BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sejarah
pendidikan suatu masyarakat/bangsa, telah membentuk ciri khusus atau watak
bangsa yang bersangkutan, yang sering juga disebut kepribadian nasional.
Melalui proses pendidikan, watak bangsa atau kepribadian nasional tersebut
dipelihara dan diperkembangkan sehingga suatu bangsa bisa menampakkan
keunggulan-keunggulan dan kelebihan-kelebihannya dibandingkan dengan bangsa
lainnya. Dan melalui proses pendidikan tersebut, suatu bangsa berusaha untuk
mencapai kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang kehidupannya, baik dalam
bidang ekonomi, sosial, politik, militer, ilmu pengetahuan, teknologi, dan
dalam bidang-bidang kehidupan kehidupan budaya lainnya. Melalui proses
pendidikan pula, suatu bangsa berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu
yang direncanakan.[1]
Dasar dan tujuan pendidikan merupakan masalah yang
fundamental dalam pelaksanaan pendidikan, karena dasar pendidikan itu akan
menentukan corak dan isi pendidikan. Tujuan pendidikan itupun akan menentukan
kearah mana anak didik akan dibawa. Untuk itu maka kita harus benar benar
memahami apa saja dasar pendidikan dan tujuan yang nantinya bisa dicapai.[2]
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
arti dan definisi pendidikan ?
2. Apa
filsafat pendidikan itu ?
3. Apa
tujuan pendidikan ?
4. Apa
saja ruang lingkup pendidikan ?
C.
Maksud
dan Tujuan Penulisan Makalah
Maksud
dan Tujuan diadakannya makalah pembelajaran Mata Kuliah Teori Pendidikan Kelas
A.2 ini adalah agar mahasiswa mampu:
1.
Salah satu syarat tugas
dalam memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan Melakukan pemantapan
pemahaman tujuan pendidikan dan fungsi tujuan pendidikan.
2. Mampu
memahami pembelajaran isi makalah tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Arti
dan Definisi Pendidikan
Manusia yang beradab
setidak- tidaknya memiliki common sense tentang
pendidikan bahwa pendidikan memliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam seluruh aspek
kepribadian dan kehidupannya.[3]
Pendidikan memiliki
kekuatan (pengaruh) yang dinamis dalam kehidupan manusia di masa depan.
Pendidikan dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara optimal, yaitu pengembangan potensi
individu yang setinggi- tingginya dalam aspek fisik, intelektual, emosional,
sosial dan spiritual, sesuai dengan tahap perkembangan serta karakteristik
lingkungan fisik dan lingkungan sosiobudaya di mana dia hidup. Pendidikan
merupakan suatu fenomena manusia yang sangat kompleks. Karena sifatnya kompleks
itu maka pendidikan dapat dilihat dan dijelaskan dari berbagai sudut pandang.[4]
Pendidikan
dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan bagi generasi tua untuk
mengaihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta keterampilan
kepada generasi muda yang memungkinkan melakukan fungsi hidupnya dalam
pergaulan bersama, dengan sebaik- baiknya. Pendidikan itu adalah suatu disiplin
dari berbagai macam bagian komponen.[5]
Secara bahasa, definisi pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dengan pelatihan[6]. Pendidikan merupakan
kegiatan yang kompleks, dan meliputi berbagai komponen yang berkaitan dengan
erat satu sama lain. Pendidikan
adalah gejala semesta (fenomena universal) dan berlangsung sepanjang hayat
manusia, dimanapun manusia berada. Pendidikan sebagai usaha sadar bagi
pengembangan manusia dan masyarakat, berusaha kearah yang lebih sistematik,
maka pasti mendasarkan pada landasan pemikiran tertentu.[7]
Berbagai komponen dalam sistem
pendidikan baik secara mikro maupun dalam kajian mikro perlu dikenali secara
mendalam sehingga komponen- komponen tersebut dapat difungsikan dan
dikembangkan guna mengoptimalkan garapan pendidikan tersebut ke arah tujuan pendidikan
yang ditetapkan.[8]
Pengertian pendidikan menurut para
ahli[9]:
a. Menurut
John Dewey dalam bukunya Democracy and Education (1950; 89-90) pendidikan
adalah rekonstruksi atau reorganisasi pengalam yang menambah makna dan menambah
kemampuan untuk mengarahkan pengalaman selanjutnya.
b. Menurut
John S. Brubacher dalam bukunya Modern Philosophies adalah proses dalam makna
potensi- potensi, kemampuan, kapasitas manusia yang mudah dipengaruhi oleh
kebiasaan, disempurnakan dengan sedemikian rupa dan digunakan oleh manusia
untuk menolong
orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan- tujuan yang ditetapkan.
c. Menurut
Carter V. Good dalam Dictionary of Education (1945:145) pendidikan adalah
keseluruhan dimana proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-
bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai positif dalam masyarakat dimana dia
hidup.
d. Menurut
Ki Hajar Dewantara (1977: 20) yang dinamakan pendidikan yaitu tuntunan di dalam
hidup tumbuhnya anak- anak. Adapun maksud pendidikan yaitu menuntut segala kepuasan
kodrat yang ada pada anak- anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai
anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-
tigginya.
e. Menurut
Driyarkarya (1980: 78), intisara atau eidos dan pendidikan ialah pe-manusia-an
manusia-muda. Pengangkatan manusia muda ke taraf insani, itulah yang menjelma
dalam semua perbuatan mendidik, yang jumlah dan macamnya tak terhitung.
Demikian arti pendidikan yang
dikemukakan oleh sejumlah ahli, yang tercantum dalam ajaran pendidikan dengan
pengertian ilmiah kita dapat mennganilis, membandingkan, mengabstraksikan
sifat- sifat dan akhirnya menggabungkan sifat- sifat itu sampai pada suatu
perumusan unsur- unsur yang secara esensial yang tercakup di dalamnya adalah
sebagai berikut[10]
:
1. Dalam
pendidikan terkandung pembinaan, pengembangan, atau potensi- potensi yang perlu
dikembangkan.
2. Dalam
pendidikan secara implisit terjalin hubungan antara dua pihak, yaitu pihak
pendidik dan pihak peserta didik yang di dalam hubungan itu berlainan kedudukan
dan peranan setiap pihak. Akan tetapi sama dalam hal dayanya yaitu saling
mempengaruhi, guna terlaksananya proses pendidikan.
3. Pendidikan
adalah proses sepanjang hayat dan perwujudan pembentukan secara utuh dalam arti
mengemban segenap potensi dalam rangka pemenuhan semua komitmen manusia sebagai
individu, sebagai makhluk sosial, dan sebagai makhluk Tuhan.
B.
Filsafat
Pendidikan
1. Filsafat
pendidikan adalah pengetahuan yang menyelidiki subtansi pelaksanaan pendidikan
yang berkaitan dengan tujuan, latar belakang, cara, hasil, dan hakikat ilmu
pendidikan yang berhubungan dengan analisis kritis terhadap struktur
kegunaannya.
2. Filsafat
pendidikan adalah pengetahuan yang memikirkan hakikat pendidikan secara
konprehensif dan kontemplatif tentang sumber, seluk beluk pendidikan, fungsi
pendidikan, dan tujuan pendidikan.
3. Filsafat
pendidikan adalah pengetahuan yang mengkaji proses pendidikan dan teori- teori
pendidikan.
4. Filsafat
pendidikan mengkaji hakikat guru dan anak didik dalam proses pembelajaran di
kelas dan di luar kelas.
5. Filsafat
pendidikan mengkaji berbagai teori kependidikan, dengan metode, dan pendekatan
dalam pendidikan.
6. Filsafat
pendidikan mengkaji strategi pembelajaran alternatif.
7. Filsafat
pendidikan mengkaji hakikat tentang kurikulum pendidikan.
8. Filsafat
pendidikan mengkaji hakikat tentang evaluasi pendidikan dan evaluasi
pembelajaran.
9. Filsafat
pendidikan mengkaji hakikat alat- alat dan media pendidikan.
10. Filsafat
Pendidikan, yaitu merumuskan
segala sesuatu yang berkaitan dengan hakikat pendidikan dan pelaksanaannya.
Pelaksanaan pendidikan dilakukan dengan merujuk pada tujuan pendidikan yang
telah dirumuskan sebelumnya. Dengan demikian, proses dan tujuan yang hendak
dicapai oleh pendidikan merupakan hakikat pendidikan itu sendirinya, artinya
perjalanan pendidikan bergantung pada tujuannya. Tujuan tersebut dapat dicapai
dengan merumuskan berbagai metode, strategi, cara yang akan diterapkan dalam
kependidikan, dan proses pembelajaran. Kemudian, disiapkan pula alat-alat
pendidikan, sarana dan prasarana yang memperkuat dan mempercepat tercapainya
tujuan tersebut.
Metode yang
dipergunakan oleh filsafat pendidikan adalah sebagai berikut[12]:
1. Ontologi
pendidikan, yaitu substansi pendidikan dalam semua perespektifnya, sebagaimana
melihat pendidikan dari tujuan esensialnya sebagi pencapaian maksimal dari
pendidikan.
2. Epistemologi
pendidikan, yaitu menyelidiki simber ajaran atau prinsip yang terdapat dalam
pendidikan serta dasar atau asas yang digunakan untuk pendidikan yang
dimaksudkan
3. Aksiologi
pendidikan, yaitu penyelidikan mengenai kegunaan fundamental dalam pendidikan,
baik secara jasmani maupun rohani, dampak pendidikan secara fungsional terhadap
kehidupan manusia, terhadap akal dan hati semua anak didik; aspek-aspek yang
menyangkut fungsi nilai, estetika, dan tujuan pragmatis pendidikan terkaji
secara mendalam, radikal, logis, dan sistematis.
C.
Tujuan Pendidikan
Tujuan adalah
arah atau jurusan.[13] Pendidikan
adalah humanisasi, yaitu supaya memanusiakan manusia atau upaya membantu
manusia agar mampu mewujudkan diri sesuai dengan martabat kemanusiaannya. Oleh
karena pendidikan berarti upaya membantu manusia untuk menjadi apa, mereka
dapat dan seharusnya menjadi maka pendidik dan calon pendidik perlu memahami
hakikat manusia.[14]
Pendidikan merupakan gejala budaya dengan
demikian menurut antropolog pendidikan adalah setiap sistem budaya atau
instruksi intelektua yang formal atau semi formal. Pendidikan adalah ciri
masyarakat manusia yang bersifat
universal.[15]
Pendidikan berfungsi untuk mempersiapkan
menghadapi masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai individu maupun
secara kolektif sebagai warga masyarakat, baik bangsa maupun antarb angsa. Bagi
pemeluk agama, masa depan mencakup kehidupan di dunia dan pandangan tentang
kehidupan di dunia dan pandangan tentang kehidupan hari kemudian yang bahagia.
Dengan demikian, nernagai macam model pendidikan sangat tergantung dari rumusan
wujud atau jabaran manusia yang sejahtera dengan berbagai dimensinya.
Fungsi pendidikan lainnya adalah
peradaban, hasil karya manusia yang semula dimasukan untuk mendukung
kesejahteraan manusia. Mengingat peradaban bersifat evolusioner dan dinamis,
berkembang dan berubah maka fungsi pendidikan pun terus berubah dalam upaya
terus mencapai kemajuan sesuai dengan peradaban baru yang ingin diraih oleh
suatu bangsa. Dalam hal ini pendidikan juga dipandang sebagai proses perubahan
sosial terencana atau reformasi damai.[16]
Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang
ingin dicapai oleh kegiatan pendidikan. Adalah suatu yang logis bahwa
pendidikan itu harus dimulai dengan tujuan yang diasumsikan sebagai nilai.
Tanpa sadar tujuan maka dalam praktek pendidikan tidak ada artinya.[17]
Ada bermacam-macam tujuan pendidikan
menurut para ahli. Dr.M.J Langeveld mengemukakan ada enam macam tujuan
pendidikan yaitu[18]
:
1.
Tujuan umum, total atau akhir
2.
Tujuan khusus
3.
Tujuan tak lengkap
4.
Tujuan sementara
5.
Tujuan intermedier
6.
Tujuan incidental
1.
Tujuan Umum
Tujuan
umum adalah tujuan paling akhir dan merupakan keseluruhan atau kebulatan tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan.
Bagi Langeveld tujuan umum atau tujuan akhir
akhirnya adalah kedewasaan yang salah satu cirinya adalah telah hidup dengan pribadi mandiri.
Untuk orang atau ahli lain tujuan umum
atau akhir ini dapat saja berbeda. Menurut Hoogveld mendidik itu berarti
membantu manusia muda agar ia mampu menunaikan tugas hidupnya secara berdiri
sendiri.[19]
Yang dikejar adalah kemampuan tertentu dari manusia muda itu agar kelak
mempunyai kesempurnaan tertentu. Menurut Prof. Notanagoro tujuan akhir
pendidikan adalah tercapainya kebahagiaan sempurna. Kebahagiaan menurut Prof.
Notanagoro adalah suatu keadaan yang menimbulkan kepuasan sepuas-puasnya hingga
tidak menimbulkan keinginan lagi dan kekal atau abadi. Menurut UU No. 2 tahun
1989, tujuan umumnya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk manusia
seutuhnya.[20]
2.
Tujuan
Khusus
Tujuan
khusus adalah penghususan tujuan umum atas dasar berbagai hal, misalnya usia,
jenis kelamin, inteligensi, bakat, minat, lingkungan social budaya, tahap-tahap
perkembangan, tuntutan persyaratan pekerjaan dan sebagainya.[21]
3. Tujuan Tak Lengkap
Tujuan tak lengkap adalah tujuan yang
hanya menyangkut sebagian aspek kehidupan manusia. Misalnya, aspek psikologis,
biologis, sosiologis. Dari aspek psikologis misalnya hanya emosi atau pikiranya
saja.[22]
4. Tujuan Sementara
Tujuan
sementara adalah tujuan yang hanya dimaksudkan untuk sementara saja, sedangkan
kalau tujuan sementara itu sudah dicapai lalu ditinggalkan dan diganti dengan
tujuan yang lainnya. Misalnya, orang tua ingin agar anaknya berhenti merokok,
dengan dikurangi uang sakunya. Kalau sudah tidak merokok, lalu ditinggalkan dan
diganti tujuan lain misalnya agar tidak suka begadang.[23]
5. Tujuan Itermedier
Tujuan
intermedier adalah tujuan perantara bagi tujuan lainya yang pokok. Misalnya
anak dibiasakan untuk menyapu halaman, maksudnya agar ia kelak mempunyai rasa tanggung
jawab[24].
6.
Tujuan Incidental
Tujuan
incidental adalah tujuan yang dicapai pada saat-saat tertentu, seketika,
spontan. Misalnya, guru menegur anak yang bermain kasar pada waktu bermain
sepak bola, orang tua menegur anaknya agar duduk dengan sopan, dan sebagainya.
Semuanya itu adalah tujuan incidental atau seketika.
Disamping klasifikasi tujuan menurut
Langeveld, di Indonesia pernah diperkenalkan adanya tujuan umum, tujuan
institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan
instruksional khusus (TIK).[25]
a. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah tujuan akhir atau
tertinggi yang berlaku di semua lembaga dan kegiatan pendidikan di seluruh
Indonesia . tujuan pendidikan yang ada dalam GBHN, Undang-undang Pendidikan
seperti UU No. 2 tahun 1989 adalah tujuan umum atau tujuan pendidikan nasional
bagi kegiatan pendidikan di Indonesia. Di Negara lain tujuannya lain dengan di
Indonesia.[26]
b.
Tujuan
Instutisional
Tujuan Institusional adalah tujuan
yang menjadi tugas suatu lembaga pendidikan untuk mencapainya. Misalnya Sekolah
Dasar (SD) mempunyai tujuan, SLTP mempunyai tujuan, SMU mempunyai tujuan,
Perguruan tinggi seperti Universitas Gadjah Mada mempunyai tujuan. Semuanya ini
adalah tujuan institusional.[27]
c.
Tujuan
kurikuler
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang
akan dicapai oleh mata pelajaran atau bidang studi tertentu. Misalnya IPA, IPS,
Matematika, Kimia dan sebagainya mempunyai tujuan yang disebut tujuan
kurikuler.[28]
d.
Tujuan
Instruksional
Tujuan instruksional adalah tujuan yang
ingin dicapai pada waktu agar guru mengajar suatu pokok bahasan tertentu.
Tujuan instruksional ini ada dua macam yaitu tujuan instruksional umum (TIU)
dan tujuan instruksional khusus (TIK). [29]
·
Tujuan
instruksional umum
Tujuan instruksional umum yang
dapat diambil dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBBP), rumusanya
masih umum, cakupanya masih luas, blum spesifik, tidak operasional dan belum
dapat diukur tingkat pencapaiannya. Misalnya pada waktu dosen mengajar pokok
bahasan tentang tujuan pendidikan, ingin agar mahasiswannya memahami pengertian
tujuan pendidikan. Ini adalah tujuan instruksional umum.[30]
·
Tujuan
instruksional khusus
Tujuan instruksional
khusus adalah tujuan pengajaran yang ingin dicapai pada waktu guru mengajar, tetapi
rumusanya sudah khusus, cakupannya sempit, operasional dan dapat diukur.
Bandingkan antara memahami pengertian tujuan pendidikan dengan menyebutkan enam
macam tujuan pendidikan menurut langeveld ini merupakan penjabaran dari
memahami pengertian tujuan pendidikan. Salah satu petunjuk bahwa mahasiswa
memahami pengertian tujuan pendidikan adalah dapat menyebutkan enam macam
tujuan menurut langeveld. Rumusan ini operasional, dapat diuku. Apakah
mahasiswa dapat menyebutkan dapat menyebutkan semuanya (enam) dengan benar ?
apakah hanya dapat menyebutkan empat atau lima macam saja ? kemampuan ini dapat
diukur dengan rumus sebagai berikut :
Rumus tujuan TIK yang
lengkap mengandung unsur ABCD
Ket
: A = Audience
B = Behavior
C = Condition
D
= Degree
Misalnya
disediakan penggaris (C), siswa (A) dapat mengukur panjang dan lebar buku tulis
(B) dengan benar dalam waktu dua menit (D).[31]
D. Ruang lingkup Pendidikan
a.
Pendidikan
dalam arti sempit
Pendidikan dalam arti mikro (sempit)
merupakan proses interaksi antara pendidik dan peserta didik baik di keluarga, sekolah
maupun di masyarakat. Namun pendidikan dalam arti sempit sering diartikan
sekolah (pengajaran yang di selenggarakan disekolah sebagai lembaga pendidikan
formal, segala pengaruh yang di upayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang
diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh
terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka)[32].
Dalam arti sempit, pendidikan
memiliki karakteristik sebagai berikut[33]:
a) Tujuan
pendidikan dalam arti sempit ditentukan oleh pihak luar individu peserta didik.
Sebagaimana kita maklumi, tujuan pendidikan suatu sekolah atau tujuan
pendidikan suatu kegiatan belajar-mengajar di sekolah tidak dirumuskan dan ditetapkan
oleh para siswanya.
b) Lamanya
waktu pendidikan bagi setiap individu dalam masyarakat cukup bervariasi,
mungkin kurang atau sama dengan enam tahun, sembilan tahun bahkan lebih dari
itu. Namun demikian terdapat titik terminal pendidikan yang ditetapkan dalam
satuan waktu. Pendidikan dilaksanakan di sekolah atau di dalam lingkungan
khusus yang diciptakan secara sengaja untuk pendidikan dalam konteks program
pendidikan sekolah. Dalam pengertian sempit, pendidikan hanyalah bagi mereka
yang menjadi peserta didik (siswa/mahasiswa) dari suatu lembaga pendidikan
formal (sekolah/perguruan tinggi). Pendidikan dilaksanakan dalam bentuk
kegiatan belajar-mengajar yang terprogram dan bersifat formal atau disengaja
untuk pendidikan dan terkontrol. Dalam pengertian sempit, pendidik bagi para siswa
terbatas pada pendidik profesional atau guru.
Setiap disiplin ilmu memiliki objek formal yang berbeda.
Setiap disiplin ilmu memiliki objek formal yang berbeda.
a.
Berdasarkan hasil studi terhadap
objek formalnya masing masing, setiap disiplin ilmu menghasilkan perbedaan pula
mengenai konsep atau definisi yang identik dengan pendidikan.
b.
Berdasarkan pendekatan sosiologi,
pendidikan identik dengan sosialisasi (socialization).
c.
Berdasarkan pendekatan antropologi,
pendidikan identik dengan enkulturasi (enculturation).
d.
Berdasarkan pendekatan ekonomi,
pendidikan identik dengan penanaman modal pada diri manusia (human investment).
e.
Berdasarkan pendekatan politik, pendidikan
identik dengan civilisasi (civilization).
f.
Berdasarkan pendekatan psikologis,
pendidikan identik dengan personalisasi atau individualisasi (personalization
atau individualization).
g.
Berdasarkan pendekatan biologi,
pendidikan identik dengan adaptasi (adaptation).
b.
Pendidikan
dalam arti luas
Sedangkan
pendidikan dalam arti makro (luas) adalah proses interaksi antara manusia
sebagai individu/ pribadi dan lingkungan alam semesta, lingkungan sosial,
masyarakat, sosial-ekonomi, sosial-politik dan sosial-budaya. Pendidikan dalam
arti luas juga dapat diartikan hidup (segala pengalaman belajar yang
berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Segala situasi hidup
yang mempengaruhi pertumbuhan individu, suatu proses pertumbuhan dan
perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan
lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir)[34].
Jadi pendidikan dalam arti luas, hidup adalah pendidikan, dan pendidikan adalah hidup (life is education, and education is life). Maksudnya bahwa pendidikan adalah segala pengalaman hidup (belajar) dalam berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi pertumbuhan atau perkembangan individu. Dalam arti luas, pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut[35]:
Jadi pendidikan dalam arti luas, hidup adalah pendidikan, dan pendidikan adalah hidup (life is education, and education is life). Maksudnya bahwa pendidikan adalah segala pengalaman hidup (belajar) dalam berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi pertumbuhan atau perkembangan individu. Dalam arti luas, pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut[35]:
a.
Tujuan pendidikan sama dengan tujuan
hidup individu, tidak
ditentukan oleh orang lain.
b.
Pendidikan berlangsung kapan pun,
artinya berlangsung sepanjang hayat (life long education). Karena itu
pendidikan berlangsung dalam konteks hubungan individu yang bersifat multi
dimensi, baik dalam hubungan individu dengan Tuhannya, sesama manusia, alam,
bahkan dengan dirinya sendiri.
c.
Dalam hubungan yang besifat multi
dimensi itu, pendidikan berlangsung melalui berbagai bentuk kegiatan, tindakan,
dan kejadian, baik yang pada awalnya disengaja untuk pendidikan maupun yang tidak
disengaja untuk pendidikan.
d.
Pendidikan berlangsung bagi siapa
pun. Setiap individu anak-anak atau pun orang dewasa, siswa/mahasiswa atau pun
bukan siswa/ mahasiswa dididik atau mendidik diri.
e.
Pendidikan berlangsung dimana pun.
Pendidikan tidak terbatas pada schooling saja. Pendidikan berlangsung di dalam
keluarga, sekolah, masyarakat, dan di dalam lingkungan alam dimana individu
berada. Pendidik bagi individu tidak terbatas pada pendidik profesional.
Sasaran
pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk
menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi kemanusiaan
merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Ibarat biji mangga
bagaimanapun wujudnya, jika ditanam dengan baik, pasti menjadi pohon mangga dan
bukannya pohon jambu.
Ruang lingkup
pendidikan dilihat dari sasarannya[36] :
a. Intelegensi (Ilmu atau Wawasan)
b. Jasmani (Fisik)
c. Spiritual : Rohani (Keilmuan)
d. Psikomotorik : Kemampuan Keterampilan (Skill)
e. Kepribadian : Nafs atau Jiwa (Perilaku)
Wujud
sifat hakekat manusia. Pada bagian ini akan
dipaparkan wujud sifat hakekat manusia (yang tidak dimiliki oleh hewan) yang
dikemukakan oleh faham eksistensialisme, dengan maksud menjadi masukan dalam
membenahi konsep pendidikan yaitu[37]:
a. Kemampuan menyadari diri
b. Kemampuan bereksistensi
c. Pemilikan kata hati
d. Moral
e. Kemampuan bertanggungjawab
f. Rasa kebebasan (kemerdekaan)
g. Kesediaan melaksanakan kewajiban dan menyadari
hak
h. Kemampuan menghayati kebahagiaan
Pendidikan
sebagai ilmu yang mempunyai komponen-komponen yang sangat luas, karena didalamnya banyak
segi-segi atau pihak-pihak yang ikut terlibat baik itu secara langsung maupun
tidak langsung[38].
Pendidikan pada hakikatnya merupakan interaksi
komponen-komponen yang esensial dalam upaya mencapai tujuan pendidikan.
Perpaduan antara keharmonisan dan keseimbangan serta interaksi unsur esensial
pendidikan, pada tahap operasional sangat menentukan keberhasilan pendidikan[39].
Adapun
segi-segi atau pihak-pihak yang terlibat sebagai komponen pendidikan adalah sebagai berikut [40]:
1)
Perbuatan mendidik itu sendiri.
Perbuatan Mendidik
adalah seluruh kegiatan, tindakan, perbuatan, dan sikap yang dilakukan oleh
pendidik sewaktu menghadapi atau mengasuh anak didiknya yang disebut dengan
tahzib.
2)
Anak didik
Anak didik merupakan subjek pendidikan, yaitu orang menjalankan dan
mengamalkan metode pendidikan yang diberikan oleh pendidik. Perkembangan anak
didik harus memperoleh perhatian serius karena semua anak didik mengalami
masa-masa pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisikal maupun
mentalitasnya. Dengan demikian, agar pendidikan dapat berhasil dengan
sebaik-baiknya, jalan pendidikan yang ditempuh harus sesuai dengan perkembangan
anak didik.
3)
Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan yaitu landasan yang menjadi fundament dan sumber dari
segala kegiatan pendidikan islam yang dilakukan.
4)
Pendidik
Pendidik adalah guru, orang tua, tokoh masyarakat, dan siapa asaja yang memfungsikan dirinya untuk mendidik. Siapa saja yang dapat menjadi pendidik dan melakukan upaya untuk mendidik secara formal maupun nonformal. Para pendidik haruslah orang yang patut diteladani. Orang yang membina, mengarahkan, menuntun, dan mengembakan minat, serta bakat anak didik, agar tujuan pendidikan tercapai dengan baik. Para pendidik adalah subjek yang melaksanakan pendidikan.
Pendidik adalah guru, orang tua, tokoh masyarakat, dan siapa asaja yang memfungsikan dirinya untuk mendidik. Siapa saja yang dapat menjadi pendidik dan melakukan upaya untuk mendidik secara formal maupun nonformal. Para pendidik haruslah orang yang patut diteladani. Orang yang membina, mengarahkan, menuntun, dan mengembakan minat, serta bakat anak didik, agar tujuan pendidikan tercapai dengan baik. Para pendidik adalah subjek yang melaksanakan pendidikan.
5)
Materi Pendidikan
Materi pendidikan yaitu bahan-bahan pengalaman-pengalaman belajar yang disusun sedemikian rupa (dengan susunan yang lazimdan logis) untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik. Materi pendidikan sebaiknya dirumuskan dari kumpulan pengalaman dan proses rasionalisasi yang juga dilengkapi oleh muatan kultural masyarakat yang hidup dari zaman ke zaman sehingga materi pendidikan yang diberikan kepada anak didik menjadi hidup dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pandangan hidup suatu bangsa dan negara.
Materi pendidikan yaitu bahan-bahan pengalaman-pengalaman belajar yang disusun sedemikian rupa (dengan susunan yang lazimdan logis) untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik. Materi pendidikan sebaiknya dirumuskan dari kumpulan pengalaman dan proses rasionalisasi yang juga dilengkapi oleh muatan kultural masyarakat yang hidup dari zaman ke zaman sehingga materi pendidikan yang diberikan kepada anak didik menjadi hidup dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pandangan hidup suatu bangsa dan negara.
6)
Metode Pendidikan
Metode pendidikan yaitu strategi yang relevan yang dilakukan oleh dunia
pendidikan pada saat menyampaikan materi pendidikan kepada anak didik. Metode
berfungsi mengolah, menyusun, dan menyajikan materi pendidikan, agar materi
pendidikan tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik.
7)
Evaluasi Pendidikan
Evaluasi yaitu sistem penilaian yang diterapkan kepada anak didik, untuk mengetahui pendidikan yang dilaksanakan. Tujuannya membentuk siswa yang kreatif, cerdas, beriman, dan bertakwa, sistem evaluasi yang dioperasionalkan harus mengarah pada tujuan yang dimaksudkan.
Evaluasi yaitu sistem penilaian yang diterapkan kepada anak didik, untuk mengetahui pendidikan yang dilaksanakan. Tujuannya membentuk siswa yang kreatif, cerdas, beriman, dan bertakwa, sistem evaluasi yang dioperasionalkan harus mengarah pada tujuan yang dimaksudkan.
8)
Alat-alat pendidikan
Alat-alat yang dapat digunakan selama melaksanakan pendidikan islam
agar tujuan pendidikan islam tersebut lebih berhasil. Alat pendidikan merupakan suatu situasi yang
diciptakan secara khusus dengan maksud mempengaruhi anak didik secara pedagogis
(edukatif). Langeveld (1965) pengelompokkan lima jenis alat pendidikan yaitu :
a.
Perlindungan
b.
Kesepahaman
c.
kesamaan arah dalam pikiran dan
perbuatan
d.
persamaan bersatu
e.
pendidikan karena kepentingan diri
sendiri
9) Lingkungan Pendidikan
Lingkungan Pendidikan yaitu keadaan-keadaan yang ikut berpengaruh dalam
pelaksanaan serta hasil pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia
untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu
masyarakat, di dalammya pasti terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan.
Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat
manusia. Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha manusia melestarikan
hidupnya.
Dari uraian
tentang beberapa pengertian diatas, dapat kita kemukakan kesimpulan sebagai
berikut :
a. Pendidikan
adalah aktivitas dan usaha menusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan
jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa,
cipta, dan
b. budinurani)
dan jasmani (panca indra serta keterampilan-keterampilan).
c. Pendidikan
berarti juga lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan)
pendidikan. Isi sistem organisasi pendidikan . lembaga-lembaga ini meliputi
keluarga, sekolah dan juga masysrakat (negara).
d. Pendidikan
merupakan pula hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan
usaha lembaga- lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya. Pendidikan dalam arti
ini merupakan tingkat kemajuan masyarakat dan kebudayaan sebagai kesatuan.
Pendidikan setiap bangsa pasti memiliki
ideologi, nilai, cita-cita, visi, dan metode untuk meraihnya yang setia
memajukan bangsa dan negaranya. Dengan demikian, sebuah proses pendidikan bukan
sekedar transfer pengetahuan dan mendorong siswa agar membuat persiapan untuk
menjawab pernyataan ketika musim ulangan tiba. Akan tetapi ada empat domain
pokok yang mesti dipahami dan menjadi acuan dalam setiap proses pendidikan di
Indonesia, yaitu agar setiap siswa mengenal dan memahami potensi dirinya
sehingga merasa mantap nantinya ketika memilih satu jurusan yang sesuai dengan
bakat dan minatnya. Kedua, mengenal karakter dan potensi yang potensial untuk
dipelihara dan dikembangkan. Ketiga, memahami sejaran dan jati diri bangsanya
untuk dijaga kehormatannya dan dimakmurkan rakyatnya. Keempat, guru dan siswa
juga perlu memiliki wawasan regional-global meskipun sekilas mengenai apa yang
tengah dan akan terjadi pada tingkat internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Anas Salahuddin, Filsafat Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia, 2011
Agus Taufik, dkk, Pendidikan Anak di SD, Jakarta: Universitas
Terbuka, 2009
Aliet Noorhayati S, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: CV budi Utama, 2014
Dinn Wahyudin, dkk, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Universitas Terbuka,
2006
Drs.
Prasetya, Filsafat Pendidikan, Bandung: CV Pustaka
Setia, 2002
Drs.
Bambang Marhijanto, Kamus bahasa Indoesia
Masa Kini,
Surabaya:
Terbit Terang, 1999
Prof. Dr. H. Mahmud, M.si. dan Dr.
Ija Suntana, Antropologi Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia,
2012
Hadikusumo,
Kunaryo,dkk, Pengantar Pendidikan,
Semarang: IKIP Semarang Press, 1996
Sumitro,
Pengantar
Ilmu Pendidikan,
Yogyakarta: FIP
– UNY, 1985
Tirtarahardja,
Umar dan S.L. La Sulo, Pengantar
Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2005
Umaedi, Hadiyanto, Siswantari, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta: Universitas Terbuka,
2009
sasaran-pendidikan-umum/
SESI TANYA
JAWAB
Pertanyaan :
1.
Jelaskan pengertian ontologi
pendidikan, epistemologi pendidikan, dan aksiolosi pendidikan ? ( Ismi Maola
kelompok 6)
2.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan
tujuan insidental dan tujuan intermedier ? ( Fitria Amelia N.O kelompok 5)
3.
Cara apa saja untuk mencapai tujuan
pendidikan ? (Rosyanti kelompok 8)
4.
Apa yang membedakan pendidikan umum
dengan pendidikan islam ? (Aulia Ulva kelompok 8)
5.
Bagaimanakah rencana pendidikan
dimasa yang akan datang ? (Asri Dwi S kelompok 4)
Jawaban :
1) Ontologi
pendidikan, yaitu substansi pendidikan dalam semua peres’pektifnya, sebagaimana
melihat pendidikan dari tujuan esensialnya sebagi pencapaian maksimal dari
pendidikan.
Epistemologi
pendidikan, yaitu menyelidiki simber ajaran atau prinsip yang terdapat dalam
pendidikan serta dasar atau asas yang digunakan untuk pendidikan yang
dimaksudkan.
Aksiologi
pendidikan, yaitu penyelidikan mengenai kegunaan fundamental dalam pendidikan,
baik secara jasmani maupun rohani, dampak pendidikan secara fungsional terhadap
kehidupan manusia, terhadap akal dan hati semua anak didik; aspek-aspek yang
menyangkut fungsi nilai, estetika, dan tujuan pragmatis pendidikan terkaji
secara mendalam, radikal, logis, dan sistematis[41].
2)
Tujuan intermedier
adalah tujuan perantara bagi tujuan lainya yang pokok. Misalnya anak dibiasakan
untuk menyapu halaman, maksudnya agar ia kelak mempunyai rasa tanggung jawab.
Tujuan
incidental adalah tujuan yang dicapai pada saat-saat tertentu, spontan. Misalnya, guru
menegur anak yang bermain kasar pada waktu bermain sepak bola, orang tua
menegur anaknya agar duduk dengan sopan, dan sebagainya. Semuanya itu adalah
tujuan incidental atau seketika[42].
3) Cara
untuk mencapai tujuan pendidikan adalah menggunakan strategi dan metode belajar
mengajar yang baik dan benar. Contohnya seperti mahasiswa diminta mendemonstrasikan
cara-cara berdiskusi sesuai
dengan yang dipelajari, sedangkan kelompok yanng lain mengamati sambil mencatat
kekurangan-kekurangannya untuk didiskusikan setelah mendemondstrasi selesai.
4) Pendidikan umum adalah pendidikan dasar dan
menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta
didik untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pendidikan islam merupakan pendidikan sebagai
proses pengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan
alam sekitarnya pendidikan islam lebih condong memakai Al- Quran sebagai
pegangannya[43].
5)
Indonesia harus melihat
negara maju, dengan pendidikan
yang maju dan fasilitas lebih memadai.
Di negara maju kurikulum baru diganti 30 tahun atau lebih, jika ada kurikulum
yang salah kita jangan langsung mengubahnya
semua, tapi kita lihat sistem apa saja yang perlu dirubah.
Sedangkan pendidikan di
Indonesia sendiri krikulum
sedang berjalan baru berapa tahun sudah diganti membuat guru menjadi semakin bingung. Jika pendidikan di Indonesia ingin maju, harus didirikan
sekolah di tempat- tempat
terpecil, kemudian beri fasilitas yang
nyaman dan memadai agar murid
nyaman begitupun
dengan gurunya.
[13] Drs.Bambang Marhijanto, Kamus Bahasa Indoesia Masa Kini, (Surabaya: Terbit Terang, 1999), hal. 311
[15] Prof. Dr. H. Mahmud,
M.si. dan Dr. Ija Suntana, Antropologi Pendidikan, (Bandung:
CV Pustaka Setia, 2012), hal
113
[16] Umaedi, Hadiyanto,
Siswantari, Manajemen Berbasis Sekolah, ( Jakarta: Universitas Terbuka,
2009), hal
1.3
[33] Tirtarahardja,
Umar dan S.L. La Sulo, Pengantar
Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hal. 55
[34] Tirtarahardja,
Umar dan S.L. La Sulo, Pengantar
Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hal. 62
[35] Tirtarahardja,
Umar dan S.L. La Sulo, Pengantar Pendidikan,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hal. 62
[36] Ir. KH. Toto Santi aji,
M.pd, Teori Pendidikan.
[37] http://tugaskuliah-ilham.blogspot.com/2011/03/sasaran-pendidikan.html
pendidikan-umum/
Thanks Infonya, admin.
ReplyDeleteUntuk mencari referensi website pertanian, peternakan dan perikanan saya sarankan untuk mengunjungi website ini ya min.Soalnnya sangat lengkap dan mudah dipahami.
Fredikurniawan.com - Ilmu Pengetahuan Lengkap
ilmupeternakan.web.id - Informasi Peternakan Lengkap
Rifqi Fauzan
ReplyDelete