BAB 1
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Masalah
Kurikulum memberikan amanat penting agar pembelajaran Bahasa Indonesia
di sekolah diselenggarakan secara lebih bermakna. Melalui pembelajaran Bahasa
Indonesia, siswa memperoleh kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik, yaitu
membaca, menulis, berbicara, dan menyimak dalam berbagai aspek berbahasa. Untuk
itu, pengajar dan siswa harus memiliki kerja sama yang baik dalam proses
pembelajaran bahasa.
Setiap proses pembelajaran berbahasa hendaknya lebih diperhatikan agar tepat sasaran dan mampu meningkatkan kemampuan berbahasa siswa. Termasuk di dalamnya adalah keterampilan membaca yang memiliki banyak manfaat dalam perkembangan berbahasa siswa.
Setiap proses pembelajaran berbahasa hendaknya lebih diperhatikan agar tepat sasaran dan mampu meningkatkan kemampuan berbahasa siswa. Termasuk di dalamnya adalah keterampilan membaca yang memiliki banyak manfaat dalam perkembangan berbahasa siswa.
Melalui kegiatan membaca siswa mampu memperoleh banyak pengetahuan. Oleh
sebab itu, guru sebaiknya memiliki perhatian khusus dalam kompetensi membaca ini
karena selain manfaatnya yang besar bagi siswa, membaca juga merupakan kegiatan
yang kompleks. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nurhadi (1987:13) yang menyatakan
bahwa membaca adalah sebuah proses yang kompleks dan rumit. Kompleks artinya
dalam proses membaca terlibat faktor internal dan faktor eksternal pembaca.
Faktor internal dapat berupa intelegensi (IQ), minat, sikap, bakat, motivasi,
tujuan membaca, dan sebagainya. Faktor eksternal bisa dalam membentuk sarana
membaca, teks bacaan (sederhana-berat, mudah-sulit), faktor lingkungan, atau
faktor latar belakang social ekonomi, kebiasaan, dan tradisi membaca.
Dalam meningkatkan minat dan kemampuan membaca, siswa dapat dibiasakan
sejak dini untuk mengunjungi perpustakaan. Selain memiliki dampak besar dalam
perkembangan minat dan kemampuan membaca siswa, perpustakaan juga merupakan
alternatif yang efektif dan efisien. Perpustakaan sebagai rumah kedua di mana
kita bisa asyik membaca tanpa mengeluarkan biaya. Oleh karena itu, tidaklah
berlebihan jika perpustakaan dianggap sebagai salah satu wahana pendidikan
masyarakat umum.
Di sekolah, guru dan komite sekolah dapat bekerja sama memanfaatkan perpustakaan
sekolah sebagai fasilitas dalam upaya peningkatan hasil pembelajaran. Sesuai
dengan pengertiannya perpustakaan sekolah merupakan semua perpustakaan umum
yang diselenggarakan di sekolah baik tingkat Sekolah Dasar maupun Sekolah
Lanjutan guna menunjang proses belajar mengajar di sekolah, maka perpustakaan
dapat digunakan sesuai fungsinya (Nurhadi, 1983:9).
Pemanfaatan perpustakaan tersebut juga harus memperhatikan suasana dan kondisinya
agar mampu menarik minat baca siswa. Menurut pendapat Rosidi (2009), yang perlu
dilakukan oleh pihak sekolah untuk meningkatkan minat baca siswa yaitu
penciptaan atmosfir kelas yang mendukung dengan menempel pajangan hasil karya
siswa dengan rapi serta slogan-slogan ajakan agar siswa gemar membaca,
penyediaan buku-buku bacaan yang memadai, baik dari segi kuantitas judul buku
maupun kualitas buku di perpustakaan dan setiap ruang kelas, rak buku yang
dipajang rapi dan menarik untuk dieksplorasi isinya dengan ditampilkan laksana
“gedung bioskop” atau “gedung teater”, dan ada display/pajangan atau informasi
buku-buku baru dan bestseller dengan gaya yang atraktif di perpustakaan.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.
Apa
saja tahapan-tahapan membaca ?
2.
Apa
saja strategi dalam membaca ?
3.
Apa
saja teknik yang digunakan dalam pembelajaran membaca ?
4.
Apa
saja metode yang terdapat dalam pembelajaran membaca ?
5.
Bagaimana
proses membaca yang baik ?
6.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuannya adalah untuk :
1.
Mengetahui
tahapan-tahapan membaca.
2.
Mengetahui
strategi dalam membaca.
3.
Mengetahui
teknik yang digunakan dalam pembelajaran membaca.
4.
Mengetahui
metode yang terdapat dalam pembelajaran membaca.
5.
Mengetahui
proses membaca yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Tahapan Pembelajaran Membaca
1.
Membaca
Permulaan
Membaca permulaan
bertitik tolak dari siswa duduk di kelas I, karena mereka baru pertama kali
duduk di bangku Sekolah Dasar. Kemudian tugas mengajarkan membaca kepada siswa
ada pada guru. Dalam membaca permulaan diperlukan berbagai pendekatan membaca
secara tepat, seperti dengan menggunakan metode eja, metode bunyi, metode suku
kata dan metode kata, metode global, serta metode Struktural Analitik dan
Sintetik (SAS).
Pada tahap membaca
permulaan siswa mulai diperkenalkan dengan berbagai simbol huruf, mulai dari
simbol huruf /a/ sampai dengan /z/. Caranya bergantung teknik pendekatan yang
digunakan guru, yaitu dapat dimulai dari pengolahan kata dari sebagian untuk
seluruh atau dari seluruh kemudian dicerai menjadi bagian-bagian huruf yang
terkecil. Mercer dalam Abdurrahman (1999:204) mengidentifikasikan bahwa ada 4
kelompok karakteristik siswa yang kurang mampu membaca permulaan, yaitu dilihat
dari: (1) kebiasaan membaca, (2) kekeliruan mengenal kata, (3) kekeliruan
pemahaman, dan (4) gejala-gejala serbaneka.
Siswa yang sulit
membaca sering memperlihatkan kebiasaan dan tingkah laku yang tidak wajar.
Gejala-gejala gerakannya penuh ketegangan seperti: Mengernyitkan kening,
gelisah, irama suara meninggi,menggigit bibir, Adanya perasaan tidak aman yang
ditandai dengan perilaku menolak untuk membaca, menangis, atau mencoba melawan
guru.
Gejala-gejala
tersebut muncul akibat dari kesulitan siswa dalam membaca. Indikator kesulitan
siswa dalam membaca permulaan, antara lain: siswa tidak mengenali huruf, siswa
sulit membedakan huruf, siswa kurang yakin dengan huruf yang dibacanya itu
benar, dan siswa tidak mengetahui makna kata atau kalimat yang dibacanya.
2.
Membaca
Pemahaman
Menurut Syamsi dan
Kusmiyatun (2006:219-220), membaca komprehensif atau membaca pemahaman adalah
membaca yang ditujukan untuk memahami bacaan sesuai kebutuhan dan harapan
penulisnya. Selain itu, Faris menyatakan bahwa membaca pemahaman terdiri atas
tiga bagian, yakni (1) suatu proses konstruktif dan aktif; (2) suatu proses
berpikir sebelum, selama, dan sesudah membaca; dan (3) suatu interaksi antara
pembaca, teks, dan konteks (Runtu:2004).
Menurut Burns yang
dikemukakan oleh Runtu (2004) membaca pemahaman ada beberapa jenis pemahaman
yang dapat diperoleh pembaca, yaitu:
1.
Pemahaman
Literal
Pemahaman literal
adalah pemahaman yang paling dasar artinya pemahaman yang diperoleh dengan
membaca apa yang dinyatakan secara langsung dalam teks bacaan. Khususnya,
bagian dari paragraf atau bab yang dinyatakan secara eksplisit yang memuat
informasi dasar, seperti rincian yang mendukung gagasan utama hubungan sebab
akibat, inferensi, dan sebagainya. Untuk menemukan rincian-rincian tersebut
secara efektif, dapat digunakan pertanyaan dengan kata tanya: apa, siapa, di mana,
kapan, bagaimana, dan mengapa.
2.
Pemahaman tingkat tinggi
Pemahaman tingkat
tinggi adalah pemahaman yang melebihi pemahaman literal teks. Pemahaman
literal-teks didasarkan pada proses berpikir tingkat tinggi, seperti
menginterpretasi, menganalisis, dan mensintesis informasi. Pemahaman tingkat
tinggi mencakup dua hal diantarany:
pertama pemahaman interpretatif adalah membaca antarbaris untuk memperoleh
inferensi. Pemahaman interpretatif meliputi pembuatan simpulan, misalnya
tentang gagasan utama, hubungan sebab akibat, serta analisis bacaan seperti
menemukan tujuan pengarang menulis bacaan. Yang kedua adalah pemahaman kritis adalah membaca mengevaluasi materi
tertulis, yakni membandingkan gagasan yang tercakup dalam materi dengan standar
yang diketahui dan menarik kesimpulan tentang keakuratan, kesesuaian, dan
urutan waktu, pembaca kritis harus menjadi pembaca aktif bertanya, meneliti
fakta-fakta, dan menggantungkan penilaian sampai ia mempertimbangkan semua
materi.
3.
Pemahaman
kreatif
adalah membaca yang
berusaha mencari makna di balik materi yang dinyatakan oleh penulis. Seperti
halnya membaca kritis, membaca kreatif 32 menuntut pembaca untuk berpikir
ketika mereka membaca dan menuntut mereka menggunakan imajinasi mereka. Dengan
membaca seperti itu, pembaca akan menghasilkan gagasan-gagasan baru.
4.
Strategi Membaca
1.
Membaca
memindai
Adalah membaca
dengan cepat sesuatu bahan bacaan untuk mendapatkan sesuatu kesan awal atau untuk menemukan
sesuatu yang kita cari yang mungkin terdapat didalamnya. Sebagian pakar
menamakan kegiatan membaca demikian dengan istilaah membaca skimming (Mikulecky, 1990:138).
Berdasarkan uraian tersebut, kita dapat mengatakan bahwa terdapat dua jenis
membaca memindai, yaitu scanning dan skimming. Kedua jenis kegiatan membaca
ini sangat penting bagi kita. Oleh karena itu, di samping kita perlu berlatih
agar menguasai kedua jenis ketrampilan membaca tersebut, para murid pun perlu
kita latih agar dapat memanfaatkan kedua jenis ketrampilan membaca tersebut.
1. Scanning
Menurut Mikulecky
(1990:49-51) scanning adalah
ketrampilan membaca yang bertujuan menemukan informasi khusus dengan sangat
cepat. Dengan demikian, dalam kegiatan membaca jenis ini kita tidak perlu
membaca secara teliti keseluruhan bahan bacaan yang kita hadapi guna menemukan
informasi yang khusus yang kita butuhkan. Yang kita perlukan adalah kemampuan mata
kita menjangkau kelompok-kelompok kata sebanyak-banyaknya secara sekaligus dan
kemampuan berpindah-pindah dari satu jangkauan pandangan ke jangkauan pandangan
berikutnya dengan cepat sampai menemukan informasi khusus yang kita cari.
Ketrampilan membaca
scanning hanya dapat diperoleh dengan melakukan latihan-latihan. Kita harus
berlatih memperluas jangkauan pandangan maa kita terhadap kelompok-kelompok
kata dan berpindah dengan cepat. Misalnya, dengan berlatih menemukan suatu kata
dalam kamus, menemukan informasi mengenai harga emas dalam sebuah Koran.
Dalam melakukan scanning, kita hanya perlu menangkap
kata kunci yang menandai informasi yang kita cari. Misalnya, kita ingin
menemukan berita mengenai masalah pendidikan dalam suatu surat kabar, kita tinggal
memindai judul-judul berita pada halaman-halaman surat kabar tersebut dengan
dengan berbekal kata kunci pendidikan.
2. Skimming
Menurut Fry dalam
Miculecky (1990:138), skimming
memiliki kesamaan dengan scanning,
yaitu memerlukan kecepatan membaca yang tinggi. Namun, skimming memiliki perbedaan dengan scanning dalam hal berikut.
Seperti yang telah
kita bicarakan sebelumnya, scanning
merupakan jenis membaca cepat dengan tujuan untuk menemukan informasi khusus
dalam suatu teks. Berbeda dengan itu,
skimming menuntut pembaca memilki kemampuan memproses teks dengan cepat
guna memperoleh gambaran umum mengenai teks tersebut. Berdasarkan informasi
yang diperoleh melalui skimming,
pembaca dapat mengambil keputusan apakah akan terus membaca bahan bacaan
tersebut secara keseluruhan ataukah cukup membaca bagian tertentu saja yang
sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Selain itu skimming juga bermanfaat sbagai riviu terhadap teks yang sudah
dibaca sebelumnya.
Berdasarkan uraian
tersebut, dapat dikatakan bahwa skimming
menuntut pembaca sekurang-kurangnya memilki pengetahuan mengenai organisasi
teks, pengetahuan leksikal, terutama kata-kata yang menyatakan suatu petunjuk,
dan kemampuan menemuakn ide pokok dari suatu bacaan. Dengan demikian, pembaca
pembaca diharapkan memiliki kemampuan membaca, dengan sangat cepat dengan
berbekal kemampuan jangkauan mata yang luas dan beralih dengan cepat dari
bagian demi bagian teks yang penting dibaca.
3.
Membaca
pemahaman
Menurut Tarigan (1993)
jenis kegiatan membaca pemahaman ini disebut dengan istilah membaca teliti.
Namun, kita kita tidak menggunakan istilah membaca teliti mengingat ada kesan
bahwa membaca teliti selalu dilakukan dengan lambat. Padahal, dalam membaca
pemahaman kecepatan membaca yang kita gunakan mungkin bervariasi, tergantung
pada bahan bacaan yang kita baca. Konsep
membaca pemahaman ini tidak sama persis dengan cakupan konsep membaca dalam
hati yang dikemukakan oleh Tarigan (1993) diantaranya:
1. Prabaca (previewing)
Kegiatan prabaca
akan memberikan pemahaman awal kepada kita mengenai bahan bacaan yang dihadapi.
Selain itu menurut Mikulecky, kegiatan prabaca dapat mengaktifkan pengetahuan
yang telah kita milki sebelumnya berkenaan dengan bahan bacaan yang kita akan kita
baca. Kegiatan prabaca yang perlu kita laukan ketika akan membaca sebuah buku
antara lain sebagai berikut:
1.
Bacalah
halaman buku dan halaman copyright. Temukan nama pengarang buku dan tahun
tertibnya.
2.
Bacalah
daftar isi. Amati organisasi buku, meliput bab dan subbabnya.
3.
Lakukan
skimming terhadap bagian (bab) pendahuluannya.
4.
Perhatikan
halaman pertama pada setiap bab.
5.
Lakukan
skimming terhadap terhdap bab terakhir karena biasanya bab terakhir merupakan
kesimpulan atau rangkuman dari isi buku.
6.
Perhatikan
pula bagian akhir buku, apakah terdapat indeks, glosarium, daftar pustaka, dan
hal lain yang dapat membantu memahami isi buku.
7.
Pendugaan
(predicting)
Setelah selesai
melakukan prabaca, sebaiknya kita menduga-duga isi bacaan yang akan kita baca.
Misalnya, ketika membaca judul buku sejarah pendidikan Indonesia kita menduga-duga
bahwa buku tersebut memuat informasi mengenai perkembangan pendidikan di
Indonesia sejak merdekadaripenjajahan bahkan mungkin juga sebelum penjaajahan,
sampai tahun terbit buku tersebut.
Ketika melakukan
dugaan, kita berupaya mendapatkan informasi:
1.
Jenis
bahan bacaan yang kita akan baca, apakah berupa laporan penelitian buku
pelajaran, artikel, cerita, dan iklan.
2.
Apa
yang sudah kita ketahui dan apa yang belum mengenai isi bacaan
3.
Seberapa
teliti kita harus membaca suatu bahan bacaan. Apakah kita perlu mengingat
bagian-bagian tertentu dari bahan bacaan, bagian-bagian mana saja kita perlu
melakukan scanning untuk mendapatkan
informasi tertentu ?. Apakah kita hanya perlu membaca untuk tujuan
bersenang-senang saja tanpa perlu mengingat-ingat sesuatu dari bahan bacaan.
4.
Teknik Membaca
1.
Membaca
survey
Kegiatam membaca
yang bertujuan untuk mengetahui gambaran umum isi dan ruang lingkup bahan
bacaan, membaca survei merupakan kegiatan membaca misalnya melihat judul,
pengarang, daftar isi dll.
2.
Membaca
sekilas
Kegiatan membaca
yang menyebabkan mata kita bergerak cepat melihat dan memperhatikan bahan
tertulis untuk mencari dan mendapatkan informasi secara cepat (skimming).
Skimming bertujuan untuk mengetahui topik bacaan, mengetahui pendapat
orang, mendapat bagian penting tanpa membaca seluruhnya, dan menyegarkan apa
yang pernah dibaca.
3.
Membaca
dangkal
Kegiatan membaca
untuk memperoleh pemahaman yang dangkal dari bahan bacaan yang kita baca. Bahan
bacaannya merupakan bahan bacaan yang ringan karena tujuannya untuk mencari
kesenangan.
4.
Membaca
nyaring
Membaca nyaring
adalah proses melisankan sebuah tulisan dengan memperhatikan suara, intonasi,
dan tekanan secara tepat, yang diikuti oleh pemahaman makna bacaan oleh pembaca
(Kamidjan).
5.
Membaca
dalam hati
Membaca dalam hati
pada dasarnya adalah membaca dengan mempergunakan ingatan visual (visual
memory), melibatkan pengaktifan mata dan ingatan.Tujuan utama membaca dalam
hati (silent reading) adalah untuk memperoleh informasi(Tarigan
2008:30).
6.
Membaca kritis
Kegiatan membaca
yang dilaksanakan secara bijaksana, penuh tenggang rasa, evaluatif, serta
analitis, dan bukan mencari kesalahan penulis.
7.
Membaca
teliti
Membaca teliti
diawali dengan surve yang cepat untu melihat organisasi bacaandan melihat hubungan paragraf dengan seluruh
bacaan.
8.
Membaca
pemahaman
Membaca pemahaman
merupakan kegiatan membaca yang tujuan utamanya memahami bacaan secara tepat
dan cepat. Aspek-aspek yang diperlukan dalam membaca pemahaman, antara lain
sebagai berikut.
1.
Memiliki
kosakata yang banyak.
2.
Memiliki
kemampuan menafsirkan makna kata, frasa, kalimat, dan wacana
3.
Memiliki
kemampuan menentukan ide pokok dan ide penunjang.
4.
Memiliki
kemampuan menangkap garis besar bacaan
5.
Memiliki
kemampuan menangkap urutan peristiwa.
6.
Metode Pembelajaran Membaca
Pada hakikatnya,
metode terdiri atas empat langkah yaitu seleksi, gradasi, presentasi, dan
repetisi. Unsur seleksi dan gradasi materi pelajaran merupakan unsure yang tak
terpisahan dengan unsure presentasi dan repetisi dalam membentuk suatu metode
mengajar (Mackey dalam Subana, 20, 20). Metode pembelajaran bahasa Membaca
Permulaan di kelas rendah adalah sebagai berikut.
1.
Metode
Eja/Abjad
Metode ini merupakan
metode yang sudah sangat tua. Pelajaran pertama dimulai dengan pengenalan abjad
“a”, “be”, “ce”, “de”, dan seterusnya. Guru sering mengajarkannya melalui lagu
ABC. Lagu ini ada dalam berbagai bahasa setelah siswa menguasai huruf-huruf
itu.Guru merangkai huruf-huruf konsonan dengan huruf vokal menjadi sukukata.
Suku-suku kata dirangkai menjadi kata, dan kata-kata dirangkaikan menjadi
kalimat. Penggunaan metode ini kerap kali menimbulkan kecenderungan mengeja,
yaitu membaca huruf demi huruf. Kecenderungan ini menghambat proses penguasaan
kemampuan membaca permulaaan.




Ba - du dilafalkan
badu
2.
Metode
Bunyi
Metode ini juga
merupakan metode yang sudah sangat tua. Pelaksanaannya hampir sama dengan
metode abjad. Namun, huruf-huruf tidak disebut dengan nama abjadnya, melainkan
nama bunyinya. Jadi, huruf “m” tidak diucapkan sebagai [ɛm] atau [ɚm] melainkan
[m]. Bunyi-bunyi konsonan dirangkai dengan bunyi vokal sehingga membentuk suku
kata. Suku kata dirangkai menjadi kata, dan akhirnya kata-kata dirangkai
menjadi kalimat. Baik metode abjad maupun metode bunyi sering menggunakan
kata-kata lepas untuk latihan membaca.
ma – ma
ru – sa
ma –na
ra – si
na – ma dan
seterusnya.
i – na
a– na
ni – na
3.
Metode
suku kata dan metode kata
Metode ini diawali
dengan pengenalan suku kata,seperti ba, bi, bu, be, bo, ca, ci, cu, ce, co, dan
seterusnya. Suku kata tersebut kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata
bermakna. Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat membuat
berbagai variasi paduan suku kata menjadi kata-kata bermakna. Misalnya:
Ba – bi cu – ci da – da ka–ki
ba – bu ca – ci du – da ku–ku
bi – bi ci – ca da – du ka–ku
ba – ca ka – ca du – ka ku–da
ba – bu ca – ci du – da ku–ku
bi – bi ci – ca da – du ka–ku
ba – ca ka – ca du – ka ku–da
Kemudian suku kata
dirangkai menjadi kata kemudian menjadi kalimat sederhana.Contoh perangkaian
kata menjadi kalimat dimaksud, seperti tampak pada contoh di bawah ini.
ka – ki ku
– da
ba – ca bu
– ku
cu – ci ka
– ki (dan seterusnya)
Proses perangkaian
suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat sederhana, kemudian ditindaklanjuti
dengan proses pengupasan atau penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan
bahasa terkecil di bawahnya, yakni dari kalimat ke dalam kata dan kata ke dalam
suku-suku kata. Proses pembelajaran MMP yang melibatkan kegiatan merangkai dan
mengupas, kemudian dilahirkan istilah lain untuk metode ini, yakni Metode
Rangkai Kupas. Jika kita simpulkan, langkah-langkah pembelajaran MMP dengan
metode suku kata adalah:
a. tahap pertama, pengenalan suku-suku kata,
b. tahap kedua, perangkaian suku-suku kata
menjadi kata,
c. tahap ketiga, perangkaian kata menjadi
kalimat sederhana, dan


Proses pembelajaran
MMP dengan metode ini melibatkan serangkaian proses “pengupasan” dan “perangkaian”.
Oleh karena itu, metode ini dikenal juga sebagai “Metode Kupas Rangkai”.
Sebagian orang menyebutnya “Metode Kata” atau “Metode Kata Lembaga”.
4.
Metode
Global

a. Memperkenalkan
gambar dan kalimat.
b. Menguraikan
salah satu kalimat menjadi kata; kata menjadi suku
kata; suku kata menjadi huruf-huruf
Ini mama
i n i m
a m a
i-ni ma-ma
i-n-i
m-a-m-a
5.
Metode
Struktural Analisis Sintesis (SAS)
Metode SAS diawali
dengan perkenalan struktur kalimat pada anak. Kemudian anak diajak untuk
melakukan proses analitik untuk mengenal konsep kata.kalimat utuh yang diperkenalkan
pada anak untuk pertama kali akan diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang
lebih kecil di sebut kata hingga sampai pada wujud satuan bahasa terkecil yang
tidak bisa diuraikan lagi yakni huruf. Jika dituliskan proses penguraian/penganaliosisan
dalam pembelajaran Membaca Menulis Permulaan dengan metode SAS adalah sebagai
berikut:
1.
kalimat
menjadi kata-kata
2.
kata
menjadi suku-suku kata
3.
suku
kata menjadi huruf-huruf
Metode SAS ini
berperan baik untu siswa. Berpikir secara analisissintesis dapat memberikan
arah pada pemikiran yang tepat sehingga murid dapat mengetahui kedudukan
dirinya dalam hubungannya dengan masyarakat dan alam sekitar. Selain itu metode
SAS sejalan dengan prinsip linguistik yang memandang satuan bahasa terkecil
yang bermakna untuk berkomunikasi sebagai kalimat. Kalimat dibentuk oleh satuan-satuan
bahasa di bawahnya yaitu kata, suku kata, fonem (hurufhuruf). Metode ini juga
menyajikan bahan pelajaran yang sesuai dengna perkembangan dan pengalaman
bahasa siswa yang selaras dengan situasi lingkungannya. Metode ini sesuai
dengan prinsip inkuiri sehingga siswa akan merasa lebih percaya diri atas
kemampuannya. (Hairuddin, 2008)
4.
Proses Membaca yang Baik
Berikut di bawah ini cara-cara proses membaca yang baik, meliputi
:
Bertanyalah
tentang hal-hal yang kurang dipahami dalam bacaan. Jika ada kata sulit. Jika
maksud bacaan tidak mudah untuk dipahami, tanyakan kepada orang yang lebih ahli
atau kalau perlu tanyakan kepda penulisnya. Dengan begitu, akan semakin memahami bacaan yang dibaca.
2.
Lanjutkan
Ketika
membaca, usahakan untuk tidak mengulangi
kalimat yang baru saja dibaca. Itu akan
mengurangi kecepatan membaca. Nah, untuk mengantisipasi hal ini, kita harus
berkonsentrasi pada bacaan.
3.
Pilih
Pilihlah
buku yang akan dibaca dengan bijak. Lihatlah judul buku, tulisan di sampul
belakang, daftar isi, kalimat pembuka, dan baca sekilas isinya. Ini perlu
dilakukan supaya tidak menyesal membeli atau meminjam buku itu dari
perpustakaan. Itu sangat menguras waktu dan biaya.
4.
Diskusikan
Diskusikanlah
buku yang akan dibaca dengan teman-teman
yang juga sedang membaca buku tersebut. Dengan
begitu, kita bisa saling bertukar pemahaman antar teman sehingga meningkatkan
pemahaman bacaan.
5.
Cari
Carilah
tempat yang paling nyaman untuk kegiatan membaca. Hindari gangguan dari teman
atau orang-orang di sekitar Anda. Tidak masalah bila nyaman membaca di tempat
yang aneh sekalipun seperti di dalam lemari. Memilih tempat yang nyaman dapat
memudahkan dalam memahami suatu bacaan.
6.
Simpulkan
Simpulkanlah
apapun yang baru kita dapat setelah membaca satu bab buku. Bila perlu, kita bisa
menyimpulkannya setelah membaca satu sub
bab. Ini bertujuan untuk menguji pemahaman dan memastikan bahwa kita
mendapatkan sesuatu setelah membaca.
7.
Jangan
Terlalu Cepat
Hindari
membaca dengan cepat seperti yang dilakukan saat mengikuti lomba membaca
tingkat SD. Hanya membunyikan bacaan dengan cepat tidak akan membuat kita
memahami bacaan tersebut. Kata-kata yang dibaca hanya melayang-layang dipikiran
tanpa ditangkap satupun.
8.
Jika
Ingin Cepat
Jika
ingin cepat, bacalah kesimpulan dari bacaan tersebut. Caranya adalah dengan
melihat kalimat yang diawali dengan kata seperti, “dengan demikian, …”; “saya
ingin menyarankan bahwa …”; “kesimpulannya, …”. Dengan begitu, kita akan
memahami inti sari dari bacaan tersebut. Cari topik yang menurutnya paling
menarik atau berguna di daftar isi. Dengan begitu, kita tidak perlu membaca
keseluruhan isi buku.
9.
Terpaku
pada Beberapa Kata
Bacalah
dengan berpaku pada beberapa kata. Sebaiknya hindari membaca dengan berpaku
pada satu kata. Apalagi dengan berpaku pada ejaan. Dengan begitu, kecepatan
membaca akan meningkat.
10.
Catat
Catatlah
pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam bacaan. Ini sangat membantu untuk memahami
bacaan. Apalagi kita mencatatnya sesaat setelah membaca buka itu dengan tidak membuka buku itu
lagi. Catat pula apapun yang kita dapat dari buku itu.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Membaca permulaan
bertitik tolak dari siswa duduk di kelas I, karena mereka baru pertama kali
duduk di bangku Sekolah Dasar. Kemudian tugas mengajarkan membaca kepada siswa
ada pada guru. Dalam membaca permulaan diperlukan berbagai pendekatan membaca
secara tepat, seperti dengan menggunakan metode eja, metode bunyi, metode suku
kata dan metode kata, metode global, serta metode Struktural Analitik dan
Sintetik (SAS).
Pada tahap membaca
permulaan siswa mulai diperkenalkan dengan berbagai simbol huruf, mulai dari
simbol huruf /a/ sampai dengan /z/. Caranya bergantung teknik pendekatan yang
digunakan guru, yaitu dapat dimulai dari pengolahan kata dari sebagian untuk
seluruh atau dari seluruh kemudian dicerai menjadi bagian-bagian huruf yang
terkecil.
2.
Saran
Sebaiknya sebelum memulai proses
pengajaran, guru perlu mempertimbangkan pendekatan, metode, dan teknik yang
akan digunakan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut harus ditentukan dengan
memperhatikan situasi kelas, lingkungan, kondisi siswa, sifat-sifat siswa, dan
kondisi-kondisi yang lain. Sehingga teknik pembelajaran yang digunakan oleh
guru dapat bervariasi, dimana untuk metode yang sama dapat digunakan teknik
pembelajaran yang berbeda-beda, bergantung pada berbagai factor tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin,Y. (2013). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Refika Aditama.
terimakasih makalah nya sangat bermanfaat
ReplyDeletesama-sama, semoga bermanfaaat ya
Delete