TUGAS
MAKALAH
KARAKTERISTIK,MODEL
dan PENDEKATAN EVALUASI PEMBELAJARAN
Diajukan
untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran
Dosen
Pengampu : Nurjaman M.Pd

Disusun
Oleh:
1.
Dewi
Pujiarti (130641075)
2.
Dimas
Prasetyo (130641067)
3.
Indah
Purnama S (130641074)
4.
Ismi
Maola (130641085)
5.
Yuniah ( 130641064)
Kelompok : 3
Kelas:
SD-13A.2
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2014
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan
rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
judul
“karakteristik,
model dan pendekatan evaluasi pembelajaran”.
Adapun tujun dari penyusunan dalam tugas makalah ini yaitu untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah “EVALUASI PEMBELAJARAN”.
Dalam
penyusunan makalah ini penyusun menyadari bahwa, makalah ini tidak akan selesai
dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan dan bimbingan dari
dosen pengampu mata kuliah “EVALUASI PEMBELAJARAN” Bapak “Nurjaman M.Pd”.
penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan yang perlu
diperbaiki maka penyusun meminta kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Semoga
makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi kita semua didalam dunia
pendidikan. Dan semoga mampu menjadi pendidik yang patut di tauladani oleh anak
didik.
Cirebon, November
2014
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR
ISI ...................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................
A.
Latar
Belakang ........................................................................................ 1
B.
Rumusan
Masalah ................................................................................... 2
C.
Tujuan
Penulisan .................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN....................................................................................
A. Karakteristik
Instrumen Evaluasi.............................................................
3
B. Model-model
evaluasi pembelajaran........................................................
5
C. Prinsip-prinsip model pembelajaran.........................................................
9
D. Batasan dan rumusan masalah model
pembelajaran................................
10
E. Pendekatan evaluasi.................................................................................
11
BAB
III PENUTUP ..........................................................................................
A.
Kesimpulan
............................................................................................. 13
B.
Saran
....................................................................................................... 13
DAFTAR
PUSTAKA ......................................................................................... 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar
mengajar. Secara luas, Joyce dan Weil (2000:13) mengemukakan bahwa model
pembelajaran merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan
perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit pembelajaran, perlengkapan
belajar, buku-buku pelajaran, program multi media, dan bantuan belajar melalui
program komputer.
Hakikat
mengajar menurut Joyce dan Weil adalah membantu belajar (peserta didik)
memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir, dan
belajar bagaimana cara belajar. Merujuk pada dua pendapat di atas, penulis
memaknai model pembelajaran dalam BBM (Bahan Belajar Mandiri) ini sebagai suatu
rencana mengajar yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu, dalam pola
tersebut dapat terlihat kegiatan guru-peserta didik di dalam mewujudkan kondisi
belajar atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta
didik. Di dalam pola pembelajaran yang dimaksud terdapat karakteristik berupa
rentetan atau tahapan perbuatan/kegiatan guru-peserta didik atau dikenal dengan
istilah sintaks dalam peristiwa pembelajaran. Secara implisit di balik
tahapan pembelajaran tersebut terdapat karakteristik lainnya dari sebuah model
dan rasional yang membedakan antara model pembelajaran yang satu dengan model
pembelajaran yang lainnya.
B. Rumusan Masalah
a.
Bagaimana tentang rumusan karakteristik evaluasi ?
b.
Apa saja model-model evaluasi pembelajaran ?
c.
Apa saja Prinsip Model-model pembelajaran yang dapat menghasilkan rencana yang
efektif dan efisien ?
d.
Apa saja batasan dan rumusan masalah
model pembelajaran ?
e. Apa yang dimaksud dengan pendekatan evaluasi ?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui rumusan
karakteristik tentang evaluasi
b. Untuk mengetahui model-model apa
saja dalam evaluasi pembelajaran
c. Untuk mengetahui prinsip
model-model apa saaja dalam pembelajaran evaluasi
d. Untuk mengetahui batasan dan
rumusan masalah model pembelajaran
e. Untuk mengetahui apa itu
pendekatan evaluasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Karakteristik Instrumen Evaluasi
Evaluasi sangat berguna untuk
meningkatkan kualitas sistem pembelajaran. Dalam uraian sebelumnya telah
dijelaskan kedudukan clan pentingnya evaluasi dalam pembelajaran, baik dilihat
dari tujuan clan fungsi evaluasi maupun sistem pembelajaran itu sendiri. Evaluasi
tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran, karena keefektifan pembelajaran hanya
dapat diketahui melalui evaluasi. Dengan kata lain, melalui evaluasi semua
komponen pembelajaran dapat diketahui apakah dapat berfungsi sebagaimana
mestinya atau tidak. Guru dapat mengetahui tingkat kemampuan peserta didik,
baik secara kelompok maupun perseorangan. Adapun karakteristik instrumen evaluasi yang
baik adalah :
a.
Valid, suatu instrumen dapat
dikatakan valid jika betul-betul mengukur apa yang hendak diukur secara tepat.
b.
Reliabel, instrumen dapat dikatakan reliabel
atau handal jika mempunyai hasil yang taat asas (consistent).
c.
Relevan, instrumen yang digunakan harus sesuai
dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang telah
ditetapkan.
d.
Representatif, materi instrumen harus
betul-betul mewakili seluruh materi yang disampaikan Praktis, dan mudah
digunakan.
e.
Deskriminatif, instrumen itu harus
disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menunjukkan perbedaan-perbedaan yang
sekecil apa pun.
f.
Spesifik, suatu instrumen disusun dan
digunakan khusus untuk objek yang dievaluasi.
g.
proporsional, instrumen harus
memiliki tingkat kesulitan yang proporsional antara sulit, sedang, dan mudah.
Bruce dan Weil (1980 dan 1992:
135-136) mengidentifikasi karakteristik model pembelajaran ke dalam aspek-aspek
berikut :
1. Sintaks
Suatu model pembelajaran memiliki
sintaks atau urutan atau tahap-tahap kegiatan belajar yang diistilahkan dengan
fase yang menggambarkan bagaimana model tersebut dalam praktiknya, misalnya
bagaimana memulai pelajaran.
2. Sistem sosial
Sistem sosial menggambarkan bentuk
kerja sama guru-peserta didik dalam pembelajaran atau peran-peran guru dan
peserta didik dan hubungannya satu sama lain dan jenis-jenis aturan yang harus
diterapkan. Peran kepemimpinan guru bervariasi dalam satu model ke model
pembelajaran lainnya. Dalam beberapa model pembelajaran, guru bertindak sebagai
pusat kegiatan dan sumber belajar (hal ini berlaku pada model yang terstruktur
tinggi), namun dalam model pembelajaran yang terstruktur sedang peran guru dan
peserta didik seimbang. Setiap model memberikan peran yang berbeda pada guru
dan peserta didik.
3. Prinsip reaksi
Prinsip reaksi menunjukkan kepada
guru bagaimana cara menghargai atau menilai peserta didik dan bagaimana
menanggapi apa yang dilakukan oleh peserta didik. Sebagai contoh, dalam suatu
situasi belajar, guru memberi penghargaan atas kegiatan yang dilakukan peserta
didik atau mengambil sikap netral.
4. Sistem pendukung
menggambarkan kondisi-kondisi yang diperlukan untuk mendukung keterlaksanaan
model pembelajaran, termasuk sarana dan prasarana, misalnya alat dan bahan,
kesiapan guru, serta kesiapan peserta didik.
5. Dampak pembelajaran langsung dan
iringan
Dampak pembelajaran langsung
merupakan hasil belajar yang dicapai dengan cara mengarahkan para peserta didik
pada tujuan yang diharapkan sedangkan dampak iringan adalah hasil belajar
lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran sebagai akibat
terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh pebelajar.
B.
Model-Model Evaluasi Pembelajaran
Model
evaluasi pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar
mengajar (Syaiful Sagala, 2005). Joyce dan Weil (2000:13) mengemukakan bahwa
model pembelajaran merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang
menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit
pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, program multi media,
dan bantuan belajar melalui program komputer. Hakikat mengajar menurut Joyce
dan Weil adalah membantu belajar (peserta didik) memperoleh informasi, ide,
keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir, dan belajar bagaimana cara belajar. Secara
lebih luas Model-model pembelajaran didefinisikan sebagai berikut:
1.
Model-model pembelajaran dalam arti
seluas-luasnya tidak lain adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2.
Model-model pembelajaran adalah
suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan sumber-sumber yang
ada supaya lebih efisien dan efektif.
3.
Model-model pembelajaran adalah
penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana,
bilamana, dan siapa.
Pada tahun 1949, Tyler pernah
mengembangkan model black box. Setelah itu, belum terlihat ada model lain yang muncul
ke permukaan. Lebih kurang 10 tahun lamanya, orang-orang yang melakukan
kegiatan evaluasi hanya menggunakan model evaluasi tersebut. Hal ini mungkin
disebabkan evaluasi belum menjadi studi tersendiri. Ada beberapa model
evaluasi, yaitu:
1.
Model Tyler
Nama model ini diambil dari nama
pengembangnya yaitu Tyler. buku Basic Principles of Curriculum and Instruction,
Tyler mengemukakan ide dan gagasannya tentang evaluasi. Salah satu bahasan
dalam buku tersebut diberinya judul how can the effectiveness of learning e.
ence be evaluated? Model ini dibangun atas dua dasar pemikiran. Pertama
evaluasi ditujukan pada tingkah laku peserta didik. Kedua, evaluasi , dilakukan
pada tingkah laku awal peserta didik sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran
dan sesudah melaksanakan kegiatan pembelajaran (hasil).
2.
Model yang Berorientasi pada Tujuan
Dalam Pembelajaran
Kita mengenal adanya tujuan
pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus. Model evaluasi ini
menggunakan kedua tujuan tersebut sebagai kriteria untuk menentukan
keberhasilan. Evaluasi diartikan sebagai proses pengukuran untuk mengetahui
sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai.
Model ini dianggap lebih praktis
karena menentukan hasil yang diinginkan dengan rumusan yang dapat diukur.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang logis antara
kegiatan, hasil dan prosedur pengukuran hasil.
3.
Model Pengukuran
Model pengukuran (measurement model)
banyak mengemukakan pemikiran-pemikiran dari R.Thorndike dan R.L.Ebel. Sesuai
dengan namanya, model ini sangat menitik beratkan pada kegiatan pengukuran.
Pengukuran digunakan untuk menentukan kuantitas suatu sifat (atribute) tertentu
yang dimiliki oleh objek, orang maupun peristiwa, dalam bentuk unit ukuran
tertentu. Dalam bidang pendidikan, model ini telah diterapkan untuk mengungkap
perbedaan-perbedaan individual maupun kelompok dalam hal kemampuan, minat, dan
sikap.
4.
Model Kesesuaian (Ralph W.Tyler,
John B.Carrol, and Lee J.Cronbach)
Menurut model ini, evaluasi adalah
suatu kegiatan untuk melihat kesesuaian (congruence) antara tujuan dengan hasil
belajar yang telah dicapai. Hasil evaluasi digunakan untuk menyempurnakan
sistem bimbingan peserta didik dan untuk memberikan informasi kepada
pihak-pihak yang memerlukan. Objek evaluasi adalah tingkah laku peserta didik,
yaitu perubahan tingkah laku yang diinginkan (intended behaviour) pada akhir
kegiatan pendidikan, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, maupun
psikomotor.
5.
Educational System EvaluAtion Model
Tokoh model ini, antara lain Daniel
L.Stufflebeam, Michael Scriven, Robert E.Stake, dan Malcolm M.Provus. Menurut
model ini, evaluasi berarti membandingkan performance dari berbagai dimensi
(tidak hanya dimensi hasil saja) dengan sejumlah criterion, baik yang bersifat
mutlak/intern maupun relatif/ekstern.
6.
Model Alkin
Model ini diambil dari nama
pengembangnya, yaitu Marvin Alkin (1969), Menurut Alkin, evaluasi adalah suatu
proses untuk meyakinkan keputusan, mengumpulkan informasi, memilih informasi
yang tepat, dan menganalisis informasi sehingga dapat disusun laporan bagi
pembuat keputusan dalam memilih beberapa alternatif.
7.
Model Brinkerhoff
a. Fixed vs Emergent Evaluation
Design Desain evaluasi fixed (tetap) harus direncanakan dan disusun secara
sistematik-terstruktur sebelum program dilaksanakan. Meskipun demikian, desain
fixed dapat juga disesuaikan dengan kebutuhan yang sewaktu-waktu dapat berubah.
b. Formative vs Summative Evaluation Istilah
formatif dan sumatif pertama kali dipopulerkan oleh Michael Scriven. Untuk
dapat memahami kedua jenis evaluasi ini dapat dilihat dari fungsinya. Evaluasi
formatif berfungsi untuk memperbaiki kurikulum dan pembelajaran, sedangkan
evaluasi sumatif berfungsi untuk melihat kemanfaatan kurikulum dan pembelajaran
secara E menyeluruh.
c. Desain eksperimental dan desain
quasi eksperimental vs natural inquiry Desain eksperimental banyak menggunakan
pendekatan kuantitatif, dom sampling, memberikan perlakuan, dan mengukur damp.
Tujuannya adalah untuk menilai manfaat hasil percobaan program pembelajaran.
Dalam desain evaluasi natural-inkuiri, evaluator banyak menghabiskan waktu
untuk melakukan pengamatan dan wawancara dengan orang-orang yang terlibat
Illmunative.
8. Iluminative Model (Malcolm Parlett dan
Homilton)
Model ini lebih menekankan pada evaluasi kualitatif-terbuka
(open-ended).
9.
Model Responsif
Sebagimana model illmunative, model ini juga menekankan pada pendekatan
kualitatif-terbuka.
C. Prinsip – Prinsip Model Pembelajaran
Agar
Model-model pembelajaran dapat menghasilkan rencana yang efektif dan efisien,
prinsip-prinsip berikut patut diperhatikan diantaranya :
1.
Model-model pembelajaran hendaknya
mempunyai dasar nilai yang jelas dan mantap. Nilai yang menjadi dasar bisa
berupa nilai budaya, nilai moral, dan nilai religius, maupun gabungan dari
ketiganya. Acuan nilai yang jelas dan mantap akan memberikan motivasi yang kuat
untuk menghasilkan rencana yang sebaik-baiknya.
2.
Model-model pembelajaran hendaknya
berangkat dari tujuan umum, tujuan umum itu dirinci menjadi khusus, kemudian
bila masih bisa dirinci menjadi tujuan khusus, itu dirinci menjadi lebih rinci
lagi. Adanya rumusan tujuan umum dan tujuan khusus yang terinci akan
menyebabkan berbagai unsur dalam laporan hasil penelitian, memiliki relevansi
yang tinggi dengan tujuan yang akan dicapai.
3.
Model-model pembelajaran hendaknya
realistis. Model-model pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan sumber daya
dan dana yang tersedia. Dalam hal sumber daya hendaknya dipertimbangkan
kualitas maupun kuantitas manusia dan perangkat penunjangnya, laporan hasil
penelitian sebaiknya tidak mengacu pada sumber daya yang diperkiranan,
melainkan pada sumber daya dan dana yang nyata.
4.
Model-model pembelajaran hendaknya
mempertimbangkan kondisi sosial budaya masyarakat, baik yang mendukung maupun
yang menghambat pelaksanaan laporan hasil penelitian nanti. Kondisi sosial
budaya tersebut misalnya system nilai, adat istiadat, keyakinan, serta
cita-cita.
Terhadap kondisi sosial budaya yang mendukung pelaksanaan
laporan hasil penelitian hendaknya telah direncanakan cara memanfaatkan secara
maksimal faktor pendukung itu, sedangkan terhadap kondisi sosial budaya yang
menghambat, hendaknya telah direncanakan cara untuk mengantisipasinya dan
menekannya menjadi sekecil-kecilnya.
5.
Model-model pembelajaran hendaknya
fleksibel. Meskipun berbagai hal yang terkait dengan pelaksanaan rencana telah
dipertimbangkan sebaik-baiknya, masih mungkin terjadi hal-hal yang diluar
perhitungan model-model pembelajaran ketika rencana itu dilksanakan. Oleh
karena itu, dalam membuat model-model pembelajaran hendaknya disediakan ruang
gerak bagi kemungkinan dari rencana sebagai antisipasi terhadap hal-hal yang
terjadi diluar perhitungan model-model pembelajaran.
D.
Batasan dan Rumusan Masalah Model Pembelajaran
Pada garis besarnya suatu menulis
model-model pembelajaran akan melalui langkah-langkah
sebagai berikut :
1.
Menetapkan tujuan yang akan dicapai.
Tujuan yang ditetapkan ini merupakan
rincian yang lebih umum, baik tujuan individual maupun tujuan kelompok.
2.
Menetapkan standar keberhasilan.
Standar keberhasilan ini meliputi standar kualitas.
3.
Menetapkan system evaluasi. Sistem
evaluasi ini mencakup evaluasi proses dan evaluasi hasil.
4.
Menganalisis situasi dan kondisi
yang terkait dengan tujuan yang akan dicapai. Situasi dan kondisi yang akan
dianalisis misalnya ekonomi, politik, system nilai, adat istiadat, keyakinan
serta cita-cita. Dalam analisis ini penekanannya terutama pada pengungkapan
faktor-faktor penunjang maupun penghambat pencapai tujuan.
5.
Menetapkan kegiatan-kegiatan apa
yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Kegiatan yang ditetapkan sudah
mempertimbangkan faktor-faktor penunjang maupun penghambat pencapaian tujuan
yang diperoleh dari hasil analisis terhadap situasi dan kondisi yang terkait
dengan tujuan yang akan dicapai.
6.
Menetapkan urutan hierarkhis dari
kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan.
7.
Menetapkan alternative
kegiatan-kegiatan lain untuk mengantisipasi kemungkinan tidak efektif dan tidak
efisiennya kegiatan-kegiatan yang ditetapkjan sebagai kegiatan utama untuk
mencapai tujuan.
8.
Menetapkan urutan hierarkhis dan
kegiatan-kegiatan alternative sebagai kegiatan- kegiatan utama.
9.
Memerinci waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan setiap kegiatan, dan,
10.
Menetapkan personalia pelaksana
setiap kegiatan.
E. Pendekatan Evaluasi
Pendekatan evaluasi merupakan sudut
pandang seseorang dalam menelaah atau mempelajari evaluasi. Dilihat dari
komponen pembelajaran, pendekatan evaluasi dapat dibagi dua, yaitu pendekatan
tradisional dan pendekatan sistem.
1.
Pendekatan Tradisional Pendekatan
ini berorientasi pada praktik evaluasi yang telah berjalan selama ini disekolah
yang ditunjukan pada perkembangan aspek intelektual peserta didik. Aspek-aspek
keterampilan dan pengembangan sikap kurang mendapat perhatian yang serius.
Dengan kata lain, peserta didik
hanya dituntut untuk menguasai mata pelajaran. Kegiatan-kegiatan evaluasi juga
lebih difokuskan pada komponen produk saja, sementara komponen proses cenderung
diabaikan.
2. Pendekatan Sistem Sistem adalah
totalitas dari berbagai komponen yang saling berhubungan dan ketergantungan.
Jika pendekatan sistem dikaitkan dengan evaluasi, maka pembahasan lebih di
fokuskan pada komponen evaluasi, yang meliputi komponen kebutuhan dan
feasibility, komponen input, komponen proses, dan komponen produk.
Dalam bahasa Stufflebeam
disingkat CIPP, yaitu context, input, process, dan pruduct. Komponen-komponen
ini harus menjadi landasan pertimbangan dalam evaluasi pembelajaran secara
sistematis. Dalam pendekatan ini dikelompokan menjadi 2 yaitu:
a. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Pendekatan
ini sering juga disebut penilaian norma absolut. Jika ingin menggunakan
pendekatan ini, berarti guru harus membandingkan hasil yang diperoleh peserta
didik dengan sebuah patokan atau kriteria yang secara absolut atau mutlak telah
ditetapkan oleh guru.
b. Penilaian Acuan Norma (PAN)
Pendekatan ini membandingkan skor setiap peserta didik dengan teman satu
kelasnya. Makna nilai dalam bentuk angka maupun kualifikasi memiliki sifat
relatif.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Evaluasi sangat berguna untuk
meningkatkan kualitas sistem pembelajaran. Evaluasi tidak dapat dipisahkan dari
pembelajaran, karena keefektifan pembelajaran hanya dapat diketahui melalui
evaluasi. Dengan kata lain, melalui evaluasi semua komponen pembelajaran dapat
diketahui apakah dapat berfungsi sebagaimana mestinya atau tidak. Guru dapat
mengetahui tingkat kemampuan peserta didik, baik secara kelompok maupun
perseorangan.
Model
evaluasi pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar
mengajar.
Pendekatan
evaluasi merupakan sudut pandang seseorang dalam menelaah atau mempelajari
evaluasi. Dilihat dari komponen pembelajaran, pendekatan evaluasi dapat dibagi
dua, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan sistem
B. SARAN
Semoga
dengan pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca walaupaun masih
banyak kekurangan dalam makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Arronson, E (2000). History of
The Jigsaw, An Account from Professor Aronson [on line]. Tersedia :http://www.jigsaw.org/history.htm [ 15 Januari 2003]
Blosser, P. E. (1992). Using
Cooperative Learning in Science Education. ERIC Clearing House. Tersedia
[on line] http://www.eric.edu.
Syaiful Sagala, 205, Konsep dan
Makna Pembelajaran, Bandung: Penerbit Alfabeta
Zaenal
Arifin.2010.Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
No comments:
Post a Comment