beberapa hal pokok dalam proses pmbelajaran




MAKALAH
BEBERAPA HAL POKOK DALAM PROSES PEMBELAJARAN
(Ditujukan Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Perencanaan Pembelajaran)
Dosen Pengampu : Diana Setiana , M.Pd
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Kelas SD13.A-2
Semester 3
                   Ika Nurprihandini                                    130641056
                   Reni Triana                                               130641069
Wahyu Rosidin                                         130641073
Warlinah                                                   130641055

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
CIREBON
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Beberapa hal pokok dalam proses pembelajaran”. Adapun tujun dari penyusunan dalam tugas makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Perencanaan Pembelajaran”.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari bahwa, makalah ini tidak akan selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan dan bimbingan dari dosen pengampu mata kuliah “Perencanaan PembelajaranIbu “Diana Setiana, M.Pd”. penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki maka penyusun meminta kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi kita semua didalam dunia pendidikan. Dan semoga mampu menjadi pendidik yang patut di tauladani oleh anak didik.




Cirebon Oktober 2014

Penyusun





DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..............................................................................................          i
DAFTAR ISI ..............................................................................................................          ii
BAB  I  PENDAHULUAN .......................................................................................          1
A.    Latar Belakang .................................................................................................          1
B.     Rumusan Masalah ............................................................................................          2
C.     Tujuan Penulisan ..............................................................................................          2
BAB II  PEMBAHASAN ..........................................................................................          3
A.    Pengertian Interaksi Belajar-mengajar .............................................................          3
B.     Komponen-komponen yang berkaitan dengan proses pembelajaran ...............          5
C.     Pola komunikasi dalam interaksi belajar-mengajar ..........................................          12
D.    Fungsi guru dalam proses pembelajaran ..........................................................          14
E.     Siswa sebagai faktor utama dalam pembelajaran .............................................          18
F.      Pemilihan metode pembelajaran ......................................................................          21
G.    Prinsip-prinsip mengajar ...................................................................................          37
BAB III  PENUTUP ..................................................................................................          40
A.    Kesimpulan ......................................................................................................          40
B.     Saran ................................................................................................................          40
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................          41








BAB I
 PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya.
Dalam proses pembelajaran antara pendidik dan peserta didik harus ada interaksi. Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan lingkungan belajar yang serasi bagi peserta didik yang dapat menghantarkan peserta didik ke tujuan. Di sini tentu saja tugas guru sebagai pendidik berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi peserta didik. Guru sebagai pendidik tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar siswa dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya, melalui interaksi belajar mengajar.
Oleh karena itu untuk meningkatkan keaktifan proses pembelajaran ini, guru harus memahami apa yang ada di dalam interaksi belajar mengajar, baik dari tujuan, faktor, unsur dan pola interaksi belajar mengajar. Dengan demikian, diharapkan hasil belajar lebih baik lagi sehingga terjadi keseimbangan keaktifan baik dipihak guru maupun dipihak siswa.







B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian interaksi belajar-mengajar?
2.      Apa saja komponen-komponen yang berkaitan dengan proses pembelajaran?
3.      Bagaimana pola komunikasi dalam interaksi belajar mengajar?
4.      Bagaimana fungsi dalam guru proses pembelajaran?
5.      Kenapa siswa menjadi faktor utama dalam pembelajaran?
6.      Bagaimana pemilihan metode pembelajaran yang baik?
7.      Bagaimana prinsip-prinsip mengajar?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian interaksi belajar-mengajar.
2.      Untuk mengetahui apa saja komponen-komponen yang berkaitan dengan proses pembelajaran.
3.      Untuk mengetahui pola komunikasi dalam interaksi belajar mengajar.
4.      Untuk mengetahui fungsi dalam guru pembelajaran.
5.      Untuk mengetahui Kenapa siswa menjadi faktor utama dalam pembelajaran.
6.      Untuk mengetahui pemilihan metode pembelajaran yang baik.
7.      Untuk mengetahui prinsip-prinsip mengajar.











BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Interaksi Belajar-mengajar
Interaksi terdiri dari kata inter (antar), dan aksi (kegiatan).  Jadi interaksi adalah kegiatan timbal balik. Dari segi terminologi “interaksi” mempunyai arti hal saling melakukan aksi; berhubungan; mempengaruhi; antar hubungan. Interaksi akan selalu berkait dengan istilah komunikasi atau hubungan. Sedang “komunikasi” berpangkal pada perkataan “communicare” yang berpartisipasi, memberitahukan, menjadi milik bersama.
Sardiman AM. mengatakan bahwa dalam proses komunikasi, dikenal adanya unsur komunikan dan komunikator. Hubungan komunikan dan komunikator biasanya menginteraksikan sesuatu, yang dikenal dengan istilah pesan (message). Untuk menyampaikan pesan diperlukan saluran atau media. Jadi, di dalam komunikasi terdapat empat unsur yaitu: komunikan, komunikator, pesan, dan saluran atau media.
 Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar, maka interaksi adalah suatu hal saling melakukan aksi dalam proses belajar mengajar yang di dalamnya terdapat suatu hubungan antara siswa dan guru untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan tersebut adalah suatu hal yang telah disadari dan disepakati sebagai milik bersama dan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut.
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan pengajaran. Belajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh individu (siswa), sedangkan mengajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh guru sebagai pemimpin belajar. Kedua kegiatan tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadi hubungan timbal balik (interaksi) antara guru dengan siswa pada saat pengajaran berlangsung.







Dalam pendidikan, interaksi bersifat edukatif dengan maksud bahwa interaksi itu berlangsung dalam rangka untuk mencapai tujuan pribadi anak mengembangkan potensi pendidikan. Jadi, interaksi dalam hal ini bertujuan membantu pribadi anak mengembangkan potensi sepenuhnya, sesuai dengan cita-citanya serta hidupnya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat dan negara. Dalam interaksi itu harus ada perubahan tingkah laku dari siswa sebagai hasil belajar. Di mana siswa yang menentukan berhasil tidaknya kegiatan belajar mengajar dan guru hanya berperan sebagai pembimbing.
 Jadi, interaksi belajar mengajar adalah kegiatan timbal balik antara guru dengan anak didik, atau dengan kata lain bahwa interaksi belajar mengajar adalah suatu kegiatan sosial, karena antara anak didik dengan temannya, antara si anak didik dengan gurunya ada suatu komunikasi sosial atau pergaulan.
Sedangkan menurut Soetomo, bahwa interaksi belajar mengajar ialah hubungan timbal balik antara guru (pengajar) dan anak (murid) yang harus menunjukkan adanya hubungan yang bersifat edukatif (mendidik).  Di mana interaksi itu harus diarahkan pada suatu tujuan tertentu yang bersifat mendidik, yaitu adanya perubahan tingkah laku anak didik ke arah kedewasaan.
Dari keterangan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa interaksi belajar mengajar yang dimaksud di sini adalah hubungan timbal balik antara guru dan anak didik guna mencapai suatu tujuan tertentu.
Ciri-ciri interaksi belajar mengajar menurut Edi Suardi dalam bukunya Pedagogik (1980) :
1.      Interaksi belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud interaksi belajar mengajar itu sadar tujuan, dengan menempatkan siswa sebagai pusat perhatian. Siswa mempunyai tujuan, unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung.
2.      Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Prosedur ini harus selaras dengan tujuan yang ingin dicapai.
3.      Interaksi belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus. Artinya butuh persiapan yang matang tentang materi yang akan diajarkan dan materi ini harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
4.      Ditandai dengan adanya aktivitas siswa. Syarat mutlak terjadinya interaksi belajar mengajar adalah keaktifan siswa baik secara fisik maupun secara mental. Inilah yang sesuai dengan konsep PAKEM (Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan Menyenangkan).
5.      Dalam interaksi belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing. Tugas guru adalah memotivasi siswa, memberikan nilai hidup agar siswa bersemangat dan mau belajar serta guru merupakan contoh bagi murid sehingga perilaku guru merupakan perilaku yang akan ditiru oleh siswa.
6.      Dalam interaksi belajar mengajar dibutuhkan disiplin. Disiplin disini merupakan suatu aturan yang ada dan disepakati bersama oleh sejumlah komponen. Disiplin disini merupakan suatu tingkah laku yang baik dan mesti ditaati karena disiplin erat kaitannya dengan suatu aturan yang telah disepakati.
7.      Ada batas waktu. Untuk mencapai suatu tujuan dalam pembelajaran maka batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan.
8.      Adanya penilaian. Tercapai tidaknya suatu tujuan dapat diketahui dari adanya kegiatan penilaian.
B.     Komponen-komponen yang Berkaitan dengan Proses Pembelajaran
Di dalam pembelajaran, terdapat komponen-komponen yang berkaitan dengan proses pembelajaran, yaitu:
1.      Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum ( curriculum ) berasal dari bahasa Yunani, curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. yaitu suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish.
Secara terminologis, istilah kurikulum mengandung arti sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai suatu tingkatan atau ijazah. Pengertian kurikulum secara luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau bidang studi dan kegiatan-kegiatan belajar siswa saja, tetapi juga segala sesuatu yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Misalnya fasilitas kampus, lingkungan yang aman, suasana keakraban dalam proses belajar mengajar, media dan sumber-sumber belajar yang memadai.


Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat.
2.      Guru
Kata Guru berasal dari bahasa Sansekerta guru” yang juga berarti guru, tetapi arti harfiahnya adalah “berat” yaitu seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Di dalam masyarakat, dari yang paling terbelakang sampai yang paling maju, guru memegang peranan penting. Guru merupakan satu diantara pembentuk-pembentuk utama calon warga masyarakat. Peranan guru tidak hanya terbatas sebagai pengajar (penyampai ilmu pengetahuan), tetapi juga sebagai pembimbing, pengembang, dan pengelola kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3.      Siswa
Siswa atau Murid biasanya digunakan untuk seseorang yang mengikuti suatu program pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya, di bawah bimbingan seorang atau beberapa guru. Dalam konteks keagamaan murid digunakan sebagai sebutan bagi seseorang yang mengikuti bimbingan seorang tokoh bijaksana. Meskipun demikian, siswa jangan selalu dianggap sebagai objek belajar yang tidak tahu apa-apa. Ia memiliki latar belakang, minat, dan kebutuhan serta kemampuan yang berbeda. Bagi siswa, sebagai dampak pengiring (nurturent effect) berupa terapan pengetahuan dan atau kemampuan di bidang lain sebagai suatu transfer belajar yang akan membantu perkembangan mereka mencapai keutuhan dan kemandirian.






4.      Metode
Metode pembelajaran adalah cara yang dapat dilakukan untuk membantu proses belajar-mengajar agar berjalan dengan baik, metode-metode tersebut antara lain :
a.       Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif.
b.      Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu metode dimana guru menggunakan atau memberi pertanyaan kepada murid dan murid menjawab, atau sebaliknya murid bertanya pada guru dan guru menjawab pertanyaan murid itu .
c.       Metode Diskusi
Metode diskusi dapat diartikan sebagai siasat “penyampaian” bahan ajar yang melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis.
d.      Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
e.       Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode atau cara di mana guru dan murid bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari sesuatu aksi.
5.      Materi
Materi juga merupakan salah satu faktor penentu keterlibatan siswa. Adapun karakteristik dari materi yang bagus menurut Hutchinson dan Waters adalah:
a.       Adanya teks yang menarik.
b.      Adanya kegiatan atau aktivitas yang menyenangkan serta meliputi kemampuan berpikir siswa.
c.       Memberi kesempatan siswa untuk menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah mereka miliki.
d.      Materi yang dikuasai baik oleh siswa maupun guru.
Dalam kegiatan belajar, materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan dengan memperhatikan komponen-komponen yang lain, terutama komponen anak didik yang merupakan sentral. Pemilihan materi harus benar-benar dapat memberikan kecakapan dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
6.      Alat Pembelajaran (Media)
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Jadi media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media pembelajaran adalah perangkat lunak (soft ware) atau perangkat keras (hard ware) yang berfungsi sebagai alat belajar atau alat bantu belajar.
7.      Evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Evaluation”. Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari suatu hal. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa, guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.
a)      Hubungan Masing-Masing Komponen Pembelajaran 
Dari semua komponen pembelajaran, antara komponen yang satu dengan yang lain memiliki hubungan saling keterkaitan. Guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan di lapangan, sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan. Tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana kurikulum, guru juga sebagai pengembang kurikulum. Bagi guru, memahami kurikulum merupakan suatu hal yang mutlak.
Setelah guru mempelajari kurikulum yang berlaku, selanjutnya membuat suatu desain pembelajaran dengan mempertimbangkan kemampuan awal siswa (entering behavior), tujuan yang hendak dicapai, teori belajar dan pembelajaran, karakteristik bahan yang akan diajarkan, metode dan media atau sumber belajar yang akan digunakan, dan unsur-unsur lainnya sebagai penunjang.


Setelah desain dibuat, kemudian KBM atau pembelajaran dilakukan. Dalam hal ini ada dua kegiatan utama, yaitu guru bertindak mengajar dan siswa bertindak belajar. Kedua kegiatan tersebut berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya implementasi pembelajaran itu akan menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil ini akan memberikan dampak bagi guru dan siswa.
Bagi setiap guru, dituntut untuk memehami masing-masing metode secara baik. Dengan pemilihan dan penggunaan metode yang tepat untuk setiap unit materi pelajaran yang diberikan kepada siswa,maka akan meningkatkan proses interaksi belajar-mengajar. Siswa juga akan memperoleh hasil belajar yang efektif dan mendapatkan kesempatan belajar yang seluas-luasnya. Jika ada salah satu komponen pembelajaran yang bermasalah, maka proses belajar-mengajar tidak dapat berjalan baik .
b)      Fungsi Masing-Masing Komponen Pembelajaran 
Meskipun hubungan masing-masing komponen pembelajaran sangatlah berkaitan, tetapi setiap komponen memiliki fungsi tersendiri, antara lain:
1.      Fungsi Kurikulum
a.       Alat untuk mencapai tujuan pendidikan
b.      Bagi kepala sekolah, kurikulum merupakan barometer atau alat pengukur keberhasilan program pendidikan di sekolah yang dipimpinnya.
c.       Dapat dijadikan sebagai pedoman, patokan atau ukuran dalam menetapkan bagian mana yang memerlukan penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha pelaksanaan kurikulum dan peningkatan mutu pendidikan.
2.      Fungsi Guru
a.       Sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat.
b.      Sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.
c.       Sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat.
d.      Sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.
e.       Sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
3.      Fungsi Siswa
a.       Sebagai objek, siswa yang menerima pelajaran
b.      Sebagai subjek, siswa ikut menentukan hasil belajar
4.      Fungsi Metode
a.       Untuk mempermudah dan memperlancar proses belajar-mengajar
b.      Membantu guru dalam menjelaskan berbagai macam materi kepada siswa.
c.       Membuat siswa menjadi aktif, berani dan mandiri
5.      Fungsi Materi
a.       Sebagai bahan yang digunakan dalam proses pembelajaran
b.      Menambah dan memperluas pengetahuan siswa
c.       Menjadi dasar pengetahuan kepada siswa untuk pembelajaran lebih lanjut
d.      Sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan belajar
e.       Membangun kemampuan untuk melakukan asesmen-diri atas hasil pembelajaran yang dicapai.
6.      Fungsi Media
a.       Fungsi edukatif : dapat memberika pengaruh baik yang mengandung nilai-nilai pendidikan, memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien
b.      Fungsi sosial : hubungan antara pribadi anak dapat terjalin baik
c.       Fungsi ekonomis : Efisiensi dalam waktu dan tenaga, dengan satu macam alat media, pendidikan sudah dapat dinikmati oleh sejumlah anak didik dan bisa dipergunakan sepanjang waktu
d.      Fungsi Seni : dengan adanya media pendidikan, kita bisa mengenalkan bermacam-macam hasil budaya manusia.
7.      Fungsi Evaluasi
a.       Mengetahui kemajuan kemampuan belajar siswa
b.      Mengetahui penguasaan, kekuatan dan kelemahan seorang siswa dalam mendalami pelajaran.
c.       Mengetahui efisiensi metode belajar yang digunakan
d.      Memberi laporan kepada siswa dan orangtua
e.       Sebagai alat motivasi belajar-mengajar
f.       Hasil evaluasi dapat digunakan untuk keperluan penyaluran anak pada suatu pekerjaan.
C.    Pola Komunikasi dalam Interaksi Belajar Mengajar
Menurut Nana Sudjana, ada tiga pola komunikasi dalam proses interaksi guru-siswa, yakni komunikasi sebagai aksi, interaksi dan transaksi.
1.      Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah
Yaitu guru sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif, siswa pasif, mengajar dipandang sebagai kegiatan menyampaikan bahan pelajaran.
2.      Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah
Yaitu guru bisa berperan sebagai pemberi aksi atau penerima aksi. Sebaliknya siswa, bisa penerima aksi bisa pula pemberi aksi. Dialog akan terjadi antara guru dengan siswa.
3.      Komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah
Yaitu komunikasi tidak hanya terjadi antara guru dengan siswa, tetapi juga antara siswa dengan siswa. Siswa dituntut aktif dari pada guru. Siswa, seperti halnya guru, dapat berfungsi sebagai sumber belajar bagi siswa lain.
Situasi pengajaran atau proses interaksi belajar mengajar bisa terjadi dalam berbagai pola komunikasi di atas, akan tetapi komunikasi sebagai transaksi yang dianggap sesuai dengan konsep cara belajar siswa aktif (CBSA) sebagaimana yang dikehendaki para ahli dalam pendidikan modern.
D.    Fungsi Guru Dalam Proses Pembelajaran
Menurut gagne, setiap guru berfungsi sebagai designer of instruction (perancang pengajaran), manager of instruction (pengelola pengajaran), evaluator of student learning (penilai prestasi belajar siswa).
1.      Guru sebagai desaigner of instruction
Fungsi guru sebagai desaigner of instruction (perancang pengajaran) menghedaki guru untuk senantiasa mampu dan siap merancang kegiatan belajar mengajar yang berhasil guna dan berdaya guna. Untuk merealisasikan fungsi tersebut, setiap guru memerlukan pengetahuan yang memadai mengenai prinsip-prinsip belajar sebagai dasar dalam menyusun rancangan kegiatan belajar mengajar. Rancangan tersebut sekurang-kurangnya meliputi:
a.       Memilih dan menentukan bahan pembelajaran.
b.      Merumuskan tujuan penyajian bahan pembelajaran.
c.       Memilih metode penyajian bahan pembelajaran yang tepat.
d.      Meyelenggarakan kegiatan evaluasi prestasi belajar.
2.      Guru sebagai manager of instruction (pengelola pengajaran),
Fungsi guru ini menghendaki kemampuan guru dalam mengelola (menyelenggarakan dan mengendalikan) seluruh tahapan proses belajar mengajar. Diantara kegiatan pengelolaan proses belajar mengajar, yang terpenting ialah menciptakan kondisi dan situasi sebaik-baiknya, sehingga para siswa belajar secara berdaya guna dan berhasil guna. Selain itu,  kondisi dan situasi tersebut perlu diciptakan sedemikian rupa agar proses komunikasi, baik dua arah maupun multiarah antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar, dapat berjalan secara demokratis. Dengan demikian, baik guru sebagai pengajar maupun siswa sebagai pelajar dapat memainkan peran masing-masing secara integral dalam konteks komunikasi instruksional yang kondusif (yang membuahkan hasil).

3.      Guru sebagai evaluator of student learning
Fungsi ini menghendaki guru untuk senantiasa mengikuti perkembangan  taraf kemajuan prestasi belajar atau kinerja kademik siswa dalam setiap kurun  waktu pembelajaran.
Pada dasarnya, kegiatan evaluasi prestasi belajar itu seperti kegiatan belajar itu sendiri, yakni kegiatan akademik yang memerlukan kesinambungan. Evaluasi, idealnya berlangsung sepanjang waktu dalam fase kegiatan belajar selanjutnya. Artinya, apabila hasil evaluasi tertentu menunjukan kekurangan, siswa yang bersangkutan diharapkan merasa terdorong untuk melakukan kegiatan pembelajaran perbaikan (relearning).
Sebaliknya, apabila evaluasi tertentu menunjukan hasil yang memuaskan, siswa diharapkan termotivasi untuk meningkatkan volume kegiatan belajarnya agar materi pelajaran lain yang lebih kompleks dapat pula dikuasai. Selanjutnya, informasi dan data kemajuan akademik yang diperoleh guru dari kegiatan evaluasi (khususnya evaluasi formal) dijadikan feed back (umpan balik) untuk melakukan penindaklanjutan proses belajar mengajar. Hasil kegiatan evaluasi evaluasi dijadikan pangkal tolak dan bahan pertimbangan dalam memperbaiki atau meningkatkan penyelenggaraan proses belajar mengajar pada masa yang akan datang. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar tidak akan statis, tetapi harus meningkat hingga mencapai puncak kinerja akademik yang sangat didambakan itu.
Menurut syaiful bahri djamarah (2000: 43-48), fungsi guru meliputi sebagai berikut:
1.      Inisiator, yaitu pencetus ide-ide dalam proses belajar mengajar. Ide-ide tersebut merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didiknya
2.      Korektor, yaitu bisa membedakan nilai yang baik dan nilai yang buruk
3.      Inspirator, yaitu memberikan ilham yang baik bagi kemajuan anak didik
4.      Informatory, yaitu sebagai pelaksana cara mengajar informative, laboratorium studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
5.      Mediator yaitu sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa

6.      Demonstrator yaitu dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat dipahami oleh anak didik. Apalagi anak didik yang mempunyai intelegensi yang sedang atau rendah. Untuk bahan pelajaran yang sukar dipahami tersebut, guru harus berupaya membantunya dengan cara memeragakan apa yang diajarkan.
7.      Motivator, yaitu sebagai pemberi dorongan kepada siswa dalam meningkatkan kualitas belajarnya.
8.      Pembimbing yaitu membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dicita-citakan.
9.      Fasilitator,yaitu memberikan fasilitas (kemudahan) dalam proses belajar mengajar sehingga interaksi belajar mengajar berlangsung secara komunikatif, aktif, dan efektif.
10.  Organisator, yaitu mempunyai kemampuan mengorganisasi komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar. Semua diorganisasikan sedemikin rupa sehingga mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa.
11.  Evaluator, yaitu mempunyai otoritas untuk menilai presatasi belajar siswa, baik dalam bidang akademik maupun non akademik, tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan keberhasilan anak diiknya
12.  Pengelola kelas, yaitu mengelola kelas dengan baik karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru.
13.  Supervisor, yaitu membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses belajar mengajar. Untuk itu, kelebihan yang dimiliki supervisor  bukan hanya karena posisi atau kedududukan yang ditempatinya, melainkan juga karena pengalamannya, pendidikannya, kecakapannya, ataua keterampilan yang dimilikinya.
14.  Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut. Kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan cirri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.

 Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilaianya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.
15.  Guru Sebagai Pembangkit Pandangan
Dunia ini panggung sandiwara, yang penuh dengan berbagai kisah dan peristiwa, mulai dari kisah nyata sampai yang direkayasa. Dalam hal ini, guru dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan tentang keagungan kepada pesarta didiknya. Mengembangkan fungsi ini guru harus terampil dalam berkomunikasi dengan peserta didik di segala umur, sehingga setiap langkah dari proses pendidikan yang dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang fungsi ini.
16.  Guru Sebagai Pemindah Kemah
Hidup ini selalu berubah dan guru adalah seorang pemindah kemah, yang suka memindah-mindahkan dan membantu peserta didik dalam meninggalkan hal lama menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami. Guru berusaha keras untuk mengetahui masalah peserta didik, kepercayaan dan kebiasaan yang menghalangi kemajuan serta membantu menjauhi dan meninggalkannya untuk mendapatkan cara-cara baru yang lebih sesuai. Guru harus memahami hal yang bermanfaat dan tidak bermanfaat bagi peserta didiknya.
17.  Guru Sebagai Pembawa Cerita
Sudah menjadi sifat manusia untuk mengenal diri dan menanyakan keberadaannya serta bagaimana berhubungan dengan keberadaannya itu. Tidak mungkin bagi manusia hanya muncul dalam lingkungannya dan berhubungan dengan lingkungan, tanpa mengetahui asal usulnya. Semua itu diperoleh melalui cerita. Guru tidak takut menjadi alat untuk menyampaikan cerita-cerita tentang kehidupan, karena ia tahu sepenuhnya bahwa cerita itu sangat bermanfaat bagi manusia. Cerita adalah cermin yang bagus dan merupakan tongkat pengukur.


Dengan cerita manusia bisa mengamati bagaimana memecahkan masalah yang sama dengan yang dihadapinya, menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak diperlukan oleh manusia lain, yang bisa disesuaikan dengan kehidupan mereka. Guru berusaha mencari cerita untuk membangkitkan gagasan kehidupan di masa mendatang.
18.  Guru Sebagai Aktor
Sebagai seorang aktor, guru melakukan penelitian tidak terbatas pada materi yang harus ditransferkan, melainkan juga tentang kepribadian manusia sehingga mampu memahami respon-respon pendengarnya, dan merencanakan kembali pekerjaannya sehingga dapat dikontrol. Sebagai aktor, guru berangkat dengan jiwa pengabdian dan inspirasi yang dalam yang akan mengarahkan kegiatannya. Tahun demi tahun sang actor berusaha mengurangi respon bosan dan berusaha meningkatkan minat para pendengar.
19.  Guru Sebagai Emansipator
Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik, menghormati setiap insane dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan. Guru mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari “self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai emansipator ketika peserta didik yang dicampakkan secara moril dan mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya diri.
20.  Guru Sebagai Pengawet
Salah satu tugas guru adalah mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi berikutnya, karena hasil karya manusia terdahulu masih banyak yang bermakna bagi kehidupan manusia sekarang maupun di masa depan. Sarana pengawet terhadap apa yang telah dicapai manusia terdahulu adalah kurikulum. Guru juga harus mempunyai sikap positif terhadap apa yang akan diawetkan.





21.  Guru Sebagai Kulminator
Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator terpadu dengan peran sebagai evaluator. Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu. Serta mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada muridnya dengan cara yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.
Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang begitu berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon guru mundur dari tugas mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan dan motivasi bagi calon guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat harus ada yang menjalani peran guru. Bila tidak, maka suatu masyarakat tidak akan terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan dan akhirnya masyarakat tersebut bergerak menuju kehancuran.
E.     Siswa sebagai faktor utama dalam pembelajaran
Sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar
mengajar, siswa memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses belajar mengajar, siswa dapat menentukan keberhasilan belajar melaluipenggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal ini bisa terjadi apabila siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan, walaupun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari pada perubahan itu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan, sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama yang harus dilaksanakan dengan konsekwen.
Peran siswa dalam inovasi pendidikan tidak kalah pentingnya dengan peran unsur-unsur lainnya, karena siswa bisa sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran pada sesama temannya, petunjuk, dan bahkan sebagai guru. Oleh karena itu, dalam memperkenalkan inovasi pendidikan sampai dengan penerapannya, siswa perlu diajak atau dilibatkan sehingga mereka tidak saja menerima dan melaksanakan inovasi tersebut, tetapi juga mengurangi resistensi seperti yang diuraikan sebelumnya.

Keterlibatan siswa bisa diartikan sebagai siswa berperan aktif sebagai partisipan dalam proses belajar mengajar. Menurut Dimjati dan Mudjiono(1994:56-60), keaktifan siswa dapat didorong oleh peran guru. Guru berupaya untuk memberi kesempatan siswa untuk aktif, baik aktif mencari, memproses dan mengelola perolehan belajarnya.
Untuk dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar guru dapat melakukannya dengan ; keterlibatan secara langsung siswa baik secara individual maupun kelompok; penciptaan peluang yang mendorong siswa untuk melakukan eksperimen, upaya mengikutsertakan siswa atau memberi tugas kepada siswa untuk memperoleh informasi dari sumber luar kelas atau sekolah serta upaya melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan pesan pembelajaran.
Adapun kualitas dan kuantitas keterlibatan siswa dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Internal faktor meliputi faktor fisik, motivasi dalam belajar, kepentingan dalam aktivitasyang diberikan, kecerdasan dan sebagainya. Sedangkan eksternal faktor meliputi guru, materi pembelajaran, media, alokasi waktu, fasilitas dan sebagainya.
Keterlibatan siswa hanya bisa dimungkinkan jika siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi atau terlibat dalam proses pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar sebelumnya, para murid diharuskan tunduk dan patuh pada peraturan dan prosedur yang kaku yang justru membatasi keterampilan berfikir kreatif. Dalam belajar, anak-anak lebih banyak disuruh menghapal ketimbang mengeksplorasi, bertanya atau bereksperimen.
Partisipasi aktif siswa sangat berpengaruh pada proses perkembangan berpikir, emosi, dan sosial. Keterlibatan siswa dalam belajar, membuat anak secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan mengambil keputusan. Namun pembelajaran saat ini pun masih ada yang menggunakan metode belajar dimana siswa menjadi pasif seperti pemberian tugas, dan guru mengajar secara monolog, sehingga cenderung membosankan dan menghambat perkembangan aktivitas siswa.





Komponen-komponen yang menentukan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar meliputi: siswa, guru, materi, tempat, waktu, dan fasilitas.
1.      Siswa
Siswa adalah inti dari proses belajar mengajar. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Kemp(1997:4),” students are the center of the teaching and learning process, so they have to be involved in almost all the phrases of the classroom interaction from planning to evaluation.” Untuk mendorong keterlibatan itu sendiri, Brown(1987:115) menekankan pentingnya perhatian pada motivasi belajar siswa. “The foreign language learner who is intrinsically meeting in needs in learning the language will positively motivated to learn. When students are motivated to learn, they usually pay attention, become actively involved in the learning and direct their energies to the learning task.”
2.      Guru
Selain siswa, faktor penting dalam proses belajar mengajar adalah guru. Guru sangat berperan penting dalam menciptakan kelas yang komunikatif. Breen dan Candlin dalam Nunan(1989:87) mengatakan bahwa peran guru adalah sebagai fasilitator dalam proses yang komunikatif, bertindak sebagai partisipan, dan yang ketiga bertindak sebagai pengamat.
3.      Materi
Materi juga merupakan salah satu factor penentu keterlibatan siswa. Adapun karakteristik dari materi yang bagus menurut Hutchinsondan Waters adalah:
a.       Adanya teks yang menarik.
b.      Adanya kegiatan atau aktivitas yang menyenangkan serta meliputi kemampuan berpikir siswa.
c.       Memberi kesempatan siswa untuk menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah mereka miliki
d.      Materi yang dikuasai baik oleh siswa maupun guru
4.      Tempat
Ruang kelas adalah tempat dimana proses belajar mengajar berlangsung. Ukuran kelas dan jumlah siswa akan berdampak pada penerapan teknik dan metode mengajar yang berbeda. Dalam hal mendorong dan meningkatkan keterlibatan siswa, guru bertugas menciptakan suasana yang nyaman di kelas.

5.      Waktu
Alokasi waktu untuk melakukan aktivitas dalam proses belajar mengajar juga menentukan teknik dan metode yang akan diterapkan oleh guru. Menurut Burden dan Byrd (1999: 23), kaitannya dengan waktu yang tersedia, guru perlu melakukan aktivitas yang bervariasi untuk mencapai sasaran pembelajaran serta mendorong motivasi siswa. Guru harus berperan sebagai pengatur waktu yang baik untuk memastikan bahwa setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk terlibat dalam proses pembelajaran.
6.      Fasilitas
Fasilitas dibutuhkan untuk mendukung proses belajar mengajar di kelas. Dalam mencapai tujuan pembelajaran, guru menggunakan media pembelajaran.
F.     Pemilihan Metode Pembelajaran
Melaksanakan suatu pembelajaran harus diawali dengan kegiatan perencanaan pembelajaran. Perencanaan memiliki fungsi penting agar pembelajaran menjadi lebih terarah. Dalam membuat perencanaan pembelajaran, banyak aspek yang harus dipertimbangkan oleh guru. Oleh karenanya agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan dapat meraih tujuan yang diharapkan, maka dalam menyusun learning design perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran, antara lain:
1.      Faktor peserta didik.
a.       Perbedaan jenjang pendidikan.
Pemilihan suatu metode pembelajaran, harus menyesuaikan tingkatan jenjang pendidikan siswa. Pertimbangan yang menekankan pada perbedaan jenjang pendidikan ini adalah pada kemampuan peserta didik, apakah sudah mampu untuk berpikir abstrak atau belum. Penerapan suatu metode yang sederhana dan yang kompleks tentu sangat berbeda, dan keduanya berkaitan dengan tingkatan kemampuan berpikir dan berperilaku peserta didik pada setiap jenjangnya.




Sebagai contoh, pemilihan metode pembelajaran untuk anak kelas satu SD biasanya dengan metode belajar yang sederhana dan menyenangkan, karena tingkatan berpikirnya masih kongkret. Misalnya saat membahas mengenai ‘saling berbagi’, guru harus menunjukkan dan mengajak peserta didiknya untuk saling berbagi, dengan cara membagi makanan maupun saling berbagi mainan dengan cara mempraktekannya. Berbeda pada metode pembelajaran yang diterapkan pada anak pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, misalnya SMP dan SMA. Saat membahas mengenai ‘saling berbagi’ cukup dengan melakukan diskusi, karena pada tahap ini mereka sudah memiliki kemampuan berpikir abstrak dan analitis.
Semakin tinggi tingkatan berpikirnya, maka pemilihan metode pembelajaran yang diterapkan dapat semakin kompleks. Ini berkaitan dengan pemahaman siswa, pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya, serta kebutuhan akan aktualisasi diri yang bersifat lebih kompleks. Kebutuhan akan aktualisasi diri yang lebih kompleks menunjuk pada motif peserta didik dalam tingkatan partisipasi pembelajaran yang dilakukan.
Pada usia anak-anak, aktualisai diri biasanya didasari karena:
a.       Pujian
b.      perasaan malu karena teman yang lain aktif, sehingga ia terdorong untuk turut aktif
c.       perasaan segan maupun takut pada guru
d.      karena memang siswa mampu
e.       perasaan senang terhadap guru maupun mata pelajaran tertentu
f.       keinginan untuk mendapatkan nilai lebih sebagai hasil pencapaian belajar. Berbeda dengan motivasi aktualisasi diri pada peserta didik yang tergolong usia remaja dan dewasa, aktualisasi diri selain dimotivasi hal-hal diatas bisa didorong oleh alasan yang bersifat lebih kompleks, seperti:
1)      keinginan untuk maju dan meningkatkan kualitas diri
2)      idealisme
3)      sosialisasi ide atau gagasan sebagai hasil pemikiran, serta
4)      keinginan untuk mendapatkan respons dari warga belajar atas partisipasinya.
 
b.      Latar belakang peserta didik.
Latar belakang peserta didik dapat ditelusur dari keluarga, pola didik, pola asuh, kondisi-kondisi tertentu (ekonomi, sosial, budaya, anak berkebutuhan khusus, dan lain sebagainya). Prakarsa belajar seseorang sangat dipengaruhi oleh individual culture yang besangkutan. Individual culture terbentuk dari pola asuh dan pola didik seseorang dalam lingkungan keluarganya yang dipengaruhi oleh berbagai faktor perkembangan individu. Meskipun tidak signifikan, atau pengaruhnya kecil sebagai pertimbangan dalam pemilihan metode pembelajaran, namun untuk kondisi-kondisi khusus, latar belakang peserta didik perlu mendapat perhatian yang besar. Contoh, pemilihan metode pembelajaran bagi anak-anak sekolah luar biasa harus memberikan perlakuan khusus, sehingga metode pembelajaran yang digunakan akan mampu mencapai tujuan yang diharapkan.
c.       Tingkat intelektualitas.
Pada bagian ini yang dimaksud dengan tingkat intelektualitas, mencakup gaya belajar dan daya serap peserta didik dalam mengolah informasi dan menyerap substansi pembelajaran yang dilakukan. Gaya belajar yakni, melalui apa siswa mampu menangkap dan memahami pembelajaran. Kategorinya antara lain gaya belajar audiotori, visual, atau audio – visual. Daya serap, adalah seberapa cepat dan seberapa besar kemampuan siswa dalam menyerap informasi, dan proses pembelajaran secara keseluruhan. Apakah siswa termasuk cepat, lambat, atau tengah – tengah, dalam menyerap pembelajaran.
d.      Dalam satu kelas tidak menutup kemungkinan terdapat rentang yang terlalu lebar terkait gaya belajar dan daya serap peserta didik. Rentang yang terlalu lebar tersebut akan menimbulkan suatu ‘gap’ dalam pelaksanaan pembelajaran. Sebagian siswa mungkin terlalu cepat menangkap informasi namun sebagian yang lain justru sulit dan lamban dalam menangkap informasi. Oleh karenanya, pemilihan metode belajar yang mampu mengatasi ‘gap’ dan menyatukan perbedaan dengan bentangan yang luas menjadi suatu keharusan bagi guru, dalam menentukan metode pembelajaran yang efektif dan efisien.

2.      Faktor dinamika kelas.
a.       Jumlah peserta didik.
Jumlah peserta didik dalam satu kelas perlu menjadi pertimbangan dalam pemilihan metode pembelajaran yang tepat. Meskipun pemerintah telah mengeluarkan aturan baku mengenai standar jumlah peserta didik dalam satu kelas, namun kenyataannya aturan tersebut masih belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Kekurangan jumlah peserta didik dalam satu kelas disebabkan karena minat dan berbagai alasan lain, sehingga terjadi kekurangan siswa. Lain halnya dengan kelas yang jumlah siswanya justru over capasity. Masih banyak sekolah-sekolah yang menerima murid dalam jumlah yang besar namun tidak memiliki kapasitas ruang yang memadai, sehingga dalam satu ruangan kelas dipenuhi oleh jumlah siswa yang melebihi dari 32 orang.
Hal ini berpengaruh pada efektifitas pembelajaran. Dalam kelas yang jumlah peserta didiknya melampau batas, guru akan kewalahan mengampu pembelajaran. Pencapaian tujuan belajar akan menjadi lebih sulit karena ketidakseimbangan antara porsi maksimal perhatian dan penanganan yang dapat diberikan guru, dengan kondisi besarnya jumlah siswa yang akan menimbulkan berbagai keruwetan. Kelas yang over capasity, cenderung sulit diatur, gaduh, peserta didik sulit untuk memfokuskan perhatian secara konsisten terhadap pelaksanaan pembelajaran dan berbagai masalah lainnya.
Pemilihan metode yang tepat akan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang memberdayakan. Artinya, dengan penggunaan metode tersebut setiap peserta didik tidak luput dari perolehan peran dan porsi keterlibatan dalam pembelajaran. Sebagai contoh, dalam kelas besar, berisi 43 siswa, tidak terdapat rombel sehingga tidak ada team teaching. Kondisi ini mengharuskan guru benar-benar dalam posisi sebagai ‘single fighter’ menghadapi sekian banyak siswa yang berpotensi menimbulkan kegaduhan. Pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), materi pembelajaran adalah mengenai empat sikap politik, yakni:
1)      Sikap politik radikal
2)      Sikap politik liberal
3)      Sikap politik moderat; dan
4)      Sikap politik status quo. Guru menggunakan metode pembelajaran individual job – grouping in cluster yang ia kembangkan sendiri.
Aplikasi metode ini adalah dengan memberikan penjelasan singkat pada peserta didik mengenai keempat sikap politik tersebut, kemudian menugasi siswa secara individu untuk menuliskan dalam kartu jawab mengenai à pengertian dan contoh kongkret sikap politik radikal, liberal, moderat, dan status qou. Satu orang peserta didik memperoleh satu sikap politik. Setelah waktu yang ditentukan, guru mengelompokkan siswa dengan sikap politik sejenis dalam kelompok-kelompok cluster dengan posisi tempat duduk memanjang dari depan ke belakang. Diskusi mengenai sikap politik segera dilakukan. Secara singkat dapat dijelaskan, pada metode ini siswa mengerjakan latihan soal pada awalnya à kemudian dikelompokkan dalam tugas yang sejenis, dengan kata lain individual learning dikembangkan menjadi cooperatif learning.
Mengetahui seluk beluk kondisi kelas dan peserta didik tidak hanya sebagai suatu keharusan bagi guru, tetapi harus dijadikan sebagai prisip pelaksanaan pembelajaran yang mantap dan profesional. Dengan demikian guru dapat mengatasi permasalahan yang muncul dalam pembelajaran yang diampunya. Guru memiliki kebebasan dalam mengembangkan ide-ide dan kreatifitasnya demi kemajuan kualitas pembelajaran di kelasnya.
b.      Karakter kelas.
Pemilihan metode pembelajaran harus memperhatikan karakter kelas. Karakter kelas menyangkut sifat dan sikap peserta didik dalam tataran umum untuk ruang lingkup kelas. Guru harus memiliki ketajaman pandangan dan mampu menilai karakter yang dimiliki oleh kelas-kelas yang diampunya. Setiap kelas memiliki karakternya masing-masing. Salah satu keterampilan wajib seorang guru adalah dalam hal penguasaan kelas. Penguasaan kelas bukan diartikan guru dominan dan diktatoris, tapi guru sangat mengenali dan memahami secara mendalam karakter kelas yang diampunya.
Mengenali dan memahami karakter kelas memerlukan cara tersendiri. Cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui karakter kelas adalah dari sikap yang paling dominan yang dimiliki kelas tersebut, dimana sikap dominan tersebut merupakan sikap yang mencirikan (membedakan) kelas tersebut dengan kelas lainnya. Ini berarti setiap kelas memiliki ciri khas sendiri-sendiri. Sikap dominan bisa ditelusur dari indikasi-indikasi seperti yang tampak, antara lain:
1)         Seberapa kooperatifkah warga belajar.
Dalam menjalankan tugasnya, tidak jarang guru mendapatkan reaksi penolakan dari peserta didik. Reaksi penolakan tersebut biasanya ditunjukkan dengan sikap tidak senang terhadap mata pelajaran atau tidak senang pada gurunya, yang diperlihatkan pada saat pembelajaran berlangsung. Sikap penolakan ini bisa berlangsung sementara atau bahkan akan terus berlangsung, bilamana guru tidak segera berupaya melakukan tindakan-tindakan untuk mengatasinya.
Kelas yang kooperatif adalah kelas yang mampu dan bisa ‘diajak’ bekerjasama. Hal ini tampak dari sebagian besar peserta didik mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh, sehingga suasana kelas cenderung kondusif, pembelajaran dapat berjalan dengan sangat baik. Namun jika keadaan sebaliknya, seperti kegaduhan yang melebihi batas, peserta didik malas dan enggan menunjukkan partisipasi yang diharapakan dalam proses pembelajaran, ini tandanya kelas tersebut perlu mendapatkan pendekatan dari guru agar lebih kooperatif.
Menciptakan kelas yang kooperatif menjadi bagian penting dari tugas guru. Tujuan pembelajaran dicapai tidak hanya oleh dan untuk peserta didik saja, tetapi dicapai secara bersama-sama antara guru dan peserta didik.
2)         Adakah kelompok dominan dalam kelas tersebut.
Seorang guru, pasti pernah menjadi murid. Saat menjadi murid, guru pernah mengalami masa-masa di sekolah, dimana di kelas selalu saja ada kelompok teman-teman sekelas yang memiliki ‘power’ sehingga mendominasi kelas. Berbekal pengalaman tersebut, guru harus memiliki kejelian dalam memetakan kondisi siswanya secara individu, maupun secara berkelompok. Mengidentifikasi keberadaan kelompok dominan dalam kelas akan memudahkan guru memegang kendali kelas.
Tidak berlebihan manakala hukum ‘people sovereignity’ juga terjadi di ruang-ruang kelas di sekolah. Kelompok dominan di kelas biasanya mampu mengontrol situasi kelas sesuai yang mereka inginkan. Jika yang berkembang adalah kelompok dominan dengan kebiasaan negatif, maka situasi kelas akan tidak kondusif untuk pelaksanaan pembelajaran. Peserta didik akan cenderung gaduh, tidak kooperatif, bahkan menunjukkan sikap yang memojokkan guru.
Menghadapi situasi demikian, guru perlu memiliki kemampuan interpersonal dan ketepatan dalam pemilihan metode pembelajaran yang tepat. Pemilihan metode belajar yang tepat pada kenyataanya mampu mengatasi masalah dominasi kelompok tertentu dalam lingkup kelas.
3)      Bagaimana performa dan tingkat partisipasinya.
Menelusur karakter kelas, juga dapat dilakukan dengan mengamati performa dan tingkat partisipasi peserta didik baik secara individu maupun berkelompok, dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Guru biasanya akan mudah menilai bagaimana performa dan partisipasi siswa dalam pembelajaran.
Penilaian tersebut kemudian akan memunculkan pandangan apakah kelas tersebut termasuk kelas aktif atau kelas pasif. Pemilihan metode pembelajaran untuk kelas aktif tidak akan menyulitkan guru dalam menentukan metode mana yang akan digunakan. Berbeda dengan kelas pasif, guru harus memilih metode mana yang cocok agar dengan metode tersebut mampu mendorong tingkat partisipasi peserta didik dan memunculkan performa mereka.
c.       Faktor ketersediaan fasilitas pembelajaran.
Fasilitas pembelajaran berfungsi untuk memudahkan proses pembelajaran dan pemenuhan kebutuhan proses pembelajaran. Bagi sekolah yang telah memiliki fasilitas pembelajaran yang lengkap, ketersediaan fasilitas belajar bukan lagi suatu kendala. Namun demikian tidak semua sekolah memiliki fasilitas pembelajaran dengan standar yang diharapkan. Keadaan tersebut hendaknya tidak menjadi suatu hambatan bagi guru dalam merancang pembelajaran yang tetap mampu menjangkau tujuan pembelajaran. Dalam kondisi tertentu, guru-guru yang memiliki semangat dan komitmen yang kuat tetap mampu menyelenggarakan pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.



Manakala sekolah mengalami keterbatasan dalam penyediaan fasilitas pembelajaran, pemilihan metode pembelajaran merupakan jalan keluar yang paling relevan agar pembelajaran tetap menarik, menyenangkan, dan dapat memberikan goal yang ingin dicapai. Sebagai contoh, dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), peserta didik harus mencari informasi mengenai pandangan masyarakat terhadap aktor-aktor politik di Indonesia. Saat ini banyak sekolah-sekolah yang telah dilengkapi dengan fasilitas internet Wi Fi, sehingga semua warga sekolah dapat mengakses internet dengan mudah. Tetapi tidak sedikit pula sekolah yang belum memiliki kemampuan untuk menyediakan fasilitas ini.
Penggunaan perpustakaan sebagai fasilitas subtitusi (pengganti penggunaan internet) bisa dilakukan. Akan tetapi ada cara yang lebih ‘menghidupkan’ suasana pembelajaran dibandingkan menggunakan perpustakaan. Guru dapat memilih menggunakan metode pembelajaran wawancara. Siswa diminta mewawancarai warga sekolah untuk menjaring informasi mengenai pendapat mereka terhadap aktor-aktor politik di Indonesia. Dalam hal ini ketiadaan fasilitas internet dapat digantikan dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat. Justru dengan metode ini guru dan peserta didik akan mendapatkan nilai tambah, yakni adanya pola interaksi langsung antara peserta didik dengan masyarakat yang diwawancarai. Disamping menambah kepercayaan diri, serta memupuk keberanian peserta didik. Rasa optimis adalah kunci utama untuk menciptakan pembelajaran yang berkualitas ditengah-tengah kekurangan yang ada.
d.   Faktor tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
Setiap pelaksanaan pembelajaran tentu memiliki tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Penyelenggaraan pembelajaran bertujuan agar pesera didik sebagai warga belajar akan memperoleh pengalaman belajar dan menunjukkan perubahan perilaku, dimana perubahan tersebut bersifat positif dan bertahan lama. Kalimat tersebut dapat dimaknai bahwa pembelajaran yang berhasil adalah pembelajaran yang tidak hanya akan menambah pengetahuan peserta didik tetapi juga berpengaruh terhadap sikap dan cara pandang peserta didik terhadap realitas kehidupan.

Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan mampu menjadikan peserta didik meraih tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Sebagai contoh, pada mata pelajaran Geografi dirumuskan dua tujuan pembelajaran, antara lain:
1)      Agar siswa memahami dampak pemanasan global bagi lingkungan,dan
2)      Agar siswa mampu menunjukkan sikap mencintai lingkungan dan alam. Demi tercapainya kedua tujuan pembelajaran tersebut, guru menggunakan metode resitasi. Dalam tugas resitasi ini guru meminta siswa untuk mengumpulkan informasi mengenai dampak pemanasan global bagi lingkungan, selain itu siswa diminta untuk melakukan aksi nyata kepedulian dan cinta terhadap lingkungan dan alam. Guru menghendaki agar siswa mengumpulkan laporan tugas dan bukti aksi nyata kepedulian dan cinta siswa terhadap lingkungan dan alam.
Dalam jangka waktu yang ditentukan penugasan resitasi telah membuat siswa berhasil menyusun laporan mengenai dampak pemanasan global terhadap lingkungan. Sebagai aksi nyata sikap peduli dan cinta terhadap lingkungan dan alam, siswa menunjukkan berbagai macam ide maupun tindakan nyata berkaitan dengan hal tersebut. Terdapat siswa yang secara gencar mensosialisasikan gerakan-gerakan mencintai lingkungan dan alam dengan memanfaatkan situs jejaring sosial dan membentuk komunitas pecinta lingkungan dan alam di dunia maya; terdapat siswa yang memanfaatkan sampah di lingkungan tempat tinggalnya melalui gerakan Reduce – Re-use – Recycle; dan berbagai tindakan nyata lainnya.
Dengan penggunaan metode yang tepat, tujuan pembelajaran yang mencakup pembangunan individu di ketiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan.
e.       Faktor materi pembelajaran.
Pada bagian ini, hal yang perlu diperhatikan dalam materi pembelajaran adalah apa materinya (what), seberapa banyak (how much), dan bagaimana tingkat kesulitan (how hard) materi yang hendak dipelajari. Berikut penjelasan masing-masing:


1.      What’, apa materi yang hendak dipelajari.
Setiap mata pelajaran memiliki karakternya sendiri-sendiri, salah satunya bisa ditelusur dari materi yang tercakup dalam mata pelajaran tersebut. Secara umum, materi (dalam hal ini menunjuk pada content and substancy) antara mata pelajaran bidang ilmu alam dan bidang ilmu sosial terdapat perbedaan-perbedaan yang jelas. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat salah satunya harus berbasis pada content dan substancy materi pembelajaran.
Misalnya dalam bidang ilmu alam, untuk mempelajari reaksi kimia dipilih pendekatan inquiry. Agar menemukan jawaban sendiri, inquiry dilakukan dengan metode eksperimen dengan melakukan percobaan di laboratorium untuk mengetahui suatu reaksi kimia tertentu. Secara sederhana diilustrasilan dalam alur berikut ini: Mata pelajaran KIMIA à Materi: Reaksi Kimia à Pendekatan: INQUIRY à Metode: EKSPERIMEN à Uji coba di laboratorium.
Contoh lain, dalam bidang ilmu sosial, untuk mengetahui dampak ekonomi yang ditimbulkan akibat bencana erupsi gunung Merapi terhadap perekonomian masyarakat di sekitar kawasan bencana, maka dipilih pendekatan inquiry dengan metode penelusuran dokumen melalui pemberitaan di berbagai media massa. Ilustrasi sederhana, dengan alur sebagai berikut: Mata pelajaran EKONOMI à Materi: Dampak Ekonomi Pasca Bencana Alam à Pendekatan: INQUIRY à Metode: DOKUMENTASI à Penelusuran dokumen yang bersumber dari media massa, bisa juga dengan pembuatan kliping.
2.      How much, seberapa banyak materi yang hendak dipelajari.
Jumlah materi yang akan dipelajari menjadi salah satu dasar pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang akan dipakai.
Metode pembelajaran yang dipilih harus efektif, efisien, praktis dalam aplikasinya sehingga cakupan materi yang hendak dipelajari dapat dengan tuntas diselesaikan. Dalam satu kali pertemuan, tidak jarang cakupan materi yang dipelajari jumlahnya kecil maupun besar. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat akan memudahkan guru dan peserta didik untuk menyelesaikan jumlah materi yang harus ditempuh.

3.      How hard, seberapa sulit materi yang hendak dipelajari.
Materi pelajaran memiliki tingkat kedalaman, keluasan, kerumitan yang berbeda-beda. Materi pembelajaran dengan tingkat kesulitan yang tinggi biasanya menuntut langkah-langkah analisis dalam tataran yang beragam. Analisis bisa hanya pada tataran dangkal, sedang, maupun analisis secara mendalam. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat mampu memberikan arahan praktis untuk mengatasi tingkat kesulitan suatu materi pembelajaran.
f.       Faktor alokasi waktu pembelajaran.
Pemilihan metode pembelajaran yang tepat juga harus memperhitungkan ketersediaan waktu. Rancangan belajar yang baik adalah penggunaan alokasi waktu yang dihitung secara terperinci, agar pembelajaran berjalan dengan dinamis, tidak ada waktu terbuang tanpa arti. Kegiatan pembukaan, inti, dan penutup disusun secara sistematis. Dalam kegiatan inti yang meliputi tahap eksplorasi – elaborasi – konfirmasi, mengambil bagian waktu dengan porsi terbesar dibandingkan dengan kegiatan pembuka dan penutup.
Pemilihan metode pembelajaran pada kenyataannya dapat menciptakan suasana belajar yang dinamis dan praktis dalam penggunaan waktu. Dalam gambaran yang sederhana, suatu materi pembelajaran yang banyak dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif lebih cepat dengan penggunaan metode cooperatif learning dengan berbagai variasi dan  pengembangannya.
g.      Faktor kesanggupan guru.
Guru memang dituntut untuk selalu menunjukkan performa yang selalu prima dalam setiap pembelajaran yang diampunya. Namun demikian, guru tetaplah manusia dengan berbagai kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Memilih suatu metode pembelajaran pun harus menimbang kesanggupan guru. Akan tetapi, hal ini tidak menjadi dalih pembenaran bagi guru untuk menunjukkan performa yang terlalu apa adanya, dan yang biasa-biasa saja.



Tuntutan untuk senantiasa meningkatkan kapasitas dan kualitas harus selalu diupayakan oleh setiap pendidik. Faktor kesanggupan guru bukanlah suatu pembatas bagi guru untuk memunculkan ide, kreativitas, dan inovasi-inovasi segar yang dapat memunculkan ‘ruh’ dalam pembelajaran yang diselenggarakannya. Dalam paparan sederhana misalnya, guru yang memiliki ‘sense of humor’ banyak disukai muridnya, tetapi guru tidak perlu memaksakan diri untuk menjadi ‘orang lucu’ di depan muridnya agar ia disukai. Cukup dengan penggunaan metode pembelajaran yang mampu memunculkan antusiasme belajar siswa, maka guru akan menjadi orang yang ‘diterima’ dan disukai peserta didiknya.
Alasan agar disukai murid, juga tidak boleh menjadikan guru terlena, karena hakikatnya tujuan pembelajaran jauh lebih mulia jika dibandingkan alasan tersebut. Guru memiliki tugas mulia menhantarkan peserta didiknya meraih cita-cita di masa depan. Menjadi disukai adalah ‘bonus’ atau kompensasi dari kineja guru yang dilaksanakan secara profesional dan mantap.
Macam-macam metode pembelajaran
1.      Metode Ceramah
Metode ceramah ialah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan melalui penuturan (penjelasan lisan) oleh guru kepada siswa. Metode ceramah bervariasi merupakan cara  penyampaian, penyajian bahan pelajaran dengan disertai macam macam penggunaan  metode pengajaran lain, seperti  tanya jawab dan diskusi terbatas, pemberian tugas dan sebagainya.
Alasan penggunaan:
a)      agar perhatian siswa tetap terarah selama penyajian berlangsung.
b)      penyajian materi pelajaran sistimatis (tidak berbelit-belit).
c)      untuk merangsang siswa belajar aktif.
d)     untuk memberikan feed back (balikan).
e)      untuk memberikan motivasi belajar.
Tujuan Metode ceramah digunakan dengan tujuan untuk:
1.      menyampaikan informasi atau materi pelajaran
2.      membangkitkan hasrat, minat, dan motivasi siswa untuk belajar
3.      memperjelas materi pelajaran
Manfaat Metode ceramah dapat digunakan dalam hal:
a)      jumlah siswa cukup besar
b)      sebagai pengantar atau menyimpulkan materi yang telah dipelajari
c)      waktu yang tersedia terbatas, sedang materi yang disampaikan cukup banyak
Tujuan dan manfaat penggunaan metode ceramah dan ceramah bervariasi adalah untuk mengurangi kelemahan-kelemahan tersebut antara lain:
1.      siswa pasif, kegiatan belajar mengajar berpusat pada guru,  sehingga  mengurangi  daya kreativitas dan aktivitas siswa
2.      mudah menimbulkan salah tafsir, salah faham tentang istilah tertentu tanpa mengetahui artinya (verbalisme)
3.      melemahkan perhatian dan membosankan siswa, apabila ceramah diberikan dalam waktu yang cukup lama
4.      guru tidak segera memperoleh umpan balik tentang penguasaan materi yang disampaikan
2.      Metode Tanya jawab
Metode tanya jawab adalah suatu cara untuk menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus dijawab oleh siswa atau sebaliknya (pertanyaan dari siswa yang harus dijawab oleh guru) baik secara lisan atau tertulis.  Pertanyaan  yang  diajukan  mengenai  isi pelajaran yang sedang  diajarkan  guru atau pertanyaan yang lebih luas,  asal  berkaitan  dengan  pelajaran  atau  pengalaman yang dihayati. Melalui dengan tanyajawab akan memperluas dan memperdalam pelajaran tersebut.



Alasan Penggunaan metode Tanya jawab:
a.       untuk meninjau pelajaran yang lain
b.      agar siswa memusatkan perhatian terhadap kemajuan yang telah dicapai sehingga dapat melanjutkan pelajaran berikut
c.       untuk menangkap perhatian siswa serta memimpin pengamatan dan pemikiran siswa
Tujuan Metode tanya jawab digunakan dengan tujuan untuk:
1)      mengetahui penguasaan bahan pelajaran melalui ingatan dan pengungkapan perasaan serta sikap siswa tentang fakta yang dipelajari, didengar atau dibaca
2)      mengetahui jalan berpikir siswa secara sistematis dan logis dalam memecahkan masalah (cara berpikir siswa tidak meloncat-loncat dalam menangkap dan memecahkan suatu masalah).
3)      memberikan tekanan perhatian pada bagian-bagian pelajaran  yang  dipandang  penting serta mampu   menyimpulkan  dan mengikutsertakan pelajaran sehingga mencapai perumusan  yang baik dan tepat.
4)      memperkuat lagi kaitan antara suatu pertanyaandengan jawabannya sehingga dapat membantutumbuhnya perhatian siswa pada pelajaran danmengembangkan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya.
5)      membiasakan siswa mengenal bentuk dan jenis pertanyaan serta jawabannya yang benar dan tepat.
Manfaat metode Tanya jawab
a.       pertanyaan dapat membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa, serta mampu menghubungkan pelajaran lama dengan yang baru
b.      pertanyaan ingatan yang meminta jawaban yang bersifatpengungkapan  kembali dapat memperkuat ingatan (assosiasi) antara pertanyaan dengan jawaban
c.       pertanyaan pikiran yang meminta jawaban yang harus dipikirkan, menafsirkan, menganalisis dan menarikkesimpulan dapat mengembangkan cara-cara beripikir logis dan sistematis
d.      pertanyaan dapat mengurangi proses lupa karena jawaban yang di  diperoleh atau dikemukakan dioleh dalam suasana yang serius dan pemusatan perhatian terhadap jawaban. Apabila jawaban dibenarkan oleh guru, makarasa  gembira  tersebut  akan  memperkuat  jawaban itu tersimpan dalam ingatan siswa
e.       jawaban yang salah segera dapat dikoreksi
f.       pertanyaan akan merangsang siswa beripikir dan memusatkan perhatian pada satu pokok perhatian
g.      pertanyaan dapat membangkitkan hasrat melakukan penyelidikan yang mengarahkan siswa beripikir secara ilmiah
h.      pertanyaan fakta atau masalah dapat mengarahkanbelajar seperti yang dituju oleh suatu mata pelajaran yang dapat membantu siswa mengetahui bagian-bagian yang perlu diketahui dan diingat
i.        pertanyaan dapat digunakan untuk tujuan latihan dan mengulang’
j.        siswa belajar menjawab pertanyaan dengan benar, baik isi jawaban maupun susunan bahasa yang dipergunakan untuk  mengekspresikan perasaan dan ide-ide atau pikirannya sehingga dapat didengar, ditelaah dan dinilai oleh guru
k.      siswa juga diajak berani bertanya untuk kepentingan proses  belajar  mengajar  dalam  kehidupan bermasyarakat. Selain itu siswa belajar mengemukakan pertanyaan  yang layak  dan menghargai pertanyaan orang lain
l.        pertanyaan-pertanyaan oleh guru atau siswa dapat menimbulkan suasana kelas hidup dan gembira
m.    siswa memperoleh kesempatan ikut berpartisipasi dalam proses kegiatan belajar mengajar
n.      dari jawaban-jawaban yang diperoleh, dapat merupakan  umpan balik  bagi guru mengenai pengetahuan, sikap dan sifat-sifat siswa serta hasil proses belajar mengajarnya.

G.    Prinsip-prinsip Mengajar
Menurut Slameto (2010:35-39) ada 10 prinsip-prinsip mengajar yakni :
1.      Perhatian
Di dalam mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian siswa kepada pelajaran yang diberikan oleh guru. Perhatian akan lebih besar bila pada siswa ada minat dan bakat. Bakat telah dibawa siswa sejak lahir, namun dapat berkembang karena pengaruh pendidikan dan lingkungan.
2.      Aktivitas
Dalam proses mengajar belajar, guru perlu membangkitkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda, atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru.
3.      Apersepsi
Setiap guru dalam mengajar perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, ataupun pengalamannya. Dengan demikian siswa akan memperoleh hubungan antara pengetahuan yang telah menjadi miliknya dengan pelajaran yang akan diterimanya.
4.      Peragaan
Waktu guru mengajar di depan kelas, harus berusaha menunjukkan benda-benda yang asli. Bila mengalami kesukaran boleh menunjukkan model, gambar, benda tiruan, atau menggunakan media lainnya seperti radio, tape recorder, TV dan lain sebagainya. Dengan pemilihan media yang tepat dapat membantu guru menjelaskan pelajaran yang diberikan. Juga membantu siswa untuk membentuk pengertian di dalam jiwanya.
5.      Repetisi
Bila guru menjelaskan sesuatu unit pelajaran, itu perlu diulang-ulang. Siswa semuanya dapat mengingat dengan sekali penjelasan, maka perlu dibantu dengan mengulangi pelajaran yang sedang dijelaskan. Pelajaran yang diulang akan memberikan tanggapan yang jelas, dan tidak mudah dilupakan.




6.      Korelasi
Guru dalam mengajar wajib memperhatikan dan memikirkan hubungan antar setiap mata pelajaran. Begitu juga dalam kenyataan hidup semua ilmu atau pengetahuan itu saling berkaitan. Namun hubungan itu tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi terus dipikirkan sebab-akibatnya. Diupayakan hubungan itu dapat diterima akal, dapat dimengerti, sehingga memperluas pengetahuan siswa itu sendiri.
7.      Konsentrasi
Hubungan antar mata pelajaran bisa luas, mungkin dapat dipusatkan kepada salah satu pusat minat, sehingga siswa memperoleh pengetahuan secara luas tetapi mendalam. Dengan demikian siswa dapat melihat hubungan pelajaran yang satu dengan lainnya saling berhubungan, menyebabkan siswa memperoleh kesatuan pelajaran yang bulat dan utuh.
8.      Sosialisasi
Dalam perkembangannya siswa perlu bergaul dengan teman lainnya. Siswa di samping sebagai individu juga mempunyai sisi sosial yang perlu dikembangkan. Waktu siswa berada di kelas ataupun di luar kelas dan menerima pelajaran bersama, alangkah baiknya bila diberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan bersama. Bekerja di dalam kelompok dapat meningkatkan cara berpikir mereka dalam memecahkan masalah.
9.      Individualisasi.
Siswa merupakan makhluk individu yang unik, dimana masing-masing mempunyai perbedaan khas, seperti perbedaan inteligensi, minat bakat, hobi, tingkah laku, watak maupun sikapnya. Mereka berbeda pula dalam hal latar belakang kebudayaan, sosial ekonomi, dan keadaan orang tuanya. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan siswa (secara individu), agar dapat melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaannya itu. Siswa akan berkembang sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Untuk kepentingan perbedaan individual, guru perlu mengadakan perencanaan untuk siswa secara klasikal maupun perencanaan program individual. Dalam hal ini guru harus mencari teknik penyajian atau sistem pengajaran yang dapat melayani kelas, maupun siswa sebagai individual.


10.  Evaluasi
Semua kegiatan mengajar belajar perlu dievaluasi. Evaluasi dapat memberi motivasi bagi guru maupun siswa. Guru harus mengenal fungsi evaluasi, macam-macam bentuk dan teknik evaluasi serta prosedur penilaian. Guru dapat melaksanakan penilaian yang efektif, dan menggunakan hasil penilaian untuk perbaikan mengajar belajar. Dengan evaluasi guru juga dapat mengetahui prestasi dan kemajuan siswa, sehingga dapat bertindak yang tepat bila siswa mengalami kesulitan belajar. Evaluasi dapat menggambarkan kemajuan siswa, dan prestasinya, hasil rata-ratanya, tetapi juga dapat menjadi bahan umpan balik bagi guru sendiri. Dengan umpan balik, guru dapat meneliti dirinya, dan berusaha memperbaiki dalam perencanaan maupun teknik penyajiannya.
















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Interaksi belajar mengajar adalah kegiatan timbal balik antara guru dengan anak didik, atau dengan kata lain bahwa interaksi belajar mengajar adalah suatu kegiatan sosial, karena antara anak didik dengan temannya, antara si anak didik dengan gurunya ada suatu komunikasi sosial atau pergaulan.
Ciri-ciri interaksi belajar adalah sebagai berikut
1.      Interaksi belajar mengajar memiliki tujuan
2.      Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Prosedur ini harus selaras dengan tujuan yang ingin dicapai.
3.      Interaksi belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus.
4.      Ditandai dengan adanya aktivitas siswa.
5.      Dalam interaksi belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing.
6.      Dalam interaksi belajar mengajar dibutuhkan disiplin.
7.      Ada batas waktu.
8.      Adanya penilaian.
B.     Saran
Semoga setelah kita membaca makalah ini dapat menambah wawasan kita semua khusnya bagi para pandidik dan calon pendidik, agar didalam mendidik peserta didik, para pendidik tahu apa saja yang akan dilakukannya






DAFTAR PUSTAKA
Wiroatmojo.P dan Sasonoharjo Media Pembelajaran, Lembaga Administrasi Negara RI, Jakarta, 2002

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Suharsimi.A, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: Rineka Cipta, 1990

James Pomham,W & Baker, Eva.L, Bagaimana Mengajar Secara Sistematis, Yogyakarta; Kanisius, 1992

Nasution, S., Didaktik Asas-Asas Mengajar, Bandung: Jemmars, 1986

Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru, 1992

Cece Wijaya, Djaja Djadjuri dan A.Tabrani Rusyan, Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran, Bandung:Rosda Karya, 1992






No comments:

Post a Comment