MAKALAH
PERKEMBANGAN KONSEP DIRI
PESERTA DIDIK
(Ditujukan Guna Memenuhi Salah Satu
Tugas
Mata Kuliah Psikologi Perkembangan
Peserta Didik)
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Fikriyah, MA

Disusun Oleh:
Ibat Muhibatun. A 130641082
Reni Triana 130641069
Tiwi Noviyanti 130641042
Wahyu Rosidin 130641073
Kelompok 12
Kelas SD13.a-2
Semester 2
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
CIREBON
2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan
rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
judul “Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik”.
Adapun tujun dari penyusunan dalam tugas makalah ini yaitu untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah “Psikologi
Perkembangan Peserta Didik”.
Dalam
penyusunan makalah ini penyusun menyadari bahwa, makalah ini tidak akan selesai
dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan dan bimbingan dari
dosen pengampu mata kuliah “Psikologi
Perkembangan Peserta Didik” Ibu “Dra. Hj. Fikriyah MA”.
penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan yang perlu
diperbaiki maka penyusun meminta kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Semoga
makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi kita semua didalam dunia
pendidikan. Dan semoga menjadi pendidik yang patut di tauladani oleh anak
didik.
Cirebon Maret 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar
Belakang .......................................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah ..................................................................................................... 2
C. Tujuan
Penulisan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................... 3
A. Pengertian Konsep Diri ............................................................................................. 3
B. Dimensi Konsep Diri ................................................................................................ 3
C. Konsep Diri Positif dan Negatif .............................................................................. 4
D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri ..................................................... 6
E. Karakteristik Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik........................................... 8
F. Implikasi Perkembangan
Konsep Diri Peserta Didik Terhadap Pendidikan ..... 11
G. Usaha Guru Untuk
Mengembangkan Konsep Diri Peserta Didik .................... 12
BAB III
PENELITIAN .............................................................................................. 13
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................ 17
A. Kesimpulan
............................................................................................................... 17
B. Saran
......................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 18
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menurut
Atwater (dalam Desmita, 2009) konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri,
yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan
nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya. Selanjutnya, Atwater
mengidentifikasi konsep diri atas tiga bentuk. Pertama, body image, kesadaran
tentang tubuhnya, yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri. Kedua,
ideal self, yaitu bagaimana cita-cita dan
harapan-harapan seseorang mengenai dirinya. Ketiga, social self, yaitu
bagaimana orang lain melihat dirinya.
Menurut Burns (dalam Desmita, 2009) konsep diri
adalah hubungan antara sikap dan keyakinan antara diri kita sendiri. Sedangkan
menurut pendapat Pemily yang dikutip oleh Atwater, 1984 (dalam Desmita, 2009)
mendefinisikan konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks dari
keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan,
persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari invidu tersebut.
Sementara itu Cawages 1983 (dalam Desmita, 2009) menjelaskan konsep diri
mencakup seluruh pandangan invidu akan dimensi fisiknya, karakteristik
pribadinya, mitivasinya, ke-lemahannya, kelebihannya, atau kecakapannya,
kegagalannya, dan sebagainya.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.
Apa Pengertian Konsep Diri?
2.
Apa Saja Dimensi Konsep
Diri?
3.
Apa Pengertian Konsep Diri
Positif dan Konsep Diri Negatif?
4.
Apa Saja Faktor Yang
Mempengaruhi Konsep Diri?
5. Bagaimana Karakteristik Perkembangan Konsep
Diri Peserta Didik?
6.
Bagaimana Implikasi
Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik terhadap Pendidikan?
7.
Bagaimana
Usaha Guru Untuk Mengembangkan Konsep Diri?
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di
atas, maka tujuannya adalah untuk:
1.
Mengetahui Pengertian
Konsep Diri.
2.
Mengetahui Dimensi Konsep
Diri.
3.
Mengetahui Konsep Diri
Positif dan Konsep Diri Negatif.
4.
Mengetahui Faktor Yang
Mempengaruhi Konsep Diri.
5.
Mengetahui Karakteristik Perkembangan Konsep Diri
Peserta Didik.
6.
Mengetahui Implikasi Perkembangan
Konsep Diri Peserta Didik terhadap Pendidikan.
7.
Mengetahui Usaha Guru Untuk Mengembangkan Konsep Diri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri adalah gagasan atau
keseluruhan gambaran tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan
dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri atas
bagaimana cara kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa
tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi
manusia sebagaimana yang kita harapkan.
B. Dimensi Konsep Diri
1.
Pengetahuan (kognitif)
Dimensi pertama dari
konsep diri adalah apa yang kita ketahui tentang diri sendiri atau penjelasan
dari ”siapa saya” yang akan memberi gambaran tentang diri saya. Gambaran
mengenai diri sendiri akan membentuk citra diri (self image). Dimensi
pengetahuan dari konsep diri mencakup segala sesuatu yang kita pikirkan tentang
diri kita sebagai pribadi, seperti ”saya pintar”, ”saya cantik”, ”saya anak
baik”, dan seterusnya.
2. Harapan
Dimensi kedua dari
konsep diri adalah dimensi harapan atau diri yang dicita-citakan di masa depan.
Ketika kita mempunyai sejumlah pandangan tentang siapa kita sebenarnya, pada
saat yang sama kita juga mempunyai sejumlah pandangan lain tentang kemungkinan
menjadi apa diri kita di masa mendatang. Singkatnya, kita juga mempunyai
pengharapan bagi diri kita sendiri. Pengharapan ini merupakan diri-ideal (self-ideal)
atau diri yang dicita-citakan.
3.
Penilaian
Dimensi ketiga
konsep diri adalah penilaian kita terhadap diri kita sendiri. Penilaian diri
sendiri merupakan pandangan kita tentang harga atau kewajaran kita sebagai
pribadi.
Menurtu Calhoun dan Acocella (1990), setiap hari kita
berperan sebagai penilai tentang diri kita sendiri, menilai apakah kita
bertentangan:
a)
Pengharapan bagi diri kita sendiri (saya dapat
menjadi apa),
b)
Standar yang kita tetapkan bagi diri kita
sendiri (saya seharusnya menjadi apa).
Hasil dari penilaian tersebut membentuk apa yang
disebut dengan rasa harga diri, yaitu seberapa besar kita meyukai diri sendiri.
Orang yang hidup dengan standar dan harapan-harapan untuk dirinya sendiri yang
menyukai siapa dirinya, apa yang sedang dikerjakannya, dan akan kemana dirinya
akan memiliki rasa rasa harga diri yang tinggi
(high self-esteem). Sebaliknya, orang yang terlalu jauh dari
satndar dan harapn-harapannya akan memiliki rasa harga diri yang rendah (low
self esteem). Dengan demikian dapat dipahami bahwa penilaian akan membentuk
penerimaan terhadap diri, serta harga diri seseorang
C. Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif
1.
Konsep Diri Negatif
Menurut Colhoun dan Acocella (1995)
individu yang mempunyai konsep diri negatif umumnya memiliki sedikit
pengetahuan tentang dirinya sendiri, biasanya memiliki pandangan tentang
dirinya yang sedikit, tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri,
benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatannya dan kelemahannya. Konsep diri
bisa terlalu stabil atau kaku, mungkin karena didikan yang sangat keras.
Individu tersebut menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya
penyimpangan dari aturan. Keadaan inilah yang menyebabkan kecemasan yang
mengancam dirinya.
Harapan individu yang mempunyai konsep diri
negatif tidak realistis. Individu ini mempunyai sedemikian rupa sehingga dalam
kenyataannya ia tidak mencapai apapun yang berharga. Bila ia mengalami
kegagalan, maka kegagalan ini akan merusak dirinya sendiri. Individu ini
menjebak dan menghantam dirinya sendiri.
Individu yang mempunyai konsep diri
negatif akan memberi penilaian terhadap dirinya juga negatif. Apapun keadaan
dirinya, tidak pernah cukup baik. Apapun yang diperolehnya tampak tidak
berharga dibanding dengan apa yang diperoleh orang lain. Individu ini sering
menghadapi kecemasan karena menghadapi informasi tentang dirinya yang tidak
diterimanya dengan baik dan mengancam dirinya.
Individu yang mempunyai konsep diri
negatif mempunyai pengertian tidak tepat tentang dirinya, pengharapan yang tidak
realistis dan harga diri yang rendah. Individu ini memandang dirinya tidak
punya potensi dan mempunyai motivasi yang rendah untuk belajar, mudah cemas dan
putus asa, kurang mampu mengaktualisasikan potensinya, sensitif dan mudah
curiga. Individu dengan konsep diri negatif menganggap suatu keberhasilan
diperoleh bukan karena kemampuannya tapi karena suatu kebetulan atau nasib
semata.
2. Konsep Diri Positif
Individu yang mempunyai konsep diri positif mengenal dirinya
dengan baik. Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervariasi. Indvidu
ini dapat menyimpan informasi tentang dirinya sendiri baik positif atau
negatif. Individu dengan konsep diri positif dapat memahami dan menerima
sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya.
Pengahrapan individu yang berkonsep diri positif dirancang
dengan tujuan-tujuan yang sesuai dengan realistis. Artinya memiliki kemunginan
besar untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Individu ini dapat menghadapi
kehidupan di depannya. Indvidu dengan konsep diri positif dapat tampil ke depan
dengan bebas, ia akan bertindak dengan berani, spontan dan memperlakukan orang
lain dengan hangat serta hormat. Individu ini memandang hidup lebih
menyenangkan dan penuh harapan.
Konsep diri positif cukup luas untuk menampung seluruh
pengalaman mental individu, penilaian tentang dirinya menjadi positif. Individu
ini dapat menerima dirinya apa adanya dan juga dapat menerima orang lain apa
adanya.
Individu yang mempunyai konsep diri positif, memiliki
pengertian yang luas dan bermacam-macam tentang dirinya, pengharapan yang
realistis dan harga diri yang tinggi. Individu ini akan mampu mengatasi dan
mengarahkan dirinya, memperhatikan dunia luar.
Kemampuan
ini dalam berinteraksi dengan lingkungan sangat bagus. Inidvidu berkonsep diri
positif sangat menghargai dirinya dan orang lain, spontan dan orisinil, bebas
dan dapat mengantisipasi hal-hal negatif, bebas mengemukakan pendapat, memiliki
motivasi yang tinggi untuk mencapai prestasi serta mampu mengaktualisasikan
potensinya.
D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri
1. Usia
Adaya perbedaan usia menentukan perbedaan bagaimana konsep diri
akan dibentuk. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pengalaman yang
diperoleh seseorang sehingga akan semakin mempengaruhi luasnya wawasan
kognitif. Selanjutnya akan menentukan bagaimana persepsi seseorang terhadap
pengalamannya dan akhirnya turut juga berpengaruh dalam mempersepsi dirinya.
2. Peran Sexsual
Peran seksual adalah pengetahuan individu sendiri apakah ia
termasuk laki-laki ataukah perempuan. Peran seksual akan mempengaruhi
perkembangan konsep diri individu. Itu berarti, peran seksual yang diterapkan
pada seorang anak lambat-laun akan membentuk konsep diri anak.
Misalnya, seorang anak perempuan tunggal yang mempunyai
beberapa saudara laki-laki, dapat dimungkinkan bahwa lambat laun akan
berperilaku seperti layaknya laki-laki, bahkan konsep dirinya juga dibangun
dalam kerangka konsep laki-laki. Perbedaan peran kedua jenis kelamin tersebut
mengakibatkan adanya perbedaan perilaku terhadap laki-laki dan perempuan.
Perbedaan perilaku terhadap kedua jenis kelamin ini telah diterapkan sejak diri
pada kehidupan anak.
Orangtua akan memberikan perlakuan yang berbeda antara anak
laki-laki dan perempuan. Orangtua mengajarkan anak laki-laki untuk bersikap
sebagai makhluk kuat, mandiri, bertanggung jawab, dan harus melindungi
perempuan dan anak-anak. Orangtua mengajarkan anak perempuan untuk bersikap
lemah lembut, emosional, patuh, pasif, dan harus dilindungi. Perbedaan perilaku
tersebut akan membentuk konsep diri sesuai dengan jenis kelaminya.
3. Keadaan Fisik
Keadaan fisik merupakan faktor yang dominan bagi seseorang,
khususnya bagi seorang wanita. Ini disebabkan keadaan fisik memegang peranan
penting dalam pembentukan konsep diri. Gambaran fisik dipahami melalui
pengalaman langsung dan persepsinya mengenai tubuhnya sendiri. Adanya
ketidaksempurnaan tubuh seseorang, akan mempengaruhi konsep diri secara tidak
langsung. Dengan kata lain, proses evaluasi tentang tubuhnya didasarkan pada
norma sosial dan umpan balik dari orang lain. Penilaian yang positif terhadap
keadaan fisik seseorang baik dari diri sendiri maupun dari orang lain sangat
membantu perkembangan konsep diri yang positif.
4. Sikap-sikap Orang di Lingkungan Sekitarnya
Roger (1961) menyatakan bahwa perkembangan konsep diri
ditentukan oleh interaksi yang terbentuk antara individu dengan lingkungan
sekitarnya. Ini berhubungan dengan feed back atau umpan balik yang
diberikan oleh orang-orang disekitarnya terhadap perilaku individu tersebut.
Umpan balik yang diberikan orang dilingkungannnya akan mempengaruhi konsep diri
indvidu.
Jika umpan balik yang diberikan orang-orang di lingkungannya
menunjukkan penerimaan maka individu merasa diterima dan akan membantu
perkembangan konsep diri ke arah positif. Tetapi jika umpan balik yang
diberikan oleh orang-orang dlingkungannya menunjukkan penolakan, individu akan
merasa terabaikan, terasing, merasa rendah diri, dan akan membentuk konsep diri
yang negatif.
5. Figur-figur Bermakna
Banyak figur yang bermakna bagi individu yang pada intinya
memberi pengaruh pada dirinya, baik melalui umpan balik ataupun melalui
perilaku yang kemudian diinternalisasikannya. Figur-figur tersebut memberi
pengaruh yang sangat terasa dalam pembentukan dan perkembangan konsep diri. Figur
bermakna biasanya orang yang mempunyai arti khusus bagi individu meliputi
orangtua, angota keluarga, guru, teman, pacar dan tokoh idola.
E. Karakteristik Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik
1. Karakteristik Konsep Diri Anak Usia Sekolah
Pada awal masuk SD,
terjadi penurunan dalam konsep diri anak-anak. Hal ini mungkin disebabakan oleh
tuntutan baru dalam akademik dan perubahan sosial yang muncul disekolah. SD
banyak memberikan perubahan kesempatan kepada anak-anak untuk membandingkan dirinya
dengan teman-temannya, sehingga penilaian dirinya secara gradual menjadi lebih realistis.
Menurut Santrock (1995),
perubahan-perubahan dalam konsep diri anak selama tahun-tahun SD dapat dilihat
sekurang-kurangnya dari tiga karakteristik konsep diri, yaitu:
a.
Karakteristik Internal
Berbeda dengan anak-anak
prasekolah, anak usia SD lebih memahami dirinya melalui karakteristik internal
daripada melalui karakteristik eksternal. Penelitian F. Abound dan S. Skerry (1983) menerumakan bahwa anak-anak kelas
dua jauh lebih cenderung menyebutkan karakteristik psikologis (seperti
sifat-sifat kepribadian) dalam pendefinisian diri mereka dan kurang cendrung
menyebutkan karakteristik fisik (seperti warna mata atau pemilikan). Misalnya,
anak usia 8 tahun mendeskripsikan drinya sebaga: ”Aku seorang yang pintar dan
terkenal”. Anak usia 10 tahun berkata tentang dirinya: ”Aku cukup lumayan tidak
khawatir terus menerus, Aku biasanya suka marah, tetapi sekarang aku sudah
lebih baik.
b.
Karakteristik Aspek-aspek Sosial
Selama tahun-tahun
SD, aspek-aspek sosial dari pemahaman dirinya juga meningkat. Dalam suatu
investigasi, anak-anak SD seringkali menjadikan kelompok-kelompok sosial
sebagai acuan dalam deskripsi mereka. Misalnya, sejumlah anak mengacu diri
mereka sebagai Pramuka perempuan, sebagai seorang yang memiliki dua sahabat
karib.
c.
Karakteristik Perbandingan Sosial
Pada tahap
perkembangan ini, anak-anak cenderung membedakan diri mereka dari orang lain
secara komparatif daripada secara absolut. Misalnya, anak anak usia SD tidak
lagi berpikir tentang apa yang ”aku lakukan’ atau yang ”tidak aku lakukan”,
tetapi cenderung berpikir tentang ”apa yang dapat aku lakukan dibandingkan
dengan ”apa yang dapat dilakukan oleh orang lain”.
2.
Karakteristik Konsep Diri Remaja (SMP/SMA)
a. Abstract and idealistic
Pada masa remaja,
anak-anak lebih mungkin membuat gambaran tentang diri mereka dengan kata-kata
yang abstrak dan idealistik.
b. Differentiated
Konsep diri remaja
bisa menjadi semakin terdiferensiasi. Dibandingkan dengan anak yang lebih muda,
remaja lebih mungkin untuk menggambarkan dirinya sesuai dengan konteks atau
situasi yang semakin terdiferensiasi.
c. Contradictions within the self
Setelah remaja
mendeferensiasikan dirinya ke dalam sejumlah peran dan dalam konteks yang
berbeda-beda, kaka muncullah kontradiksi antara diri-diri yang terdeferensiasi
ini.
d. The Fluctiating Self
Sifat yang
kontradiktif dalam diri remaja pada gilirannya memunculkan fluktuasi diri dalam
berbagai situasi dan lintas waktu yang tidak mengejutkan. Diri remaja akan
terus memiliki ciri ketidakstabilan hingga masa di mana remaja berhasil
membentuk teori mengenai dirinya yang lebih utuh, dan biasanya tidak terjadi
hingga masa remaja akhir, bahkan hingga masa dewasa awal.
e. Real and Ideal, True and False Selves
Munculnya kemampuan
remaja untuk mengkonstruksikan diri ideal mereka di samping diri yang
sebenarnya. Kemampuan utnuk menyadari adanya perbedaan antara diri yang nyata
dengan diri yang ideal menunjukkan adanya peningkatan kemampuan kognitif dan
adanya perbedaan yang terlalu jauh antara diri yang nyata dengan diri ideal
menunjukkan ketidakmampuan remaja untuk menyesuaikan diri.
f.
Social Comparison
Remaja lebih sering
menggunakan social comparison (perbandingan social) untuk mengevaluasi diri
mereka sendiri. Namun, kesediaan remaja untuk mengevaluasi diri mereka
cenderung menurun pada masa remaja karena menerut mereka perbandingan social
itu tidaklah diinginkan Namun, kesediaan remaja untuk mengevaluasi diri mereka
cenderung menurun pada masa remaja karena menerut mereka perbandingan social
itu tidaklah diinginkan.
g. Self-Conscious
Remaja lebih sadar
akan dirinya dibandingkan dengan anak-anak dan lebih memikirkan tentang
pemahaman diri mereka.
h. Self-protective
Remaja juga memiliki mekanisme untuk
melindungi dan mengembagkan dirinya. Dalam upaya melindungo dirinya, remaja
cendrung menolak adanya karakteristik negatif dalam diri mereka.
i.
Unconscious
Konsep diri remaja
melibatkan adanya pengenalan bahwa komponen yang tidak disadari termasuk dalam
dirinya, sama seperti komponen yang disadari. Pengenalan seperti ini tidak
muncul hingga masa remaja akhir. Artinya, remaja yang lebih tua, yakin akan
adanya aspek-aspek tertentu dari pengalaman mental dari mereka yang berada di
luar kesadaran atau control mereka dibandingkan dengan remaja yang lebih muda.
j.
Self-integration
Terutama pada masa
remaja akhir, konsep diri menjadi lebih terintegrasi, dimana bagian yang
berbeda-beda dari diri secara sistematik menjadi satu kesatuan. Remaja yang
lebih tua, lebih mampu mendeteksi adanya ketidakkonsistenan.
F. Implikasi
Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik terhadap Pendidikan
1.
Membuat siswa merasa mendapat dukungan dari guru
Dukungan guru dapat
ditunjukkan dalam bentuk dukungan emosional (emotional support), seperti
ungkapan empati, kepedulian, perhatian, dan umpan balik. Dapat juga dengan
dukungan penghargaan (esteem support), seperti melalui ungkapan hormat
(penghargaan) positif terhadap siswa, dorongan untuk maju atau persetujuan
dengan gagasan atau perasaan siswa dan perbandingan positif antara satu siswa
dengan siswa lain
2.
Membuat siswa merasa bertanggung jawab
Memberi kesempatan
kepada siswa untuk membuat keputusan sendiri atas perilakunya dapat diartikan
sebagai upaya guru untuk memberi tanggung jawab kepada siswa Memberi kesempatan
kepada siswa untuk membuat keputusan sendiri atas perilakunya dapat diartikan
sebagai upaya guru untuk memberi tanggung jawab kepada siswa
3.
Membuat siswa merasa mampu
Dapat dilakukan denga
cara menunjukkan sikap dan pandangan yang positif terhadap kemampuan yang
dimiliki siswa. Guru harus berpandangan bahwa semua siswa pada dasarnya
memiliki kemampuan, hanya saja mungkin belum dikembangkan
4.
Mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang
realistik
Penetapan tujuan yang
realistis ini dapat dilakukan dengan mengacu pada pencapaian di masa lampau,
sehingga pencapaina prestasi sudah dapat diramalkan dan siswa akan terbantu
untuk bersikap positif terhadap kemampuan dirinya sendiri
5.
Membantu siswa menilai diri mereka secara
realisitik
Guru perlu membantu
siswa menilai prestasi siswa secara realistis, yang membantu rasa percaya akan
kemampuan mereka dalam menghadapi tugas-tugas sekolah dan meningkatkan prestasi
belajar di kemudian hari.
6.
Mendorong siswa agar bangga dengan dirinya secara
realistik
Upaya yang dilakukan
untuk mengembangkan konsep diri peserta didik adalah dengan memberikan dorongan
kepada siswa agar bangga atas prestasi yang dicapai. Ini merupakan salah satu
kunci untul menjadi lebih positif dalam memandang kemampuan yang dimiliki.
G.
Usaha Guru Untuk Mengembangkan Konsep Diri Peserta
Didik
Menuru Mudjiran 2007, usaha guru untuk mengembangkan
konsep diri pada siswa nya yaitu:
1.
Memberikan
penguatan dan menciptakan situasi belajar yang memberi kesempatan bagi siswa
memperoleh penguatan.
2.
Memberi
sokongan dan menciptakan situasi yang menyebabkan keputusan atau kegiatan siswa
tersokong dan di setujui.
3.
Selalu
berfikir positif tentang penampilan, prestasi belajar dan permasalahan siswa.
4.
Menciptakan
situasi yang memungkinkan siswa merasa sukses melalui pengalaman belajar yang
sukses yaitu belajar dengan siswa aktif.
5.
Menghargai
usaha siswa melebihi hasil, bukan memberikan penghargaan dari apa yang bukan
hasil usaha mereka.
6.
Berusaha
mengembangkan bakat dan keterampilan para siswa, sehingga mereka merasa berguna
dan berarti.
7.
Suka
menyokong dan memberikan penghargaan bukan mencela dan menyalahkan.
8.
Tidak
suka bahkan tidak ingin memberikan penilaian sebelum siswanya memahami dan
menguasai berbagai konsep yang di ajarkan.
9.
Hubungan
sosial guru dan siswa yang hangat bukan mengkritik, mencela atau menghukum.
10. Lingkungan sekolah membuat program-program penampilan
fisik untuk remaja pria dan wanita.
11. Lingkunga sekolah yang menimbulkan perasaan sukses
dalam diri setiap siswa dengan berbagai cara.
12. Berfikir positif dalam menilai menapilkan fisik dan
psikis siswa.
BAB III
PENELITIAN
Nama Peneliti : Wahyu Rosidin
Nim :130641073
Nama Obyek yang diteliti : Safana Khairunisa
Umur :2
tahun (03 Mei 2012)
Asal :Ds.Gesik
blok Kembang Kec. Tengah Tani Kab. cirebon
Hasil Penelitian :
Anak
mulai belajar mengenali orang lain dan nama nama benda disekitarnya (mainan, ).
Orang yang pertama mereka kenali adalah orang yang paling dekat dengan mereka,
yaitu orang tua mereka dan saudaranya. Si anak tersebut sudah bisa memanggil
orang tuanya seperti Ayah, Mama, Ibu, Bapak, namun apabila ada orang lain yang
baru dilihat oleh anak tersebut si anak diam saja dan sering menangis

Nama Peneliti : Ibat Muhibatun Adawiah
Nim :130641082
Nama Obyek yang diteliti : Liviana
Umur :
6 tahun (21 februari 2008)
Asal : Ds. Kedongdong Kec. Dukupuntang Kab. Cirebon
Hasil Penelitian :
Anak
yang saya teliti sudah mengetahui tentang siapa dirinya, apa bila ditanya sama
orang nama ade siapa, nama ibu dan bapak ade siapa ? Si anak tersebut menjawab
dengan benar.

Nama Peneliti : Reni Triana
Nim :130641069
Nama Obyek yang diteliti : Riska Ananda
Umur :11Tahun
Asal : Ds. Kaligawe Kec. Susukan Kab. Cirebon
Hasil Penelitian :
Anak
yang saya teliti belum berani menunjukan akan kemampuan yang ada pada diri nya
dan selalu merasa takut apabila disuruh menunjukan kemampuan yang ada pada
dirinya padahal anak tersebut mampu untuk melakukannya, contohnya anak ini
padahal pintar di dalam pelajaran matematika,
namun anak ini apa bila disuruh sama guru nya untuk mengerjakan soal di papan
tulis selalu tidak mau, karena takut dimarahi sama guru nya kalau salah.

Nama Peneliti : Tiwi Noviyanti
Nim :130641042
Nama Obyek yang diteliti : Ismayanti
Umur :16
Tahun
Asal : Ds. Cipinang Kec. Beber Kab. Cirebon
Hasil Penelitian :
Anak
saya teliti sudah mulai memahami perubahan bentuk tubuh mampu berpikir positif
dengan hal-hal yang sedang di alami dan. Ia yakin akan kemampuannya untuk mengatasi
masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu.
Serta ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan kepribadian
yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep
diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang
diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya.
Konsep diri adalah gagasan atau
keseluruhan gambaran tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan
dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri atas
bagaimana cara kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa
tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi
manusia sebagaimana yang kita harapkan.
B. Saran
Untuk membangun konsep diri, kita harus
belajar menyukai diri sendiri, mengembangkan pikiran positif, memperbaiki
hubungan interpersonal ke yang lebih baik, sikap aktif yang positif, dan
menjaga keseimbangan hidup.
Semua yang kita lakukan pasti ada manfaatnya
begitu juga dalam memahami konsep diri, kita menjadi bangga dengan diri
sendiri, percaya diri penuh, dapat beradaptasi dengan lingkungan, dan mencapai
sebuah kebahagiaan dalam hidup.
DAFTAR
PUSTAKA
Rakhmat,
Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Desmita.
2009. Psikologi Perkembangan Peserta
Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Elida
Prayitno. 1990. Perkembangan Peserta
Didik (Remaja) Padang: FIP IKIP Padang
Mudjiran,
Dkk. 2007. Buku Ajar; Perkembangan
Peserta Didik. Padang: UNP Press.
Pudjijogyanti,
Clara. R. 1985. Konsep Diri dalam Ilmu
Pendidikan. Jakarta : Arcan
Burns, R.B. 1993. Konsep Diri, ,
Perkembangan, dan Perilaku. Jakarta, Penerbit Arcan.
No comments:
Post a Comment