat pada anggota tubuhnya.
Dalam banyak literatur (sumber) cacat tubuh atau kerusakan tubuh tidak terlepas dari pembahasan tentang kesehatan sehingga sering dijumpai judul “Physical and Health Impairments“ (kerusakan atau gangguan fisik dan kesehatan).
Hal ini disebabkan karena seringkali terdapat gangguan kesehatan. Sebagai contoh, otak adalah pusat kontrol seluruh tubuh manusia. Apabila ada sesuatu yang salah pada otak (luka atau infeksi), dapat mengakibatkan sesuatu pada fisik/tubuh, pada emosi atau terhadap fungsifungsi mental, luka yang terjadi pada bagian otak baik sebelum, pada saat, maupun sesudah kelahiran, menyebabkan retardasi dari mental (tunagrahita).
Pada dasarnya kelainan pada peserta didik tunadaksa dikelompokan menjadi dua bagian besar, yaitu kelainan pada system
serebral (cerebral system) dan kelainan pada system otot dan rangka (musculoskeletal system). Peserta didik tunadaksa memiliki kecacatan fisik sehingga mengalami gangguan pada koordinasi gerak, persepsi dan kognisi disamping adanya kerusakan syaraf tertentu. Kerusakan saraf disebabkan karena pertumbuhan sel saraf yang kurang atau adanya lika pada system saraf pusat. Kelainan saraf utama menyebabkan adanya cerebral palsy, epilepsi, spina bifida dan kerusakan otak lainnya.
Anak dengan cerebral palsy mempunyai masalah dengan persepsi visual meliputi gerakan-gerakan untuk menggapai, menjangkau dan menggenggam benda, serta hambatan dalam memperikan jarak dan arah. Cerebral palsy merupakan kelainan koordinasi pada control otot disebabkan oleh luka (mendapatkan cedera) diotak sebelum dan sesudah dilahirkan atau pada awal masa anak-anak. Masalah utama gerak yang dihadapi oleh anak spina bifida adalah kelumpuhan dan kurangnya
control gerak.
Pada anak hydrocephalus masalah yang dihapi ialah mobilitas gerak, derajat keturunan akan mempengaruhi kemanpuan penyesuaian diri dengan lingkungan, kecenderungan untuk bersifat pasif.
Demikianlah pada halnya dengan tingkah laku anak tunadaksa sangat dipengaruhi oleh jenis dan derajat keturunannya. Jenis kecacatan itu akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai kompensasi akan kekurangan atau kecacatan. Ditinjau dari aspek psikologis, anak tunadaksa cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif, memisahkan diri dari lingkungan.
Samuel A Kirk dalam Moh. Amin dan Ina Yusuf Kusunah (1991:3) mengemukakan bahwa seseorang dikatakan anak tunadaksa jika kondisi fisik atau kesehatan menggangu kemampuan anak untuk berperan aktif dalam kegiatan sehari-hari baik di sekolah ataupun di rumah. Sebagai contoh, anak yang mempunyai lengan palsu tetapi ia dapat mengikuti kegiatan sekolah seperti pendidikan jasmani atau seorang anak yang minum obat untuk mengendalikan gangguan kesehatannya maka anak-anak jenis itu tidak termasuk penyandang gangguan fisik (tunadaksa). Tetapi jika kondisi fisik menggangu aktifitasnya seperti tidak mampu memegang pena, atau anak sakit-sakitan (mengidap penyakit kronis) sering kambuh sehingga ia tidak dapat bersekolah secara rutin maka anak-anak itu termasuk penyandang gangguan fisik (tunadaksa).


B.     Ciri-ciri anak dengan hambatan fisik dan motorik
Karakteristik anak dengan hambatan fisik-motorik (tunadaksa) terutama terlihat dari kondisi fisiknya yang berbeda dengan anak normal. Secara umum ciri-ciri anak tunadaksa sebagai berikut:
1.       Motorik
Anak tunadaksa antara tipe yang satu dengan yang lain menunjukkan gejala yang berbeda. Ada anak yang mengalami gangguan motoriknya berupa kekakuan, kelumpuhan, gerakan-gerakan yang tidak dapat dikendalikan. Gangguan motorik ini meliputi motorik kasar dan motorik halus. Sehingga anak tunadaksa perlu dilakukan bina gerak.
2.      Akademik
Anak tundaksa yang mengalami kelainan pada musculus scelatel system (sistem otot dan rangka) umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang normal dan dapat mengikuti pelajaran sama dengan anak normal. Sedangkan anak tunadaksa yang mengalami kelainan pada sistem cerebal  (otak), tingkat kecerdasanny bervariasi mulai dari tingkat idiot (kurang dari 30) sampai dengan gifted (di atas 125).
3.      Sosial emosional
Kehadiran anak yang tidak diterima oleh masyarakat terhadap anak tunadaksa dapat mempengaruhi pembentukkan pribadi anak sehingga anak merasa rendah diri, mudah tersinggung, suka meyendiri, dan kurang dapat menyesuaikan diri dan bergaul dengan lingkungan bahkan sampai pada tingkat frustasi.
4.      Fisik kesehatan
Anak tunadaksa dengan gangguan sistem cerebal (otak) biasanya selain mengalami cacat tubuh juga mengalami gangguan lain yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasa.



Ciri- ciri umum anak jenis ini bisa di lihat sebagai berikut:
a.       Anggota ,gerak tubuh kaku,lemah,lumpuh
b.      Kesulitan dalam gerakan tidak sempurna, tidak lentur
c.       Terdapat bagian anggota gerak yang tridak lengkap, tidak sempurna lebih kecil dari biasanya
d.      Terdapat cacat pada alat gerak
e.       Jari tangan kaku dan dan tidak dapat menggenggam
f.       Kesulitan pada saat berdiri
g.      Hiperatif/tidak dapat tenang.
Banyak jenis dan variasi anak tuna daksa, sehingga untuk mengidentifikasi karakteristiknya diperlukan pembahasan yang sangat luas. Berdasarkan berbagai sumber ditemukan beberapa karakteristik umum bagi anak tuna daksa, diantara lain sebagai berikut:
1)      Karakteristik Kepribadian
a)      Mereka yang cacat sejak lahir tidak pernah memperoleh pengalaman, yang demikian ini tidak menimbulkan frustasi.
b)      Tidak ada hubungan antara pribadi yang tertutup dengan lamanya kelainan fisik yang diderita.
c)      Adanya kelainan fisik tidak memperngaruhi kepribadian atau ketidak mampuan individu dalam menyesuaikan diri.
d)     Anak cerebal-pakcy dan polio cenderung memiliki rasa takut daripada yang mengalami sakit jantung.
2)      Karakteristik Emosi-sosial
a)        Kegiatan-kegiatan jasmani yang tidak dapat dijangkau oleh anak tuna daksa dapat berakibat timbulnya problem emosi, perasaan dan dapat menimbulkanfrustasi yang berat.
b)        Keadaan tersebut dapat berakibat fatal, yaitu mereka menyingkirkan diri dari keramaian.
c)        Anak tuna daksa cenderung acuh bila dikumpulkan bersama anak-anak normal dalam suatu permainan.
d)       Akibat kecacatanya mereka dapat mengalami keterbatasan dalam berkomunikasi dengan lingkunganya.
3)      Karakteristik Intelegensi
a)        Tidak ada hubungan antara tingkat kecerdasan dan kecacatan, tapi  ada beberapa kecenderungan adanya penurunan sedemikian rupa kecerdasan individu bila kecacatanya meningkat.
b)        Hasil penelitian ternyata IQ anak tuna daksa rata-rata normal.
4)      Karakteristik Fisik
a)        Selain memiliki kecacatan tubuh, ada kecenderungan mengalami gangguan-gangguan lain, misalnya: sakit gigi, berkurangnya daya pendengaran, penglihatan, gangguan bicara dan sebagainya.
b)        Kemampuan motorik terbatas dan ini dapat dikembangkan sampai pada batas-batas tertentu.
Menurut ibu Hanani dan ibu Enjay beberapa guru di sekolah Luar Biasa negeri pangeran cakrabuana, ciri-ciri tunadaksa yaitu seorang yang mengalami tunadaksa hanya fisiknya saja yang cacat tetapi untuk otaknya normal seperti anak lain.












C.    Klasifikasi jenis anak dengan hambatan fisik dan motorik
Klasifikasi anak dengan hambatan fisik-motorik atau tunadaksa secara umum dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian kelompok besar yaitu kelainan pada sistem cerebal (saraf pusat atau otak) dan kelainan pada otot dan rangka.
Kelainan pada sistem cerebal disebabkan adanya suatu  ketidakberfungsian, gangguan atau penyakit yang menyerang sistem saraf pusat sehingga tidak dapat menggerakkan anggota tubuh. Hal ini disebabkan karena otak merupakan pusat sehingga informasi segera informasi termasuk control gerakan tubuh. Sedangkan kelainan pada otot dan rangka menyebabkan ketidak berfungsian anggota gerak  karena melalui otot dan rangka yang normal, tubuh bisa digerakkan dengan sempurna.
1.      Kelainan pada sistem serebal (cerebal syste disorders).
Klasifikasi anak tunadaksan pada sistem serebal (cerebal) didasarkan pada kelahiran yang terletak di dalam sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Hal ini disebabkan otak dan sumsum tulang belakang merupakan pusat segala aktifitas hidup manusia.











Kelompok kerusakan bagian otak ini disebut Cerebal Palsy (CP), Cerebal Palsy dapat diklasifikasikan menurut:
a.       Penggolongan menurut derajat kecacatan
Menurut derajat kecacatan, Cerebal Palsy dapat digolongkan atas:
1)        Cerebal Palsy ringan
Anak tipe ini dapat berjalan tanpa menggunakan alat, berbicara tegas, lebih mandiri dan dapat menolong dirinya sendiri dalam menjalani aktifitas sehari-hari.
2)        Cerebal Palsy sedang
Anak tipe ini membutuhkan treatment atau latihan khusus untuk bicara, berjalan dan mengurus dirinya sendiri
3)        Cerebal Palsy berat
Anak tipe ini membutuhkan perawatan dalam ambulasi, bicara dan menolong dirinya sendiri, serta tidak dapat hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat.
b.      Penggolongan menurut topografi
Berdasarkan topografi banyaknya anggota tubuh yang lumpuh, Cerebrol Palsy dapat digolongkan menjadi 6 (enam) golongan yaitu:
1)      Monoplegia
Anak tipe ini memiliki satu anggota gerak yang lumpuh misal kaki kiri lumpuh, sedangkan kaki kanan dan kedua tanganya normal.
2)      Hemiplegia
Anak tipe ini memiliki anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama mengalami kelumpuhan, misalnya tangan kanan, dan kaki kanan, atau tangan kiri dan kaki kiri
3)      Paraplegia
Anak tipe ini memiliki pada kedua tungkai kakinya mengalami kelumpuhan.
4)      Diplegia
Anak tipe ini memiliki kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan kiri (paraplegia) lumpuh.
5)      Triplegia
Anak tipe ini memiliki tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan, misalnya tangan kanan dan kedua kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh.
6)      Quadriplegia atau tetraplegia
Anak tipe ini memiliki tipe kelumpuhan pada seluruhnya anggota geraknya yaitu kedua tangan dan kedua kakinya, Quadriplegia disebutnya juga.
c.       Penggolongan menurut fisiologi
Kelainan gerak dilihat dari segi letak kelainan di otak dan fungsi geraknya (motorik), anak Cerebral Palsy dibedakan atas:
1)      Spastik
Yang di tandai dengan gejala kejang atau kaku pada sebagian atau seluruh otot. Otot kaku timbul sewaktu akan digerakkan sesuai dengan kehendak.
2)      Athetoid
Ditandai dengan otot-otot yang dapat digerakan dengan sangat mudah. Ciri khas tipe ini yaitu semua gerakkan terjadi diluar kontrol
3)      Ataxia
Yaitu seakan-akan kehilangan keseimbangan, kekakuan terjadi pada waktu berdiri atau berjalan.
4)      Tremor
Yang ditandai adanya gerakan-gerakan kecil dan terus-menerus sehingga tampak seperti bentuk getaran-getaran. Gerakan itu dapat terjadi pada kepala, kaki, tangkai dan bibir.


5)      Rigid
Yang ditandai dengan kekakuan otot, tetapi berbeda dengan tipe spastik. Gerakan rigid terjadi pada seluruh tubuh yang sulit digerakkan.
6)      Tipe campuran
Yaitu jika seorang anak menunjukkan dua jenis ataupun lebih gejala CP sehingga akibatnya lebih berat bila dibandingkan dengan anak yang hanya memiliki satu jenis/tipe kecacatan.
2.      Kelainan pada sistem otot dan rangka (Musculus scelatel system)
Klasifikasi anak tunadaksa kedalam kelompok sisten otot dan rangka (Musculus scelatel system) didasarkan pada letak penyebab kelainan anggota tubuh yang mengalami kelainan yaitu: kaki, tangan, dan sendi serta tulang belakang.
Jenis-jenis kelainan pada sistem otot dan rangka antara lain meliputi:
a.       Pollimylitis
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang sangat mudah menular dan menyerang sistem syaraf.
b.      Muscle Dystrophy
Sekelompok penyakit yang diturunkan dimana otot-otot melemah dan memburuk dari waktu ke waktu.
c.       Spina Bifida
Jenis kelainan pada tulang belakang yang di tandai dengan terbukanya satu atau tiga ruas tulang belakang dan tidak tertutupnya kembali selama proses perkembangan.





D.    Faktor penyebab anak dengan hambatan fisik dan motorik
Ada beberapa macam sebab yang dapat menimbulkan kerusakan pada anak sehingga menjadi tunadaksa. Kerusakan tersebut ada yang terletak di jaringan otak, jaringan sumsum tulang belakang, serta pada sistem musculus skeletal. Terdapat keragaman jenis tunadaksa, dan masing-masing timbulnya kerusakan berbeda-beda. Dilihat dari waktu terjadinya, kerusakan otak dapat terjadi pada masa sebelum lahir, saat lahir, dan sesudah lahir.
1.        Sebelum lahir (fase prenatal)
Kerusakan terjadi pada saat bayi saat masih dalam kandungan
disebabkan:
a.       Infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung sehingga menyerang otak bayi yang sedang dikandungnya.
b.      Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran terganggu, tali pusar tertekan, sehingga merusak pembentukan syaraf-syaraf di dalam otak.
c.       Bayi dalam kandungan terkena radiasi yang langsung mempengaruhi sistem syarat pusat sehingga struktur maupun fungsinya terganggu.
d.      Ibu yang sedang mengandung mengalami trauma yang dapat mengakibatkan terganggunya pembentukan sistem syaraf pusat. Misalnya, ibu jatuh dan perutnya terbentur dengan cukup keras dan secara kebetulan mengganggu kepala bayi, maka dapat merusak sistem syaraf pusat.







2.      Saat kelahiran (fase natal)
Hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan otak bayi pada saat bayi dilahirkan antara lain:
a.       Proses kelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggang yang kecil pada ibu sehingga bayi mengalami kekurangan oksigen. Hal ini kemudian menyebabkan terganggunya sistem metabolisme dalam otak bayi sehingga jaringan syaraf pusat mengalami kerusakan.
b.      Pemakaian alat bantu berupa tang ketika proses kelahiran yang mengalami kesulitan sehingga dapat merusak jaringan syaraf otak pada bayi.
c.       Pemakaian anestesi yang melebihi ketentuan. Ibu yang melahirkan karena operasi dan menggunakan anestesi yang melebihi dosis dapat mempengaruhi sistem persyarafan otak bayi sehingga otak mengalami kelainan struktur ataupun fungsinya.
3.      Setelah proses kelahiran (fase post natal)
Fase setelah kelahiran adalah masa di mana bayi mulai dilahirkan sampai masa perkembangan otak dianggap selesai, yaitu pada usia lima tahun. Hal-hal yang dapat menyebabkan kecacatan setelah bayi lahir adalah:
a.       Kecelakaan/trauma kepala, amputasi.
b.      Infeksi penyakit yang menyerang otak.
Menurut ibu hanani dan ibu enjay beberapa guru di sekolah Luar Biasa negeri pangeran cakrabuana, penyebab tunadaksa biasanya pada saat hamil mengkonsumsi obat-obatan, sebelum hamil ibu kena campak, sang ibu mempunyai virus tertentu yang membahayakan janis (down syndrom),serta prematur.



E.     Layanan bimbingan dan metode belajar untuk anak dengan hambatan fisik dan motorik
Sistem layanan pendidikan bagi anak tunadaksa bervariasi tergantung derajat keturunannya. Sistem layanan tunadaksa dilakukan di sekolah luar biasa dan sekolah reguler/umum bahkan sampai pendidikan di rumah sakit yang tidak memiliki makna edukasi sama sekali. Layanan tersebut diberikan kepada anak-anak tunadaksa dalam perawatan medis dan bantuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1.      Sekolah untuk tunadaksa
Pendidikan anak tunadaksa secara umum di beberapa tempat yaitu:
a.       Sekolah Luar Biasa (SLB) D
SLB-D merupakan SLB yang dikhususkan untuk penyandang tunadaksa. Pelayanan di unit tunadaksa ringan atau SLB-D  diperlukan bagi anak tunadaksa yang tidak mempunyai masalah yang disertai retardasi mental yaitu anak tunadaksa yang mempunyai intelektual rata-rata bahkan di atas rata-rata intelektual anak normal.
Pelayanan unit di SLB-D1 diperuntukkan bagi anak tunadaksa yang mempunyai masalah seperti emosi, persepsi, atau campuran dari ketiganya disertai masalah penyerta retardasi mental
b.      SDLB
Anak tunadaksa dapat disekolahkan di SDLB. SDLB merupakan Sekolah Dasar (SD) yang menyelenggarakan pendidikan khusus, dengan berbagai macam jenis kelainan yaitu tunarungu, tunanetra, dan tunagrahita serta tunadaksa
c.       Guru kunjung
Layanan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) guru kunjung dilakukan sebagai alternatif bagi siswa yang jauh dari SLB atau sekolah inklusi.

d.      Sekolah terpadu/inklusi
Sekolah reguler yang menggabungkan anak tunadaksa dengan anak normal dalam satu sekolah.
2.      Fasilitas pendidikan untuk anak tunadaksa
Fasilitas pendidikan yang dirancang untuk anak tunadaksa hendaknya memenuhi tiga kemudahan yaitu mudah keluar masuk, mudah bergerak dalam ruangan dan udah mengadakan penyesuaian.
Fasilitas pendukung pendidikan yang berkaitan dengan diri anak adalah:
a.       Brace
Brace merupakan alat bantu gerak yang digunakan untuk menyangga beban yang tertumpu pada otot atau tulang. Brace dapat digunakan di kaki, punggung, atau leher.
b.      Crutch (kruk)
Kruk adalah alat penyangga tubuh yang ditumpukan pada tangan atau ketiak untuk menyangga beban tubuh. Kruk terbuat dari kayu, pipa besi, pipa aluminium, atau pipa stainless steel yang berbentuk bulat setinggi ukuran tubuh pemakainya.
c.       Splint
Spilint merupakan alat yang digunakkan untuk meletakkan anggota tubuh pada posisi yang benar agar anggota tubuh yang sakit tidak salah bentuk. Ada dua macam splint yaitu splint untuk anggota tubuh bagian atas (tangan) dan splint untuk anggota tubuh bagian bawah (kaki).
d.      Wheel Chair (kursi roda)
Kursi roda digunakan sebagai alat mobilitas seseorang untuk berpindah tempat dengan atau tanpa bantuan orang lain.



Fasilitas pendukung lain yang digunakkan untuk pendidikan anak tunadaksa adalah ruangan terapi dan peralatan terapi. terapi yang berkaitan langsung dengan anak tunadaksa adalah fisioterapi, terapi bermain dan terapi okupasi.
Fisioterapi, terapi bermain dan terapi okupasi  dilakukan oleh berbagai tenaga ahli yang kompeten di bidang nya. Tenaga ahli yang dimaksud meliputi tenaga ahli pendidik, medis serta terapis. Tenaga ahli yang  terlibat dalam pendidikan anak tunadaksa adalah guru kelas dan guru khusus yang bertugas untuk memberi bimbingan dan penyuluhan.
Menurut ibu hanani dan ibu enjay beberapa guru di sekolah Luar Biasa negeri pangeran cakrabuana, layanan bimbingan yang diberikan berbeda dengan yang lain ada yang latihan bina gerak, misalnya latihan jalan menggunakan alat tertentu untuk belajar jalan.


















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Pengertian hambatan fisik dan motorik
Gangguan fisik dan motorik adalah anak yang menggalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan peleyanan pendidikan khusus jika mengalami gangguan gerakan karena kelayuhan pada fungsi otak.
2.      Ciri-ciri anak dengan hambatan fisik dan motorik
Secara umum ciri-ciri anak tunadaksa sebagai berikut:
a.       Anggota ,gerak tubuh kaku,lemah,lumpuh
b.      Kesulitan dalam gerakan tidak sempurna, tidak lentur
c.       Terdapat bagian anggota gerak yang tridak lengkap, tidak sempurna lebih kecil dari biasanya
d.      Terdapat cacat pada alat gerak
e.       Jari tangan kaku dan dan tidak dapat menggenggam
f.       Kesulitan pada saat berdiri
g.      Hiperatif/tidak dapat tenang.
3.      Klasifikasi jenis anak dengan hambatan fisik dan motorik
Klasifikasi anak dengan hambatan fisik-motorik atau tunadaksa secara umum dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian kelompok besar yaitu kelainan pada sistem cerebal (saraf pusat atau otak) dan kelainan pada otot dan rangka.
4.      Faktor penyebab anak dengan hambatan fisik dan motorik
Ada beberapa macam sebab yang dapat menimbulkan kerusakan pada anak sehingga menjadi tunadaksa. Kerusakan tersebut ada yang terletak di jaringan otak, jaringan sumsum tulang belakang, serta pada sistem musculus skeletal.

Terdapat keragaman jenis tunadaksa, dan masing-masing timbulnya kerusakan berbeda-beda. Dilihat dari waktu terjadinya, kerusakan otak dapat terjadi pada masa sebelum lahir, saat lahir, dan sesudah lahir.
5.      Layanan bimbingan dan metode belajar untuk anak dengan hambatan fisik dan motorik
Sistem layanan pendidikan bagi anak tunadaksa bervariasi tergantung derajat keturunannya. Sistem layanan tunadaksa dilakukan di sekolah luar biasa dan sekolah reguler/umum bahkan sampai pendidikan di rumah sakit yang tidak memiliki makna edukasi sama sekali. Layanan tersebut diberikan kepada anak-anak tunadaksa dalam perawatan medis dan bantuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Pendidikan anak tunadaksa secara umum di beberapa tempat yaitu:
a.       Sekolah Luar Biasa (SLB) D
b.      SDLB
c.       Guru kunjung
d.      Sekolah terpadu/inklusi
B.     Saran
Sebagai calon tenaga pendidik kita harus mampu mempelajari dengan benar bagaimana mengenal anak berkebutuhan khusus dan mencari banyak refrensi sebagai bahan acuan untuk menambah ilmu, terutama dalam menangani anak berkebutuhan khusus. Sebagai guru/tenaga pendidik maka ditutut untuk memahami karakter masing-masing siswa terlebih dahulu baik siswa yang normal pada umumnya ataupun siswa yang memiliki kebutuhan khusus. Sehingga dapat menentukan metode yang sesuai untuk digunakan dalam lingkungan siswa yang berkebutuhan khusus.


DAFTAR PUSTAKA

Delphie, B.,2006, Pembelajaran Anak Berkebutuhan khusus, Bandung, Adi Tama.
Abdurrahman, M.  1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Kosasih E. 2012. Cara Bijak Mengatasi Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung:
Yrama Widya.
Hildayani Rini dkk, 2007. Penanganan anak berkelaianan. Jakarta: Universitas
Terbuka
Susilawati. 2015. Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. Cirebon: CV.
CONVIDENT
Sumantri, S. 2006, Psikologi Anak Luar biasa, Bandung, Aditama.




















LAMPIRAN
DOKUMENTASI KEGIATAN
A.    Moment wawancara sekaligus observasi proses pembelajaran




















No comments:

Post a Comment