hakikat teori belajar


 HAKEKAT TEORI BELAJAR
MAKALAH
(Ditujukan Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Pembelajaran IPA)
Dosen Pengampu : Mimin Darmini, M.Pd
Disusun Oleh:

Akhmad Firman Tajudin                 130641088
Ayu Desi Susanti                               130641083
Wahyu Rosidin                                  130641073

Kelompok 2
Kelas SD13.A-2
Semester 4


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
CIREBON
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tetapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Penyusunan makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pembelajaran Ilmu Pengatahuan Alam (IPA). Makalah ini berjudul tentang “Hakekat Teori Belajar” yang didalamnya membahas tentang makna teori pembelajaran, perbedaan antara teori dan praktek dalam pendidikan, macam-macam teori belajar, dan teori belajar yang erat hubungannya dengan pembelajaran IPA.
Terima kasih penulis sampaikan kepada:
1.      Mimin Darmini, M.Pd selaku Dosen Pengampu mata kuliah Pembelajaran IPA.
2.      Teman-teman yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang relevan dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


Cirebon, Maret 2015


Penulis

Penulis

 





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI  ..................................................................................................... ii

BAB  I  PENDAHULUAN  ............................................................................... 1
A.    Latar Belakang ......................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C.     Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
A.    Makna teori pembelajaran ........................................................................ 3
B.     Perbedaan antara teori dan praktek dalam pendidikan ............................ 7
C.     Macam-macam teori belajar ...................................................................... 10
D.    Teori belajar yang erat hubungannya dengan pembelajaran IPA ............. 12
BAB III  PENUTUP .......................................................................................... 25
A.    Kesimpulan ............................................................................................... 25
B.     Saran ......................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA  ....................................................................................... 27













BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dalam rangka meningkatkan kemampuan pendidik, mereka harus memiliki dasar empiris yang kuat untuk mendukung profesi mereka sebagai pengajar. Kenyataan yang ada, kurikulum yang selama ini diajarkan di sekolah menengah kurang mampu mempersiapkan siswa untuk masuk ke perguruan tinggi. Kemudian kurangnya pemahaman akan pentingnya relevansi pendidikan untuk mengatasi masalah-masalah sosial dan budaya, serta bagaimana bentuk pengajaran untuk siswa dengan beragam kemampuan intelektual.
Jerome S. Bruner, seorang peneliti terkemuka, memberikan beberapa gambaran tentang perlunya teori pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran di dalam kelas, serta beberapa contoh praktis untuk dapat menjadi bekal persiapan profesionalitas para guru.
Berdasarkan penelitian selama beberapa tahun terakhir, cukup jelas bagi saya ( Jerome S.Bruner), bahwa dari segi psikologis dan dari desain kurikulum itu sendiri, sangatlah minim dibahas tentang teori pembelajaran.
Teori pembelajaran yang sudah ada selama ini, hanya terfokus pada kepentingan teoritis semata. Sebagai contoh, pada saat membahas tentang teori perkembangan, seorang anak tidak diajarkan pengaruhnya terhadap tantangan sosial dan bagaimana pengalaman nyata yang nantinya akan dialami anak ketika berada di masyarakat. Masih banyak contoh-contoh lain, bagaimana sebuah teori pembelajaran tidak menyentuh aspek sosial dari murud, dan hal ini merupakan bentuk pembodohan secara intelektual dan tidak memiliki tangungjawab moral.



Dari permasalahan di atas, kita menyadari bahwa, sebuah teori pembelajaran sebaiknya juga menyangkut suatu praktek untuk membimbing seseorang bagaimana caranya ia memperoleh pengetahuan dan keterampilan, pandangan hidup, serta pengetahuan akan kebudayaan masyarakat sekitarnya. Akan hal itu, mari kita susun beberapa teorema yang memungkinkan, yang mungkin akan membawa kita kepada sebuah teori pembelajaran yang baik.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.      Apa makna teori pembelajaran?
2.      Apa perbedaan antara teori dan praktek dalam pendidikan?
3.      Apa saja macam-macam teori belajar?
4.      Teori belajar apa yang erat hubungannya dengan pembelajaran IPA?
C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuannya adalah untuk:
1.      Mengetahui makna teori pembelajaran
2.      Mengetahui perbedaan teori dan praktek dalam pendidikan
3.      Mengetahui macam-macam teori belajar
4.      Mengetahui teori belajar yang erat hubungannya dengan pembelajaran IPA









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Makna Teori Pembelajaran
Makna Teori pembelajaran adalah pendekatan terhadap suatu bidang pengetahuan, suatu cara menganalisis, membicarakan dan meneliti pembelajaran.
1.      Fungsi Teori Pembelajaran
Sebuah teori pembelajaran biasanya memiliki 3 fungsi yang berbeda namun saling terkait dengan erat. Antara lain fungsi – fungsi tersebut ialah :
a)      Teori pembelajaran adalah pendekatan terhadap suatu bidang pengetahuan; suatu cara menganalisis, membicarakan dan meneliti pembelajaran. Teori pembelajaran berfungsi menggambarkan sudut pandang peneliti mengenai aspek-aspek pembelajaran yang paling bernilai untuk dipelajari, variabel-variabel independen yang harus dimanipulasi dan variabel-variabel dependen yang harus dikaji, teknik-teknik penelitian yang hendak digunakan, dan bahasa apa yang harus digunakan untuk mendekripsikan temuan-temuannya.
b)      Teori pembelajaran berupaya meringkas sekumpulan besar pengetahuan mengenai hukum-hukum pembelajaran ke dalam ruang yang cukup kecil. Teori-teori pembelajaran, dalam upayanya meringkas sejumlah besar pengetahuan kehilangan akutasi dan kekompakkannya. Semua teori pembelajaran merupakan simplifikasi atau garis-garis besar dari materi yang mereka hadapi. Dengan demikian teori – teori pembelajaran memperlihatkan pencapaian dalam hal keluasan, organisasi dan ketimpelan, namun juga kehilangan akurasi detailnya.


c)      Teori pembelajaran secara kreatif berupaya menjelaskan apa itu pembelajaran dan mengapa pembelajaran berlangsung seperti adanya hukum-hukum menunjukkan bagaimana pembelajaran terjadi teori-teori berupaya menunjukan menyapa pembelajaran terjadi.  Jadi teori pembelajaran berupaya menghasilkan pemahaman pokok tersebut yang merupakan salah satu tujuan khusus pengetahuan dan juga bentuk-bentuk kegiatan ilmiah lainya teori berupaya merepresentasikan upaya terbaik manusia untuk memastikan struktur apa yang melandasi dunia tempat kita hidup.
2.      Jenis-jenis Teori Pembelajaran
Jenis-jenis teori pembelajaran bisa diklasifikasikan menurut beberapa cara untuk tujuan kita disini ada 2 jenis teori pembelajaran yaitu koneksionis dan teori kognitif.
a.       Teori-teori koneksionis
Koneksionisme merupakan teori yang paling awal dari rumpun Berhaviorisme. Teori belajar koneksionisme dikembangkan oleh Edward L. Thorndike (1874-1949). Menurut thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atau gerakan/tindakan.
Selanjutnya dalam teori koneksionisme ini Thorndike mengemukakan hukum-hukum belajar Sebagai berikut:
1)      Hukum kesiapan ( Law Of Readiness )
Dimana hubungan antara stimulus dan respon akan mudah terbentuk manakala ada persiapan dalam diri individu. Implikasi praktis dari hukum ini adalah, bahwa keberhasilan belajar seseorang tergantung dari ada atau tidak adanya kesiapan.
2)      Hukum latihan ( Law Of Rehearse )
Hukum ini menjelaskan kemungkinan kuat dan lemahnya hubungan stimulus dan respons. Implikasi dari hukum ini adalah makin sering pelajaran diulang, maka akan semakin dikuasainya pelajaran itu.
3)      Hukum akibat ( Law Of Effect )
Hukum ini menunjuk kepada kuat atau lemahnya hubungan stimulus dan respons tergantung kepada akibat yang ditimbulkannya. Implikasi dari hukum ini adalah apabila mengharapkan agar seseorang dapat mengulangi respons yang sama, maka harus diupayakan agar menyenangkan dirinya.
Interprestasi pembelajaran koneksionis, meskipun banyak perbedaan di antara mereka sendiri, sepakat untuk memandang persoalan pembelajaran sebagai persoalan hubungan (koneksi) antara simuli dan respon. (respon berwujud item perilaku, sementara Stimolus bisa berwujud sembarang input energi yang cenderung untuk mempengaruhi perilaku. Para teoritisi koneksionis pada umumnya berasumsi bahwa semua respon dihasilkan oleh stimuli. Koneksi –koneksi ini merupakan bentuk sederhana dari variabel perantara dan disebut dengan berbagai macam nama seperti kebiasaan (habit) atau hubungan stimulus respon (stimulus response bonds). Akan tetapi, titik tekan diletakkan pada respon yang terjadi, stimulus (dan barangkali kondisi lainya) yang menghasilkannya, dan bagaimana berubahnya hubungan antara stimuli dan respon tersebut seiring pengalaman yang dialami.





b.      Teori-teori kognitif.
Tokohnya Kohler, Max Wertheimes, Kurt Lewin dan Bandura(Psikologist) dasar teori belajar tokoh ini sama. Yaitu dalam belajar terdapat kemampuan mengenal lingkungan, sehingga lingkungan tidak otomatis mempengaruhi manusia.
Ciri-ciri aliran ini adalah :
1)      Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
2)      Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
3)      Mementingkan peranan kognitif
4)      Mementingkan kondisi waktu sekarang
5)      Mementingkan pembentukan struktur kognitif
6)      Mengutamakan “in right” (pengertian)
Kita pahami bahwa Interprestasi kognitif memusatkan pembahasan pada kognisi (persepsi, sikap, atau keyakinan, sebagai variabel perantara yang lebih kompleks) yang dimulai  oleh individu dalam menghadap lingkungannya, dan pada bagaimana kognisi ini menentukan perilaku. Dalam interprestasi  ini pembelajaran adalah studi mengenai bagaimana kognisi di modifikasi oleh pengalaman.
Secara umum kita menggunakan 2 jenis interprestasi tersebut. Ketika kita mendiskusikan reaksi reaksi sederhana atau keterampilan fisik yang kompleks kita cenderung untuk mengatakan, itulah kebiasaan burukmu selama ini. Perkataan tersebut merupakan interpretasi koneksinis. Ketika membahas perjalanan tertentu yang berwujud kata-kata atau  keputusan mendetail, kita sering mengucapkan hal-hal seperti ini : pengetahuannya mengenai topik itu mendalam sekali, interpretasi-interpretasi ini bersifat kognitif.


Kecenderungan seorang psikolog untuk lebih memilih teori pembelajaran koneksionis atau kognitif untuk sebagiannya bergantung pada jenis pembelajaran yang paling diminati olehnya. Para spesialis cenderung untuk meyakini bahwa teori yang mereka pilih adalah yang terbaik, bukan hanya untuk bidang mereka saja, namun juga untuk segenap area, psikologi pembelajaran. Kecenderungan ini mencerminkan adanya hasrat akan kesatuan dalam kesederhanaan yang menjadi salah satu sebab awal berkembangnya teori-teori sebagai akibatnya, sebagian orang berpegang pada teori pembelajaran kognitif secara umum dan yang lainnya berpegang pada teori – teori koneksionis secara umum pula.
Perbedaan antara teori koneksionis dan teori kognitif tidak bersifat ya atau tidak sama sekali, ada sejumlah posisi dengan kombinasi yang bersifat tengah-tengah sekalipun begitu, perbedaan tersebut bisa menjadi landasan yang perlu dan berguna untuk mengklasifikasikan interpretasi pembelajaran
B.     Perbedaan antara teori dan praktek dalam pendidikan
Teori merupakan hubungan antara konsep-konsep. Sedangkan konsep-konsep itu sendiri merupakan hubungan dari kata-kata yang menjelaskan suatu persoalan atau kenyataan. Kata-kata merupakan simbol berupa bunyi dan aksara ketika kita merujuk pada suatu benda atau realitas yang ada di dunia. Sedangkan konsep merupakan suatu penjelasan yang lebih luas karena mengubungkan keterkaitan antara dua atau lebih dari keberadaan benda atau gejala (peristiwa). Karenanya, teori merujuk pada suatu hubungan antara konsep-konsep yang lebih bisa menjelaskan peristiwa atau suatu proses tertentu dari kehidupan ini.
Jadi teori sebenarnya adalah sebuah alat untuk membantu menjelaskan suatu. Ia merupakan penyederhanaan dari gejala-gejala kehidupan supaya mudah kita pahami dan kita jelaskan.
Teori akan membantu kita memahami suatu gejala dan membedakan diri dengan penjelasan yang lain. Meskipun demikian perbedaan antara dua teori atau lebih yang berbeda tidak menutup kemungkinan ada suatu hal yang beririsan. Dan suatu teori yang baik diharapkan menghilangkan irisan-irisan itu sekecil mungkin, untuk memberikan pembedaan antara seperangkat penjelasan dengan lainnya yang memiliki karakternya masing-masing. Buku ini memang bermaksud untuk memberikan penggolongan dari teori-teori tentang pendidikan yang diharapkan secara kuat mampu mengungkap perbedaan antara suatu teori dengan lainnya.
Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variable, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Mark (1963) membedakan adanya 3 macam teori, dan ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara lain:
1.      Teori yang deduktif, memberi keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu kearah data akan diterangkan.
2.      Teori yang induktif, adalah cara menerangkan dari data kea rah teori. Dalam bentuk spekulatif titikpandang yang posivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist.
3.      Teori yang fungsional, disini tampak suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data.
Teori juga memiliki fungsi dalam prakteknya. Fungsi teori yang pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variable yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua adalah (prediksi dan pemandu untuk menemukan fakta) adalah untuk merumuskan hipotesa dan menyusun instrument penelitian, karena pada dasarnya hipotesa itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif.
Fungsi teori yang selanjutnya adalah digunakan untuk mencandra dan membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dalam upaya pemecahan masalah.
Dari uraian diatas, teori adalah konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau system pengertian ini diperoleh melalui, jalan yang sistematis. Suatu teori dapat diuji kebenaranya, bila tidak dia bukan teori. Setiap teori mengalami perkembangan, dan perkembangan itu terjadi apabila teori sudah tidak relevan dan kurang berfungsi ladi untuk mengatasi masalah.
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proporsi yang disusun secara sistematis. Secara umum teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan, meramalkan, dan pengendalian. Hal ini juga telihat dalam kehidupan sehari-hari, bahwa setiap manusia memiliki teori-teori sendiri untuk menghadapai kehidupan masing-masing. tak ubahnya dengan pendidikan. Dalam proses pendidikan, setiap pendidik memerlukan suatu teori yang mampu menemani mereka dalam proses belajar mengajar untuk siswa atau para peserta didiknya. Teori-teori yang terkenal dalam konteks pendidikan, seperti teori motivasi, teori behaviouristik atau perilaku, teori kebutuhan, teori pembelajaran dan lain sebagainya yang kesemuanya tetap menyangkut mengenai pendidikan dan prosesnya.










C.    Macam-macam teori belajar
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme,  teori belajar kognitivisme, dan  teori belajar konstruktivisme.  Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
2.      Teori  Belajar kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.

Peneliti yang mengembangkan teori kognitif  ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.
3.      Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.






D.    Teori belajar yang erat hubungannya dengan pembelajaran IPA
1.      Teori Belajar Kognitif
Menurut Piaget perkembangan kognitif individu meliputi 4 tahap :
a)      Sensoru motor
b)      Pre operasional
c)      Concrete operational
d)     Formal operational
Dikemukakannya pula bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebayanya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteaksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi dari teori perkembangan kognitif dari Piaget dalam pembelajaran adalah :
1.      Bahasa dan berpikir anak berbeda dengan orang dewasa
2.      Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
3.      Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4.      Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangan
5.      di dalam kelas anak-anak hendaknya diberi peluang untk saling bicara dan diskusi dengan teman-temannya.






Ciri-ciri teori belajar kognitif menurut Piaget:
a.       Memfokuskan pada proses berpikir anak, tidak sekedar pada produknya
b.      Pengenalan dan pengakuan atas peranan nak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran
c.       Penerimaan perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan
2.      Menurut Vigotsky
Vigotsky memfokuskan pada konteks sosiokultural perkembangan anak. Beliau menegaskan bahwa perkembangan manusia tidak dapat dipisahkan dari aktivitas social dan cultural. Selanjutnya beliau juga menekankan bagaimana perkembangan proses mental yang lebih tinggi, seperti ingatan, perhatian, dan penalaran, melibatkan belajar menggunakan penemuan masyarakat, seperti bahaa, system matematik, dan instrument untuk mengingat. Dia juga menekankan bagaimana anak-anak itu dibantu perkembangannya melalui bimbingan oleh individu-individu yang telah memiliki ketrampilan di bidang ini. 
Ciri-ciri teori belajar kognitif menurut Vigotsky:
a.       Menekankan pada hakekat sosiokultural daripembelajaran
b.      Menyebutkan bahwa fungsi mental lebih tinggi ketika ada kerja sama anta individu (zone of proximal development)
c.       Memberi bantuan pada proses awal pembelajarn (scaffolding)
d.      Menghendaki susunan kelas seingga terbentuk pembelajaran yang kooperatif
3.      Menurut Brunner
Jerome Brnner adalah seorang pelopor pengembang kurikulum terutama dengan teori yang dikenal dengan pembelajaran penemuan (inkuiri). 


Penmuan (inkuiri) adalah suatu model pengajaran yang menekankan pentingnya pemahaman tentang struktur materi dari suatu ilmu yang dipelajari, perlunya belajar aktif sebagai dasar dari pemahaman sebenarnya dan nilai dari berpikir secara induktif dalam belajar (pembelajaran yang sebenarnya terjadi melalui penemuan pribadi).
Menururt Brunner penemuan akan lebih bermakna jika siswa memusatkan perhatiannya untuk memahami struktur materi yang dipelajari. Untuk memperoleh struktur informasi, siswa harus aktif dimana mereka harus mengidwntifikasi sendiri prinsip-prinsip kunci dari pada hanya sekedar mendengar penjelasan dari guru. Oleh karena itu guru harus memunculkan masalah yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan penemuan. Dalam pembelajaran melalui penemuan, guru memberikan contoh dan siswa bekerja berdasarkan contoh tersebut sampai menemukan hubungan antar bagian dari suatu struktur materi.(Woolfolk, 1997:317).
Aplikasi ide-ide Brunner dalam pembelajran menurut Woolfolk, (1997:320) digambarkan sebagai berikut:
a.       Memeberikan contoh dan bukan contoh dari konsep yang dipelajari
b.      Memebantu siswa mencari hubungan antara konsep
c.       Mengajukan pertanyaan dan membiarkan siswa mencoba menemukan sendiri jawabannya
d.      Mendorong siswa untuk membuat dugaan yang bersifat intuitif
Ciri-ciri teori belajar kognitif menurut Brunner:
1.      Menekankan proses pe,belajaran penemuan (inkuiri)
2.      Perlunya belajar aktif
3.      Perlunya belajar induktif




1)      Asumsi 
Manusia sebagai organisme yang aktif yang menjadi sumber dari semua aktifitas. Tingkah laku manusia merupakan ekspresi dan akibat dari eksistensi internal manusia yang dapat diamati.
2)      Ciri-ciri
Ciri-ciri teori belajar kognitif secara umum antara lain :
a.       mementingkan apa yang ada pada diri individu
b.      mementingkan keseluruhan
c.       mementingkan keseimbangan dalam diri individu
d.      mementingkan kondisi saat ini
e.       mementingkan pembentukan struktur kognitif
f.       dalam memecahkan masalah cirri khasnya adalah “insight”
g.      mementingkan peranana fungsi kognitif
3)      Penerapan Dalam Pembelajaran 
Penerapannya dalam pembelajaran IPA adalah siswa melakukan pekerjaan yang sebelumnya tidaka ada penjelasan dari guru. Gurur hanya sebagai fasilitator. Dari hasil tersebut siswa akan menemukan suatu konsep tentang materi yang dipelajari.
2.      Teori Belajar Behaviorisme
Bihaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya dari salah satu sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspk-aspek mental. Teori ini tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Proses belajar semata-mata melatih reflkes-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Hukum-hukum belajar yang dihasilkan :
a)      Connectionism (S-R Bond) menurut Thorndike
Eksperiment yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar diantaranya :


1)      Law of Effect :
Apabila sebuah respon menghasilkan efwk yang memuaskan, maka hubungan stimulus respon akan memuaskan
2)      Law of readness :
Kepuasan organisme berasal dari pendayagunaan satuan pengantar, dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu
3)      Law of Exercise :
Jika sering dilatih hubungan natara stimulus dan respon akan semakin bertambah erat
Ciri-ciri aliran bihavioristik menurut Thorndike :
a.       Menekankan adanya readinessatau kesiapan pada diri individu dalam proses belajar
b.      Memperbanyak latihan
c.       Adanya pengulangan jika terjadi keberhasilan
b)      Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Eksperiment yang dilakukan oleh Ivan Pavlov terhadap anjing menghasilkan hokum-hukum belajar diantaranya:
1.      Law of Respondent Conditioning :
Pembiasaan yang dituntut, dimana jika dua macam stimulus dihasilkan secara simultan (salah satunya berfungsi sebagai reinforcer)maka reflek dan stimulus lainnya akan meningkat.
2.      Law of Respondent Extinction :
Hokum pemusnahan yang dituntut, dimana jika reflek yang diperkuat respondent conditioning didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
Ciri-ciri aliran bihavioristik menurut Ivan Pavlov :
a.       Menekankan selalu adanya perubahan yang merupakan hasil belajar
b.      Adanya pembiasaan
c)      Operant Conditioning menurut B.F Skinner
Eksperiment yang dilakukan oleh B.F Skinner terhadap tikus menghasilkan hukum-hukum belajar diantaranya :
1.      Law of Operant Conditioning :
Jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat
2.      Law of Operant Extinction : 
Jika perilaku operant yang timbul diperkuat melalui proses conditioning tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Reber (Muhidin Syah, 2003) menyebutkan, yang dimaksud operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan.
Respon terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer, yan mana pada dasarnya reinforcer adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejimlah respon, namun tidak disengaja, diadakan sebagai pasangan stimulus lain. 
d)     Sosial Learning menurut Albert Bandura
Disebut juga teori Observational learning, yang merupakana sebuah teori belajar yang relative masih baru dibandingkan dengan teori belajar yang lainnya. Bandura memandang perilaku individu tidak semata-mata reflek otomatis atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Teori ini memandang pentingnya conditioning, melalui pemberian reward atau punishment seorang individu akan berpikir dan memutuskan perilaku social mana yang harus dilakukan.



Ciri-ciri aliran bihavioristik menurut Bandura :
1)      Adanya 4 elemen penting dalam pembelajaran melaui pengamatan, yaitu atensi, refensi, produksi dan motivasi
2)      Adanya pemodelan
3)      Adanya system reward dan punishment
1.      Asumsi
Manusia dipandang ebagai organisme yang pasif. Perilaku manusia dikuasai oleh stimulus yang ada di lingkungannya. Oleh karena itu perilaku manusia dapat dikontrol atau dikendalikan melalui pemanipulasian lingkungan.
2.      Ciri-ciri
Ciri-ciri aliran bihavioristik secara umum :
a.       Mementingkan pengaruh lingkungan
b.      Mementingkan bagian-bagian tertentu
c.       Mementingkan peranan reaksi
d.      Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar
e.       Mementingkan sebab-sebab pasa waktu yang lalu
3.      Hukum-hukum belajar yang dihasilkan 
a.       Hukum Kesiapan
Ada 3 macam keadaan yang menunjukkan perlakuan Hukum Kesiapan, yaitu :
1)      Apabila pada individu ada tendensi atau kecenderunan melakukan sesuatu atau bertindak, maka melakukan tindakan tersebut akan menimbulkan kesiapn dan menyebabkan individu tadi tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang lain.
2)      Apabila pada individu ada tendensi bergerak, tetapi tidak melakukan tindakan tersebut, maka akan menimbulka rasa tidak puas. Oleh karena itu individu tersebut akan melakukan tindakan-tindakan lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidak pussan tadi.
3)      Apabila individu tidak ada tendensi bertindak, maka melakuan tindakan akan menimbulkan ketidakpuasan. Oleh karena itu individu melakukan tindakan-tindakan lain untuk menghapus ketidakpuasan tadi.
Implikasi Hukum Kesiapan dalam Pendidikan adalah :
a)      sebelum guru dalam kelas mulai mengajar, maka anak-anak disiapkna mentalnya terlebih dahulu. Misalnya anak disuruh duduk yang rapi, tenang dan sebagainya.
b)      penggunaan tes bakat sangat membantu untuk menyalurkan bakat anak. Sebab mendidik sesuai dengan bakatnya akan lebih lancer dibandingkan bila tidak berbakat.
b.      Hukum Latihan
Hukum ini akan menyebabkan makin kuat atau lemahnya hubungan S-R. Kurang laihan akan melemahkan hubungan S-R. Penggunaan hokum latihan dalam proses belajar mengajar adalah prinsip ulangan, misalnya :
1.      memberi ketrampilan kepada para siswa agar sering atau makin banyak menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya.
2.      Diadakan latihan resitasi dari bahan-bahan yang dipelajari
3.      Diadakan ulangan-ulangan yang teratur dan bahkan dengan ulangan yang ketat, akan memperkuat S-R.
c.       Hukum Efek
Rumusan tingkat hkum efek adalah bahwa suatu tindakan yang disertai hasil menyenangkan cnderung untuk dipertahankan dan pada waktu lain akan dikurangi, sebaliknya suatu rindakan yang tidak akn menyenangkan cenderung untuk ditinggalkan dan tidak diulangi lagi. Jadi hokum efek menunjukkan bagaimana pengaruh hasil suatu tindakan bagi perbuatan serupa. 


Implikasi hokum hukum efek dalam pendidikan adalah sebagai berikut :
1.      Buatlah pengalaman, situasi kelas atau kampus sedemikian rupa sehingga menyenangkan bagi para siswa atau mahasiswa, guru maupun karyawan sekolah.
2.      Buatlah bahan-bahan pengajaran yang relevan dengan kehidupan sehari-hari sehingga lebih dapt dierima tau dimengerti.
3.      Tugas-tugas sekolah diatur dengan tahap-taap pencapaian hasilnya.
4.      Tugas-tugas sekolah ditata dengan tahap-tahap kesukarannya sehingga para siswa dapat maju tanpa mengalami kegagalan.
5.      Bahan-bahan pengajaran dan metode pengajaran diberikan dengan variasi agar pengalaman-pengalaman belajar mengajar menjadi menyenagkan, tidak menjemukan.
6.      Bimbingan, pemberian hadiah, pujian, bahkan bila perlu hukuman tentu akan dapat memberikan motivasi proses belajar mengajar.
d.      Penerapan Dalam Pembelajaran 
Dalam proses pembelajaran IPA guru memberikan permasalahan kepada siswa kemudian guru meminta siswa untuk memberikan tanggapan. Tanggapan yang benar akan dikaji oleh guru dan semua siswa. Bagi siswa yang memberikan tanggapan tersebut akan mendapat reward dari guru.dengan hal tersebut, siswa diharapkan memperoleh stimulus yang diharapkan dapat memunculkan respon berupa keaktifan dalam kelas. 





4.      Teori Belajar Gestalt
Sumber utama dalam belajar adalah dimengertinya hal-hal yang dipelajari (insight). Insight dipengaruhi oleh :
a.       Kemampuan dasar yang dimiliki
b.      Pengalaman yang relevan
c.       Situasi yang dihadapi
1)      Asumsi
Bahwa obyek peristiwa tertentu akan dipandang sebagai keseluruhan.
2)      Ciri – ciri :
a.       Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) :
Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal – hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dalam proses kehidupannya.
b.      Perilaku bertujuan (pusposive behavior):
Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
c.       Prinsip ruang hidup (life space):
Materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.





d.      Transfer dalam belajar:
Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok disuatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya. 
3)      Penerapan dalam Pembelajaran
Dalam proses IPA siswa membaca materi terlebih dahulu atau guru menjelaskan materi tersebut pada siswa. Hal ini dilakukian agar siswa mempunyai gambaran tentang materi yang akan dijadikan percobaan. Setelah itu siswa melakukan percobaan dengan guru.
3.      Teori Konstruktivisme
Kontruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky, dimana keduanya menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi-informasi baru. Piaget dan Vigotsky juga menekankan pada hakekat sosial dari proses belajar dan keduanya menyarankan untuk menggunakan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggota-anggota kelompok yang berbeda-beda untuk mengupayakan perubahan kopnseptual.
a)      Asumsi
Individu adalah sebagai pusat pengorganisasian dan penyesuaian pengalaman. Penyesuaian itu dilakukan dengan akomodasi dan asimilasi.



b)      Ciri – ciri
1.      Menekankan adanya penemuan pada tiap diri individu
2.      Adanya keaktifan siswa dalam merevisi informasi lama dan diganti dengan yang baru., jika tidak sesuai.
3.      Menekankan adanya kelompok-kelompok belajar.
c)      Penerapan dalam pembelajaran
Penerapan dalam pembelajaran IPA adalah siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Kemudian guru memberikansuatu permasalahan dan siswa mendiskusikusikannya dalam kelompok masing-masing. Guru memberi nilai yang baik bagi siswa yang aktif dalam kelompoknya.
Teori Belajar yang mendukung pembelajaran IPA SD
1.      Teori Piaget yang menguraikan perkembangan kognitif dari bayi sampai dewasa.
2.       Teori konstruktivisme Peserta didik tidak menerima begitu saja ide-ide dari orang lain. Mereka membangunsendiri dari pengalaman sebelum mendapat pelajaran IPA di sekolah
3.       Teori Belajar Piaget Piaget merupakan salah satu pioner konstruktivis, ia berpendapat bahwa anak membangunsendiri pengetahuannya dari pengalamannya sendiri dengan lingkungan. Dalam pandangan Piaget, pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif sebagian besar bergantungkepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya.Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator dan buku sebagai pemberi informasi.
Kecendrungan Anak SD beranjak dari hal-hal yang konkrit memandang sesuatu yang dipelajari sebagai satu kebutuhan, terpadu. Berdasarkan kecendrungan diatas maka,belajar adalah suatu proses yang aktif,konstruktif berorientasi pada tujuan, semuanya bergantung pada aktifitas mental peserta didik.
Struktur kognitif merupakan kelompok ingatanyang tersusun dan saling berhubungan, aksidan strategi yang dipakai oleh anak-anak untuk memahami dunia sekitarnya.
Dalam pembelajaran IPA pergunakanlah :
a.       Mulailah dari hal-hal yang konkret yaitu kegiatan aktif mempergunakan pancaindra dengan benda nyata atau konkret
b.      Penata awal. Yaitu suatu informasi umum mengenai apa yang akan diajarkan, agar murid mempunyai kerangkakerja untuk mengasimilasikan informasi baru ke dalam struktur kognitifnya.
c.       Pergunakanlah kegiatan yang bervariasi karena murid mempunyai tingkat perkembangan kognitif yang berbeda dan gaya belajar yang berlainan.



















BAB III
 PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Makna Teori pembelajaran adalah pendekatan terhadap suatu bidang pengetahuan, suatu cara menganalisis, membicarakan dan meneliti pembelajaran.
2.      Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proporsi yang disusun secara sistematis.
3.      Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme,  teori belajar kognitivisme, dan  teori belajar konstruktivisme.  Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep
4.      Teori belajar yang berkaiatan dengan pembelajaran IPA adalah teori belajar kognitif, teori belajar behaviorisme, teori belajar gestalt, teori kontruktivime,










B.     Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan sebaiknya:
1.      ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
2.      ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
3.      ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
4.      …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..













DAFTAR PUSTAKA

Manan, Imran. (1989). Antropologi Pendidikan Suatu Pengantar. Jakarta: P2LPTK.

Moleong, Lexy J.(1997). Metodotologi Penelelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wiji Suwarno. (2009). Dasar-dasar ilmu pendidikan. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA GROUP.

Uno, Hamzah B. (2007). Teori motivasi dan pengukurannya analisis di bidang pendidikan. Jakarta: PT. Bumi aksara.

M. Ngalim Purwanto, (2009). Psikologi Pendidikan, Bandung, Remaja Rosdakarya,

Uno, B. Hamzah, (2005) Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Siregar, Eveline. Nara, Hartini. (2007). Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Universitas Negeri Jakarta.

Bell Gredler,(1991). Belajar dan Membelajarkan. (Jakarta: CV. Rajawali).

Sudirman. (1991).  Ilmu Pendidikan. Bandung: PT. Rosdakarya.


No comments:

Post a Comment