makalah pendidik




Makalah
“PENDIDIK”
(Ditujukan Guna Memenuhi Salah Satu
Tugas Mata Kuliah Pengantar Pendidikan)

Dosen Pengampu : Ir. KH. Toto Santi Aji, M.Ag
index.jpg
Disusun Oleh:
Kelompok 10
Kelas a-2
Semester 1
Wahyu Rosidin                                130641073
Dimas Presetyo                                 130641067
Akhmad Firman T                          130641088


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
CIREBON
2013
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Pendidik”. Adapun tujun dari penyusunan dalam tugas makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Pengantar Pendidikan”.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari bahwa, makalah ini tidak akan selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan dan bimbingan dari dosen pengampu mata kuliah “Pengantar Pendidikan” bapak “Ir. KH. Toto Santi Aji, M.Ag”. penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki maka penyusun meminta kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi kita semua didalam dunia pendidikan. Dan semoga mampu menjadi pendidik yang patut di tauladani oleh anak didik.




Cirebon November 2013

Penyusun






ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii
BAB  I  PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A.    Latar Belakang........................................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
C.     Tujuan Penulisan........................................................................................................ 1
BAB II  PEMBAHASAN.................................................................................................... 2
A.    Pengertian Pendidik................................................................................................... 2
B.     Macam – Macam Karakteristik kepribadian peserta didik........................................ 3
C.     Keteladanan Dalam Pendidikan................................................................................ 8
BAB III  PENUTUP............................................................................................................ 11
A.    Kesimpulan................................................................................................................ 11
B.     Saran.......................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 12









BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia adalah makhluk individu dan sosial yang memiliki kelemahan dan kelebihan. Selain itu, manusia tidak dapat hidup dan tidak berdaya tanpa bantuan oang lain. Bantuan yang diberikan oleh manusia lain itu sebagai perwujudan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Bermacam-macam cara yang dilakukan oleh masing-masing individu dalam membantu individu lainnya. Misalnya para guru membantu para orang tua dalam mendidik anaknya. Anak berperan sebagai peserta ddik sehingga setiap guru harus  mempunyai tanggung jawab untuk ikut berperan dalam membentuk kepribadian yang lebih baik dan mengajarkan ilmu agar kelak dapat menjadi insan yang berintelektual dan berguna bagi keluarga dan lingkungan sekitarnya. Meskipun peran guru ini sebenarnya bukan komponen utama dalam menentukan kepribadian peserta didiknya.[1]
B.     Rumusan Masalah
a.       Apa pengertian pendidik ?
b.      Apa saja macam - macam karakteristik kepribadian peserta didik ?
c.       Apa pengertian keteladanan dalam pendidikan ?
C.    Tujuan Penulisan
a.       Mengetahui pengertian pendidik
b.      Mengetahui macam - macam karakteristik kepribadian peserta didik
c.       Mengetahui pengertian keteladanan dalam pendidikan





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pendidik
Dalam pengertian yang sederhana, Pendidik adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik, sedangkan dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal (Sekolah atau institusi pendidikan dengan kurikulum yang jelas dan terakreditasi), tetapi bisa juga di lembaga pendidikan non formal (Lembaga Pendidikan Ketrampilan, Kursus, di masjid, di surau/musala, di gereja, di rumah, dan sebagainya).[2]
Undang-undang No. 20 Tahun 2003, Pasal 39 (2) menjelaskan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan. Sementara itu sebutan pendidik dengan kualifikasi dosen merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.[3]
 Tenaga pendidik meliputi guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. (UU No. 20 tahun 2003 pasal 1).[4]







B.     Macam - Macam Karakteristik Kepribadian Peserta Didik
Begitu banyak tipe kepribadian menurut para ilmuwan. Berikut ini adalah tipe-tipe kepibadian menurut masing-masing para ahli agar kita lebih memahami kepribadian peserta didik sehingga saat proses kegiatan belajar dan mengajar berlangsung dengan maksimal.[5]
Berikut para ahli mendefinisikan kepribadian:
1.      Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982) menyatakan[6]
Tipe kepribadian dibagi menjadi tiga, yaitu:
a.       Kepribadian Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat, menikmati kegembiraan, aktif  bicara, impulsif, menyenangkan spontan, ramah, sering ambil bagian dalam aktivitas sosial.
b.      Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri, mempunyai kontrol diri yang baik.
c.       Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan kadang-kadang disertai dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup.
2.      Menurut Mahmud 1990 (dalam Suadianto 2009) menyatakan[7]
Kepribadian terbagi menjadi dua belas kepribadian, yang meliputi kepribadian sebagai berikut:
a.       Mudah menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat VS dingin.
b.      Bebas, cerdas, dapat dipercaya VS bodoh, tidak sungguh-sungguh, tidak kreatif.
c.       Emosi stabil, realistis, gigih VS emosi mudah berubah, suka menghindar (evasive), neurotik.
d.      Dominat, menonjolkan diri VS suka mengalah, menyerah.
e.       Riang, tenang, mudah bergaul, banyak bicara VS mudah berkobar, tertekan, menyendiri, sedih.
f.       Sensitif, simpatik, lembut hati VS keras hati, kaku, tidak emosional.
g.      Berbudaya, estetik VS kasar, tidak berbudaya.
h.      Berhati-hati, tahan menderita, bertanggung jawab VS emosional, tergantung, impulsif, tidak bertanggung jawab.
i.        Petualang, bebas, baik hati VS hati-hati, pendiam, menarik diri.
j.        Penuh energi, tekun, cepat, bersemangat VS pelamun, lamban, malas, mudah lelah.
k.      Tenang, toleran VS tidak tenang, mudah tersinggung.
l.        Ramah, dapat dipercaya VS curiga, bermusuhan.[8]
3.      Menurut Hippocrates dan Galenus (dalam Kurnia 2007)
Tipologi kepribadian yang tertuang bersifat jasmaniah atau fisik. Mereka mengembangkan tipologi kepribadian berdasarkan cairan tubuh yang menentukan temperamen seseorang.[9]
Tepe kepribadian itu antara lain:
a.       Tipe kepribadian choleric (empedu kuning), yang dicirikan dengan pemilikan temperamen cepat marah, mudah tersinggung, dan tidak sabar.
b.      Tipe melancholic (empedu hitam), yang berkaitan dengan pemilikan temperamen pemurung, pesimis, mudah sedih dan mudah putus asa.
c.       Tpe phlegmatic (lendir), yang bertemperamen yang serba lamban, pasif, malas, dan kadang apatis/ masa bodoh.
d.      Tipe sanguinis (darah), yang memiliki temperamen dan sifat periang, aktif, dinamis, dan cekatan.




4.      Menurut Kretchmer dan Sheldon (dalam Kurnia 2007) menyatakan bahwa
Tipologi kepribadian berdasarkan bentuk tubuh atau bersifat jasmaniah.[10]
Macam-macaam kepribadian ini adalah:
a.       Tipe asthenicus atau ectomorpic pada orang-orang yang bertubuh tinggi kurus memiliki sifat dan kemampuan berpikir abstrak dan kritis, tetapi suka melamun dan sensitif.
b.      Tipe pycknicus atau mesomorphic pada orang yang betubuh gemuk pendek, memiliki sifat periang, suka humor, popular dan mempunyai hubungan sosial luas, banyak teman, dan suka makan.
c.       Tipe athleticus atau mesomorphic pada orang yang bertubuh sedang/ atletis memiliki sifat senang pada pekerjaan yang membutukhkan kekuatan fisik, pemberani, agresif, dan mudah menyesuaikan diri
Namun demikian, dalam kenyataannya lebih banyak manusia dengan tipe campuran (dysplastic).
5.      Menurut Jung (dalam Sudianto 2009)
Tipologi kepribadian dikelompokan berdasarkan kecenderungan hubungan sosial seseorang.[11]
Kecenderungan tersebut antara lain:
a.       Tipe Ekstrovert yang perhatiannya lebih banyak tertuju di luar.
b.      Tipe Introvert yang perhatiannya lebih tertuju ke dalam dirinya, dan dikuasai oleh nilai-nilai subjektif.
Tetapi, umumnya manusia mempunyai tipe campuran atau kombinasi antara ekstrovert dan introvert yang disebut ambivert.


Pada periode anak sekolah, kepribadian anak belum terbentuk sepenuhnya seperti orang dewasa. Kepribadian mereka masih dalam proses pengembangan. Wijaya (1988) menyatakan karakteristik anak secara sederhana dapat dikelompokkan atas:[12]
1. Kelompok anak yang mudah dan menyenangkan.
2. Anak yang biasa-biasa saja.
3. Anak yang sulit dalam penyesuaian diri dan sosial, khususnya dalam melakukan kegiatan pembelajaran di dekolah
6.      Menurut Kurnia (2007) menjelaskan bahwa:
Karakteristik atau kepribadian seseorang dapat berkembang secara bertahap. Berikut ini adalah krakteristik perkembangan pada masa anak samapai masa puber.[13]
a.       Krakteristik perkembangan masa anak awal (2-6 tahun)
Masa anak awal berlangsung dari usia 2-6 tahun, yaitu setelah anak meninggalkan masa bayi dan mulai mengikuti pendidikan formal di SD. Tekanan dan harapan sosial untuk mengikuti pendidikan sekolah menyebabkan perubahan perilaku, minat, dan nilai pada diri anak. Pada masa ini, anak sedang dalam proses penegmbangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan. Perilaku anak sulit diatur, bandel, keras kepala, dan sering membantah dan melawan orang tua. Hal ini memang sangat menyulitkan para pendidik. Tak heran, apabila para guru Playgroup sampai SD harus lebih bersabar dalam melangsungkan pembelajaran atau mendidik siswa. Disiplin mulai bisa diterapkan pada anak sehingga anak dapat mulai belajar hidup secara tertib. Dan sikap para pedidik sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak[14]


b.      Krakteristik perkembangan masa anak akhir (6-12 tahun)
Karakteristik atau ciri-ciri periode masa anak akhir, sama halnya dengan ciri-ciri periode masa anak awal dengan memperhatikan sebutan atau label yang digunakan pendidik. Orang tua atau pendidik menyebut masa anak akhir sebagai masa yang menyulitkan karena pada masa ini anak lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang tuanya. Kebanyakan anak pada masa ini juga kurang memperhatikan dan tidak bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda-benda miliknya. Para pendidik memberi sebutan anak usia sekolah dasar, karena pada rentang usia ini (6-12 tahun) anak bersekolah di sekolah dasar. Di sekolah dasar, anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang dianggap penting untuk keberhasilan melanjutkan studi dan penyesuaian diri dalam kehidupannya kelak.[15]
c.       Krakteristik perkembangan masa puber (11/12 – 14/15 tahun)
Masa puber adalah suatu periode tumpang tindih antara masa anak akhir dan masa remaja awal. Periode ini terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap: prapuber, puber, dan pascapuber. Tahap prapuber bertumpang tindih dengan dua tahun terakhir masa anak akhir. Tahap puber terjadi pada batas antara periode anak dan remaja, di mana ciri kematangan seksual emakin jelas (haid dan mimpi basah). Tahap pascapuber bertumpang tindih dengan dua tahun pertama masa remaja. Waktu masa puber relatif singkat (2-4 tahun) ini terjadi pertumbuhan dan perubahan yang sangat pesat dan mencolok dalam proporsi tubuh, sehingga menimbulkan keraguan dan perasaan tidak aman pada anak puber. Peubahan fisik dan sikap puber ini berakibat pula pada menurunnya prestasi belajar, permasalahan yang terkait dengan penerimaan konsep diri, serta persoalan dalam berhubungan dengan orang di sekitarnya.[16]
C.    Keteladanan Dalam Pendidikan
Keteladanan adalah sesuatu yang sangat prinsipil dalam pendidikan. Tanpa keteladanan proses pendidikan ibarat jasad tanpa ruh. Menurut ahli-ahli psikologi, naluri mencontoh merupakan satu naluri yang kuat dan berakar dalam diri manusia. Naluri ini akan semakin menguat lewat melihat.[17] 
Hal ini sejalan dengan pendapat para ahli psikologi yang mengatakan bahwa 75 % proses belajar didapatkan melalui penglihatan dan pengamatan, sedangkan yang melalui pendengaran hanya 13%. Dengan demikian, pendidikan itu by doing, bukan by lips: pendidikan adalah dengan contoh bukan dengan verbal.[18]
Jika pendidikan adalah melalui contoh, maka faktor figur menjadi sangat penting, baik di rumah, sekolah maupun masyarakat. Siapakah figur sentral di rumah? Siapakah figur sentral di sekolah? Dan siapakah figur sentral di masyarakat? Karena dalam tahapan pertumbuhan dan proses belajar, ciri khas seorang yang menjadi teladan bagi anak-anak dan remaja sangatlah penting. Semakin sempurna seorang dewasa yang menjadi teladan bagi anak-anak, maka tingkat penerimaan dan keberlansung­annya juga semakin banyak. Lihat saja tingkah polah dan perilaku anak-anak kita, mereka sangat menyukai peri­laku orang yang diteladaninya dan dengan senang hati berusaha membentuk dirinya seperti orang yang diteladaninya itu.[19]
Maka dari itu, orang tua, guru dan lingkungan ma­syarakat harus mampu menjadi teladan bagi anak-anak didik, mulai dari pikiran, ucapan, tingkah laku, bahkan hingga ke pakaiannya; semuanya itu akan menjadi media untuk ditiru oleh anak.[20]






Setiap hari anak-anak yang berangkat dari rumah menuju sekolah, di jalan ia akan melihat dan menemui berbagai macam nilai yang berkembang di masyarakat. Jika nilai yang ditemuinya di jalan tidak sesuai dengan nilai yang diajarkan di rumah maupun sekolah, maka bisa dibayangkan anak akan mengalami kebingunan intelek­tual yang terus menerus. Celakanya, apabila anak akhir­nya lebih tertarik dan memilih nilai jalanan ketimbang nilai-nilai yang ditanamkan di sekolah maupun di rumah. Di sinilah peran orang tua dan sekolah menjadi sangat penting. Maka dari itu, orang tua dan guru zaman sekarang disamping memiliki karakter yang kuat, harus pula berwawasan luas dan mengikuti perkembangan zaman agar mampu menandingi dan memenangkan pertarungan nilai di hadapan anak-anaknya.[21]
Sebab itu, Allah SWT menset-up kepribadian Rasulullah­ untuk dijadikan panutan dan ukuran akhlak bagi semesta alam.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(Qs. Al-Ahzab 33: 21).[22]
Dalam Islam Pendidikan bertujuan untuk membina dan membentuk perilaku atau akhlak peserta didik dengan cara meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, serta pengamalan peserta didik terhadap ajaran Islam. Sehingga setelah menyelesaikan pendidikan peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat, bangsa dan bernegara.[23]
Dalam mewujudkan tujuan tersebut, terdapat berbagai faktor pendukung yang terlibat, atau terkait baik secara langsung, maupun secara tidak langsung dalam proses pendidikan. Diantara faktor-faktor tersebut yaitu guru, anak didik, metode, sarana dan prasarana, kurikulum, media pendidikan, bahan pelajaran dan lain sebagainya, yang masing-masing faktor tersebut mempunyai peranannya tersendiri.
Metode adalah jalan atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam hal ini berkaitan dengan pendidikan metode keteladanan adalah salah satu metode yang bisa diterapkan dalam proses belajar mengajar.[24]
Keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau di contoh oleh seseorang dari orang lain, namun keteladanan yang dimaksud disini adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan islam, yaitu keteladanan yang baik, sesuai dengan pengertian uswah dalam ayat Al-qur'an.[25]
Secara terminologi kata “keteladanan” berasal dari kata “teladan” yang artinya “perbuatan atau barang dan sebagainya yang patut ditiru atau dicontoh”. Sementara itu dalam bahasa arab kata keteladanaan berasal dari kata “uswah dan “qudwah”.[26]
Sementara itu secara etimologi pengertian keteladanan yang diberikan oleh Al-Ashfahani, sebagaimana dikutip Armai Arief, bahwa menurut beliau “al-uswah” dan “al-Iswah” sebagaimana kata “al-qudwah” dan “al-Qidwah” berarti “suatu keadaan ketika seorang manusia mengikuti manusia lain, apakah dalam kebaikan, kejelekan, kejahatan, atau kemurtadan”. Senada dengan yang disebutkan di atas, Armai Arief juga mengutip pendapat dari seorang tokoh pendidikan islam lainnya yang bernama Abi Al-Husain Ahmad Ibnu Al-Faris Ibn Zakaria yang termaktub dalam karyanya yang berjudul Mu’jam Maqayis al-Lughah, beliau berpendapat bahwa “uswah” berarti “qudwah” yang artinya ikutan, mengikuti yang diikuti.[27]
Dengan demikian keteladanan adalah tindakan atau setiap sesuatu yang dapat ditiru atau diikuti oleh seseorang dari orang lain yang melakukakan atau mewujudkannya, sehingga orang yang di ikuti disebut dengan teladan. Namun keteladanan yang dimaksud disini adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan Islam, yaitu keteladanan yang baik. Sehingga dapat didefinisikan bahwa metode keteladanan (uswah) adalah metode pendidikan yang diterapkan dengan cara memberi contoh-contoh (teladan) yang baik yang berupa prilaku nyata, khusunya ibadah dan akhlak.[28]

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari serangkaian pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa metode uswah adalah metode pendidikan yang diterapkan dengan cara memberi contoh-contoh (teladan) yang baik yang berupa prilaku nyata, khusunya ibadah dan akhlak. Keteladan merupakan pendidikan yang mengandung nilai pedagogis tinggi bagi peserta didik. Bukankah akhlak yang baik adalah ilmu yang paling tingggi? Hal tersebut senada dengan sabda Rasul Saw: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.”
B.     Saran
 Barang siapa yang memberikan contoh yang baik dalam Islam maka baginya pahala atas perbuatan baiknya dan pahala orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tidak menghalangi pahala orang-orang yang mengikutinya sedikitpun. Dan barang siapa yang memberikan contoh yang buruk didalam Islam maka baginya dosa atas perbuatannya dan dosa orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tanpa mengurangi sedikitpun dosa orang-orang yang mengikutinya” (HR Muslim).

LAMPIRAN HASIL DISKUSI
Pertanyaan dari:
1.      Putri lestari : Tipe-tipe kepribadian apa-apa saja ?
2.      Aryanti : Tipologi kepribadian itu seperti apa dan apa saja ?
3.      Angelina : bagaimana mengatasi anak pada masa puber ?
Jawaban :
1.      Tipe kepribadian dibagi menjadi tiga, yaitu:
a.       Kepribadian Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat, menikmati kegembiraan, aktif  bicara,  menyenangkan spontan, ramah, sering ambil bagian dalam aktivitas sosial.
b.      Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri, mempunyai kontrol diri yang baik.
c.       Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan kadang-kadang disertai dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup
2.      Tipologi kepribadian yang tertuang bersifat jasmaniah atau fisik. Mereka mengembangkan tipologi kepribadian berdasarkan cairan tubuh yang menentukan temperamen seseorang. Tipe kepribadian itu antara lain:
a.       Tipe kepribadian choleric (empedu kuning), yang dicirikan dengan pemilikan temperamen cepat marah, mudah tersinggung, dan tidak sabar.
b.      Tipe melancholic (empedu hitam), yang berkaitan dengan pemilikan temperamen pemurung, pesimis, mudah sedih dan mudah putus asa.
c.        Tipe phlegmatic (lendir), yang bertemperamen yang serba lamban, pasif, malas, dan kadang apatis/ masa bodoh.
d.      Tipe sanguinis (darah), yang memiliki temperamen dan sifat periang, aktif, dinamis, dan cekatan



3.      Cara mengatasi anak pada masa puber antara lain adalah sebagai berikut
a.       Pahami dan menerima bahwa pubertas merupakan proses alami yang akan dijalani oleh sang buah hati sejalan dengan proses tahapan perkembangan yang akan anak lalui.  Orang tua tidak perlu panik manakala menghadapi anak perempuannya yang masih  kelas 4 SD sudah mendapatkan haid pertama, ataupun anak laki-lakinya mengalami mimpi basah.  Adanya pemahaman dan penerimaan  yang baik dari orang tua akan mengantarkan anak-anak mereka menjalani masa pubertas secara positif dan menunjang perkembangan mereka menuju masa dewasa secara matang.
b.      Berikan peran dan kepercayaan kepada anak remaja untuk berkontribusi positif dalam keluarga. Ini akan memandu anak untuk mengembangkan sikap bertanggungjawab dan juga meningkatkan rasa percaya diri serta pemahaman dalam diri mereka bahwa mereka merupakan salah satu anggota keluarga yang disayangi, dicintai, dihargai dan diperlukan keberadaannya dalam keluarga.
c.       Tetap tenang dan bijaksana saat menghadapi tingkah laku anak remaja yang tengah bereksperimen dengan hal baru. Misalnya, berlama-lama berdandan, kamarnya ganti suasana seperti toko poster, mencoba aneka peran, dan lain-lain.
d.      Hargai pendapat mereka, antara lain dengan berusaha menjadi pendengar yang baik bagi mereka. Pada masa ini, logika mereka semakin matang dan cenderung bersikukuh dengan pemikiran yang mereka miliki. Dalam hal ini, orangtua perlu mengasah kesediaan untuk mendengarkan pendapat anak dan menghargai pemikiran yang mereka miliki.
e.       Menjadi teman dekat anak. Adanya kedekatan hubungan dan harmonisnya jalinan komunikasi yang dibina oleh orangtua dengan sang anak, akan membuat mereka lebih mudah mengungkapkan isi hati dan problematikanya. Prinsipnya, lebih baik anak mencurahkan isi hatinya kepada orangtuanya, ketimbang curhat dan meminta saran dari teman, ataupun mencari solusi dari koran, internet dan hal lainnya.
f.       Kenali lingkungan sosial anak. Orangtua perlu mengetahui siapa teman-teman dekat anak. Hal ini dapat orangtua lakukan secara santai melalui komunikasi yang terbuka dengan anak. Orangtua perlu menghindari pemantauan ataupun berkesan mengintai gerak-gerik anak.

DAFTAR PUSTAKA
Wijaya, Juhana. 1988. Psikologi Bimbingan. Bandung: PT Eresco.
Buchori, M. 1982. Psikologi Pendidikan. Bandung: Jemars
Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si. 2012. Antropologi pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia
Kurnia, Ingridwati, dkk. 2007. Perkembangan belajar Peserta Didik. Jakarta: Depdiknas.
Suadianto. 2009. Pentingnya Mengenal Kepribadian Siswa untuk Meningkatkan Prestasi Belajar. Jakarta: Depdiknas.
Sahibuddin. Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat (Jakarta: Gema Insani Press, 1996).
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Toha Putra, 1990).




[1] Wijaya, Juhana. 1988. Psikologi Bimbingan. Bandung: PT Eresco halaman 88
[2] Buchori, M. 1982. Psikologi Pendidikan. Bandung: Jemars halaman 90
[3] Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si. 2012. Antropologi pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia halaman 154
[4] Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si. 2012. Antropologi pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia halaman 155
[6] Buchori, M. 1982. Psikologi Pendidikan. Bandung: Jemars halaman 92
[7] Kurnia, Ingridwati, dkk. 2007. Perkembangan belajar Peserta Didik. Jakarta: Depdiknas. Halaman  54

[8] Kurnia, Ingridwati, dkk. 2007. Perkembangan belajar Peserta Didik. Jakarta: Depdiknas. Halaman 57
[9] Buchori, M. 1982. Psikologi Pendidikan. Bandung: Jemars halaman 94
[10] Buchori, M. 1982. Psikologi Pendidikan. Bandung: Jemars halaman 95
[11] Suadianto. 2009. Pentingnya Mengenal Kepribadian Siswa untuk Meningkatkan Prestasi Belajar. Jakarta: Depdiknas. Halaman 35
[12] Suadianto. 2009. Pentingnya Mengenal Kepribadian Siswa untuk Meningkatkan Prestasi Belajar. Jakarta: Depdiknas.37
[13] Buchori, M. 1982. Psikologi Pendidikan. Bandung: Jemars. 75
[14] Buchori, M. 1982. Psikologi Pendidikan. Bandung: Jemars. 75

[15] Buchori, M. 1982. Psikologi Pendidikan. Bandung: Jemars. Halaman 76.
[16] Buchori, M. 1982. Psikologi Pendidikan. Bandung: Jemars. Halaman 77.
[18] aibid
[19] Sahibuddin. Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat (Jakarta: Gema Insani Press, 1996). Halaman 88.
[20] Sahibuddin. Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat (Jakarta: Gema Insani Press, 1996). Halaman 89.
[21] Sahibuddin. Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat (Jakarta: Gema Insani Press, 1996). Halaman 88
[22] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Toha Putra, 1990). Halaman 65

No comments:

Post a Comment