Makalah
“PENDIDIK”
(Ditujukan Guna Memenuhi Salah Satu
Tugas Mata Kuliah Pengantar Pendidikan)
Dosen Pengampu : Ir. KH. Toto Santi Aji,
M.Ag

Disusun Oleh:
Kelompok 10
Kelas a-2
Semester 1
Wahyu Rosidin 130641073
Dimas Presetyo 130641067
Akhmad Firman T 130641088
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
CIREBON
2013
i
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan
rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
judul “Pendidik”. Adapun tujun dari penyusunan dalam tugas makalah ini yaitu
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Pengantar Pendidikan”.
Dalam
penyusunan makalah ini penyusun menyadari bahwa, makalah ini tidak akan selesai
dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan dan bimbingan dari
dosen pengampu mata kuliah “Pengantar Pendidikan” bapak “Ir. KH. Toto Santi
Aji, M.Ag”. penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan yang
perlu diperbaiki maka penyusun meminta kritik dan saran yang sifatnya
membangun.
Semoga
makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi kita semua didalam dunia
pendidikan. Dan semoga mampu menjadi pendidik yang patut di tauladani oleh anak
didik.
Cirebon November 2013
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Latar
Belakang........................................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah...................................................................................................... 1
C. Tujuan
Penulisan........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................... 2
A. Pengertian
Pendidik................................................................................................... 2
B. Macam
– Macam Karakteristik kepribadian peserta didik........................................ 3
C. Keteladanan
Dalam Pendidikan................................................................................ 8
BAB III PENUTUP............................................................................................................ 11
A. Kesimpulan................................................................................................................ 11
B. Saran.......................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manusia adalah makhluk individu dan
sosial yang memiliki kelemahan dan kelebihan. Selain itu, manusia tidak dapat
hidup dan tidak berdaya tanpa bantuan oang lain. Bantuan yang diberikan oleh
manusia lain itu sebagai perwujudan bahwa manusia adalah makhluk sosial.
Bermacam-macam cara yang dilakukan oleh masing-masing individu dalam membantu
individu lainnya. Misalnya para guru membantu para orang tua dalam mendidik
anaknya. Anak berperan sebagai peserta ddik sehingga setiap guru harus mempunyai tanggung jawab untuk ikut berperan
dalam membentuk kepribadian yang lebih baik dan mengajarkan ilmu agar kelak
dapat menjadi insan yang berintelektual dan berguna bagi keluarga dan
lingkungan sekitarnya. Meskipun peran guru ini sebenarnya bukan komponen utama
dalam menentukan kepribadian peserta didiknya.[1]
B.
Rumusan
Masalah
a.
Apa pengertian pendidik
?
b.
Apa saja macam - macam
karakteristik kepribadian peserta didik ?
c.
Apa pengertian keteladanan dalam pendidikan ?
C.
Tujuan
Penulisan
a. Mengetahui
pengertian pendidik
b. Mengetahui
macam - macam karakteristik kepribadian peserta didik
c. Mengetahui pengertian keteladanan dalam pendidikan
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pendidik
Dalam
pengertian yang sederhana, Pendidik
adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik, sedangkan
dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di
tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal (Sekolah atau
institusi pendidikan dengan kurikulum yang jelas dan terakreditasi), tetapi
bisa juga di lembaga pendidikan non formal (Lembaga Pendidikan Ketrampilan,
Kursus, di masjid, di surau/musala, di gereja, di rumah, dan sebagainya).[2]
Undang-undang
No. 20 Tahun 2003, Pasal 39 (2) menjelaskan bahwa pendidik merupakan tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan. Sementara itu
sebutan pendidik dengan kualifikasi dosen merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat.[3]
Tenaga
pendidik meliputi guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya,
serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. (UU No. 20 tahun 2003
pasal 1).[4]
B.
Macam
- Macam Karakteristik Kepribadian Peserta Didik
Begitu banyak tipe kepribadian menurut para ilmuwan.
Berikut ini adalah tipe-tipe kepibadian menurut masing-masing para ahli agar
kita lebih memahami kepribadian peserta didik sehingga saat proses kegiatan
belajar dan mengajar berlangsung dengan maksimal.[5]
Berikut para ahli mendefinisikan kepribadian:
1. Menurut
Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982) menyatakan[6]
Tipe kepribadian dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Kepribadian
Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat, menikmati
kegembiraan, aktif bicara, impulsif,
menyenangkan spontan, ramah, sering ambil bagian dalam aktivitas sosial.
b. Kepribadian
Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri, mempunyai kontrol
diri yang baik.
c. Neurosis:
dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan kadang-kadang disertai
dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup.
2. Menurut
Mahmud 1990 (dalam Suadianto 2009) menyatakan[7]
Kepribadian terbagi menjadi dua belas kepribadian,
yang meliputi kepribadian sebagai berikut:
a. Mudah
menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat VS dingin.
b. Bebas,
cerdas, dapat dipercaya VS bodoh, tidak sungguh-sungguh, tidak kreatif.
c. Emosi
stabil, realistis, gigih VS emosi mudah berubah, suka menghindar (evasive),
neurotik.
d. Dominat,
menonjolkan diri VS suka mengalah, menyerah.
e. Riang,
tenang, mudah bergaul, banyak bicara VS mudah berkobar, tertekan, menyendiri,
sedih.
f. Sensitif,
simpatik, lembut hati VS keras hati, kaku, tidak emosional.
g. Berbudaya,
estetik VS kasar, tidak berbudaya.
h. Berhati-hati,
tahan menderita, bertanggung jawab VS emosional, tergantung, impulsif, tidak
bertanggung jawab.
i.
Petualang, bebas, baik
hati VS hati-hati, pendiam, menarik diri.
j.
Penuh energi, tekun,
cepat, bersemangat VS pelamun, lamban, malas, mudah lelah.
k. Tenang,
toleran VS tidak tenang, mudah tersinggung.
l.
Ramah, dapat dipercaya
VS curiga, bermusuhan.[8]
3. Menurut
Hippocrates dan Galenus (dalam Kurnia 2007)
Tipologi kepribadian yang tertuang bersifat jasmaniah
atau fisik. Mereka mengembangkan tipologi kepribadian berdasarkan cairan tubuh
yang menentukan temperamen seseorang.[9]
Tepe kepribadian itu antara lain:
a. Tipe
kepribadian choleric (empedu kuning), yang dicirikan dengan pemilikan
temperamen cepat marah, mudah tersinggung, dan tidak sabar.
b. Tipe
melancholic (empedu hitam), yang berkaitan dengan pemilikan temperamen
pemurung, pesimis, mudah sedih dan mudah putus asa.
c. Tpe
phlegmatic (lendir), yang bertemperamen yang serba lamban, pasif, malas, dan
kadang apatis/ masa bodoh.
d. Tipe
sanguinis (darah), yang memiliki temperamen dan sifat periang, aktif, dinamis,
dan cekatan.
4. Menurut
Kretchmer dan Sheldon (dalam Kurnia 2007) menyatakan bahwa
Tipologi kepribadian berdasarkan bentuk tubuh atau
bersifat jasmaniah.[10]
Macam-macaam kepribadian ini adalah:
a. Tipe
asthenicus atau ectomorpic pada orang-orang yang bertubuh tinggi kurus memiliki
sifat dan kemampuan berpikir abstrak dan kritis, tetapi suka melamun dan
sensitif.
b. Tipe
pycknicus atau mesomorphic pada orang yang betubuh gemuk pendek, memiliki sifat
periang, suka humor, popular dan mempunyai hubungan sosial luas, banyak teman,
dan suka makan.
c. Tipe
athleticus atau mesomorphic pada orang yang bertubuh sedang/ atletis memiliki
sifat senang pada pekerjaan yang membutukhkan kekuatan fisik, pemberani,
agresif, dan mudah menyesuaikan diri
Namun demikian, dalam kenyataannya lebih
banyak manusia dengan tipe campuran (dysplastic).
5. Menurut
Jung (dalam Sudianto 2009)
Tipologi kepribadian dikelompokan berdasarkan
kecenderungan hubungan sosial seseorang.[11]
Kecenderungan tersebut antara lain:
a. Tipe
Ekstrovert yang perhatiannya lebih banyak tertuju di luar.
b. Tipe
Introvert yang perhatiannya lebih tertuju ke dalam dirinya, dan dikuasai oleh
nilai-nilai subjektif.
Tetapi, umumnya manusia mempunyai tipe campuran atau
kombinasi antara ekstrovert dan introvert yang disebut ambivert.
Pada periode anak sekolah, kepribadian anak belum
terbentuk sepenuhnya seperti orang dewasa. Kepribadian mereka masih dalam
proses pengembangan. Wijaya (1988) menyatakan karakteristik anak secara
sederhana dapat dikelompokkan atas:[12]
1. Kelompok anak yang mudah dan menyenangkan.
2. Anak yang
biasa-biasa saja.
3.
Anak yang sulit dalam penyesuaian diri dan sosial, khususnya dalam melakukan
kegiatan pembelajaran di dekolah
6. Menurut
Kurnia (2007) menjelaskan bahwa:
Karakteristik atau kepribadian seseorang dapat
berkembang secara bertahap. Berikut ini adalah krakteristik perkembangan pada
masa anak samapai masa puber.[13]
a. Krakteristik
perkembangan masa anak awal (2-6 tahun)
Masa anak
awal berlangsung dari usia 2-6 tahun, yaitu setelah anak meninggalkan masa bayi
dan mulai mengikuti pendidikan formal di SD. Tekanan dan harapan sosial untuk
mengikuti pendidikan sekolah menyebabkan perubahan perilaku, minat, dan nilai
pada diri anak. Pada masa ini, anak sedang dalam proses penegmbangan
kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan. Perilaku anak sulit diatur,
bandel, keras kepala, dan sering membantah dan melawan orang tua. Hal ini
memang sangat menyulitkan para pendidik. Tak heran, apabila para guru Playgroup
sampai SD harus lebih bersabar dalam melangsungkan pembelajaran atau mendidik
siswa. Disiplin mulai bisa diterapkan pada anak sehingga anak dapat mulai
belajar hidup secara tertib. Dan sikap para pedidik sangat berpengaruh terhadap
perkembangan anak[14]
b. Krakteristik
perkembangan masa anak akhir (6-12 tahun)
Karakteristik atau ciri-ciri periode
masa anak akhir, sama halnya dengan ciri-ciri periode masa anak awal dengan
memperhatikan sebutan atau label yang digunakan pendidik. Orang tua atau
pendidik menyebut masa anak akhir sebagai masa yang menyulitkan karena pada
masa ini anak lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh
orang tuanya. Kebanyakan anak pada masa ini juga kurang memperhatikan dan tidak
bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda-benda miliknya. Para pendidik
memberi sebutan anak usia sekolah dasar, karena pada rentang usia ini (6-12
tahun) anak bersekolah di sekolah dasar. Di sekolah dasar, anak diharapkan
memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang dianggap penting untuk
keberhasilan melanjutkan studi dan penyesuaian diri dalam kehidupannya kelak.[15]
c. Krakteristik
perkembangan masa puber (11/12 – 14/15 tahun)
Masa puber adalah suatu periode
tumpang tindih antara masa anak akhir dan masa remaja awal. Periode ini terbagi
atas tiga tahap, yaitu tahap: prapuber, puber, dan pascapuber. Tahap prapuber
bertumpang tindih dengan dua tahun terakhir masa anak akhir. Tahap puber
terjadi pada batas antara periode anak dan remaja, di mana ciri kematangan
seksual emakin jelas (haid dan mimpi basah). Tahap pascapuber bertumpang tindih
dengan dua tahun pertama masa remaja. Waktu masa puber relatif singkat (2-4
tahun) ini terjadi pertumbuhan dan perubahan yang sangat pesat dan mencolok
dalam proporsi tubuh, sehingga menimbulkan keraguan dan perasaan tidak aman
pada anak puber. Peubahan fisik dan sikap puber ini berakibat pula pada
menurunnya prestasi belajar, permasalahan yang terkait dengan penerimaan konsep
diri, serta persoalan dalam berhubungan dengan orang di sekitarnya.[16]
C. Keteladanan
Dalam Pendidikan
Keteladanan adalah sesuatu yang sangat prinsipil dalam
pendidikan. Tanpa keteladanan proses pendidikan ibarat jasad tanpa ruh. Menurut
ahli-ahli psikologi, naluri mencontoh merupakan satu naluri yang kuat dan
berakar dalam diri manusia. Naluri ini akan semakin menguat lewat melihat.[17]
Hal ini sejalan dengan pendapat para ahli psikologi
yang mengatakan bahwa 75 % proses belajar didapatkan melalui penglihatan dan
pengamatan, sedangkan yang melalui pendengaran hanya 13%. Dengan demikian,
pendidikan itu by doing, bukan by lips: pendidikan adalah dengan
contoh bukan dengan verbal.[18]
Jika pendidikan adalah melalui contoh, maka faktor
figur menjadi sangat penting, baik di rumah, sekolah maupun masyarakat.
Siapakah figur sentral di rumah? Siapakah figur sentral di sekolah? Dan
siapakah figur sentral di masyarakat? Karena dalam tahapan pertumbuhan dan
proses belajar, ciri khas seorang yang menjadi teladan bagi anak-anak dan
remaja sangatlah penting. Semakin sempurna seorang dewasa yang menjadi teladan
bagi anak-anak, maka tingkat penerimaan dan keberlansungannya juga semakin
banyak. Lihat saja tingkah polah dan perilaku anak-anak kita, mereka sangat
menyukai perilaku orang yang diteladaninya dan dengan senang hati berusaha
membentuk dirinya seperti orang yang diteladaninya itu.[19]
Maka dari itu, orang tua, guru dan lingkungan masyarakat
harus mampu menjadi teladan bagi anak-anak didik, mulai dari pikiran, ucapan,
tingkah laku, bahkan hingga ke pakaiannya; semuanya itu akan menjadi media
untuk ditiru oleh anak.[20]
Setiap hari anak-anak yang berangkat dari rumah menuju
sekolah, di jalan ia akan melihat dan menemui berbagai macam nilai yang
berkembang di masyarakat. Jika nilai yang ditemuinya di jalan tidak sesuai
dengan nilai yang diajarkan di rumah maupun sekolah, maka bisa dibayangkan anak
akan mengalami kebingunan intelektual yang terus menerus. Celakanya, apabila
anak akhirnya lebih tertarik dan memilih nilai jalanan ketimbang nilai-nilai
yang ditanamkan di sekolah maupun di rumah. Di sinilah peran orang tua dan
sekolah menjadi sangat penting. Maka dari itu, orang tua dan guru zaman
sekarang disamping memiliki karakter yang kuat, harus pula berwawasan luas dan
mengikuti perkembangan zaman agar mampu menandingi dan memenangkan pertarungan
nilai di hadapan anak-anaknya.[21]
Sebab itu, Allah SWT menset-up kepribadian Rasulullah
untuk dijadikan panutan dan ukuran akhlak bagi semesta alam.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Qs. Al-Ahzab 33: 21).[22]
Dalam Islam Pendidikan bertujuan untuk membina dan
membentuk perilaku atau akhlak peserta didik dengan cara meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan, serta pengamalan peserta didik terhadap ajaran Islam.
Sehingga setelah menyelesaikan pendidikan peserta didik menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, masyarakat, bangsa dan bernegara.[23]
Dalam mewujudkan tujuan tersebut, terdapat berbagai
faktor pendukung yang terlibat, atau terkait baik secara langsung, maupun
secara tidak langsung dalam proses pendidikan. Diantara faktor-faktor tersebut
yaitu guru, anak didik, metode, sarana dan prasarana, kurikulum, media
pendidikan, bahan pelajaran dan lain sebagainya, yang masing-masing faktor
tersebut mempunyai peranannya tersendiri.
Metode adalah jalan atau cara yang ditempuh untuk
mencapai tujuan pendidikan. Dalam hal ini
berkaitan dengan pendidikan metode keteladanan adalah salah satu metode yang bisa
diterapkan dalam proses belajar mengajar.[24]
Keteladanan adalah hal-hal yang
dapat ditiru atau di contoh oleh seseorang dari orang lain, namun keteladanan
yang dimaksud disini adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat
pendidikan islam, yaitu keteladanan yang baik, sesuai dengan pengertian uswah
dalam ayat Al-qur'an.[25]
Secara terminologi kata “keteladanan” berasal dari
kata “teladan” yang artinya “perbuatan atau barang dan sebagainya yang patut
ditiru atau dicontoh”. Sementara itu dalam bahasa arab
kata keteladanaan berasal dari kata “uswah” dan “qudwah”.[26]
Sementara itu secara etimologi
pengertian keteladanan yang diberikan oleh Al-Ashfahani, sebagaimana
dikutip Armai Arief, bahwa menurut beliau “al-uswah” dan “al-Iswah”
sebagaimana kata “al-qudwah” dan “al-Qidwah” berarti “suatu
keadaan ketika seorang manusia mengikuti manusia lain, apakah dalam kebaikan,
kejelekan, kejahatan, atau kemurtadan”. Senada dengan yang disebutkan di atas,
Armai Arief juga mengutip pendapat dari seorang tokoh pendidikan islam lainnya
yang bernama Abi Al-Husain Ahmad Ibnu Al-Faris Ibn Zakaria yang termaktub dalam
karyanya yang berjudul Mu’jam Maqayis al-Lughah, beliau berpendapat
bahwa “uswah” berarti “qudwah” yang artinya ikutan, mengikuti
yang diikuti.[27]
Dengan demikian keteladanan
adalah tindakan atau setiap sesuatu yang dapat ditiru atau diikuti oleh
seseorang dari orang lain yang melakukakan atau mewujudkannya, sehingga orang
yang di ikuti disebut dengan teladan. Namun keteladanan yang dimaksud disini
adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan Islam, yaitu
keteladanan yang baik. Sehingga dapat didefinisikan bahwa metode keteladanan
(uswah) adalah metode pendidikan yang diterapkan dengan cara memberi
contoh-contoh (teladan) yang baik yang berupa prilaku nyata, khusunya ibadah
dan akhlak.[28]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam berlangsungnya proses pendidikan metode
keteladanan dapat diterapkan dalam dua bentuk, yaitu secara langsung (direct)
dan secara tidak langsung (indirect). Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa penerapan metode keteladanan dalam
proses belajar mengajar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung (direct)
maksudnya bahwa pendidik benar-benar mengaktualisasikan dirinya sebagai contoh
teladan yang baik bagi anak didik. Selain secara langsung,metode keteladanan
juga dapat diterapkan secara tidak langsung (indirect) yang
maksudnya, pendidik memberikan teladan kepada peserta didiknya dengan cara
menceritakan kisah-kisah teladan baik itu yang berupa riwayat para nabi,
kisah-kisah orang besar, pahlawan dan syuhada, yang bertujuan agar peserta
didik menjadikan tokoh-tokoh tersebut sebagai suri teladan dalam kehidupan mereka.
Dari serangkaian pembahasan di
atas dapat dikatakan bahwa metode uswah adalah metode pendidikan yang
diterapkan dengan cara memberi contoh-contoh (teladan) yang baik yang berupa
prilaku nyata, khusunya ibadah dan akhlak. Keteladan merupakan pendidikan yang
mengandung nilai pedagogis tinggi bagi peserta didik. Bukankah akhlak yang baik
adalah ilmu yang paling tingggi? Hal tersebut senada dengan sabda Rasul Saw: “Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak manusia.”
B.
Saran
“Barang siapa yang memberikan contoh yang baik dalam Islam maka baginya
pahala atas perbuatan baiknya dan pahala orang-orang yang mengikutinya hingga
hari kiamat. Yang demikian itu tidak menghalangi pahala orang-orang yang
mengikutinya sedikitpun. Dan barang siapa yang memberikan contoh yang buruk
didalam Islam maka baginya dosa atas perbuatannya dan dosa orang-orang yang
mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tanpa mengurangi sedikitpun
dosa orang-orang yang mengikutinya” (HR Muslim).
LAMPIRAN
HASIL DISKUSI
Pertanyaan
dari:
1. Putri
lestari : Tipe-tipe kepribadian apa-apa saja ?
2. Aryanti
: Tipologi kepribadian itu seperti apa dan apa saja ?
3. Angelina
: bagaimana mengatasi anak pada masa puber ?
Jawaban
:
1. Tipe
kepribadian dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Kepribadian
Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat, menikmati
kegembiraan, aktif bicara, menyenangkan spontan, ramah, sering ambil bagian
dalam aktivitas sosial.
b. Kepribadian
Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri, mempunyai kontrol
diri yang baik.
c. Neurosis:
dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan kadang-kadang disertai
dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup
2. Tipologi
kepribadian yang tertuang bersifat jasmaniah atau fisik. Mereka mengembangkan
tipologi kepribadian berdasarkan cairan tubuh yang menentukan temperamen
seseorang. Tipe kepribadian itu antara lain:
a.
Tipe kepribadian
choleric (empedu kuning), yang dicirikan dengan pemilikan temperamen cepat
marah, mudah tersinggung, dan tidak sabar.
b.
Tipe melancholic
(empedu hitam), yang berkaitan dengan pemilikan temperamen pemurung, pesimis,
mudah sedih dan mudah putus asa.
c.
Tipe phlegmatic (lendir), yang bertemperamen
yang serba lamban, pasif, malas, dan kadang apatis/ masa bodoh.
d. Tipe
sanguinis (darah), yang memiliki temperamen dan sifat periang, aktif, dinamis,
dan cekatan
3.
Cara mengatasi anak
pada masa puber antara lain adalah sebagai berikut
a. Pahami
dan menerima bahwa pubertas merupakan proses alami yang akan dijalani oleh sang
buah hati sejalan dengan proses tahapan perkembangan yang akan anak
lalui. Orang tua tidak perlu panik manakala menghadapi anak perempuannya
yang masih kelas 4 SD sudah mendapatkan haid pertama, ataupun anak
laki-lakinya mengalami mimpi basah. Adanya pemahaman dan penerimaan
yang baik dari orang tua akan mengantarkan anak-anak mereka menjalani
masa pubertas secara positif dan menunjang perkembangan mereka menuju masa
dewasa secara matang.
b. Berikan
peran dan kepercayaan kepada anak remaja untuk berkontribusi positif dalam
keluarga. Ini akan memandu anak untuk mengembangkan sikap bertanggungjawab dan
juga meningkatkan rasa percaya diri serta pemahaman dalam diri mereka bahwa
mereka merupakan salah satu anggota keluarga yang disayangi, dicintai, dihargai
dan diperlukan keberadaannya dalam keluarga.
c. Tetap tenang
dan bijaksana saat menghadapi tingkah laku anak remaja yang tengah
bereksperimen dengan hal baru. Misalnya, berlama-lama berdandan, kamarnya ganti
suasana seperti toko poster, mencoba aneka peran, dan lain-lain.
d. Hargai
pendapat mereka, antara lain dengan berusaha menjadi pendengar yang baik bagi
mereka. Pada masa ini, logika mereka semakin matang dan cenderung bersikukuh
dengan pemikiran yang mereka miliki. Dalam hal ini, orangtua perlu mengasah
kesediaan untuk mendengarkan pendapat anak dan menghargai pemikiran yang mereka
miliki.
e. Menjadi
teman dekat anak. Adanya kedekatan hubungan dan harmonisnya jalinan komunikasi
yang dibina oleh orangtua dengan sang anak, akan membuat mereka lebih mudah
mengungkapkan isi hati dan problematikanya. Prinsipnya, lebih baik anak
mencurahkan isi hatinya kepada orangtuanya, ketimbang curhat dan meminta saran
dari teman, ataupun mencari solusi dari koran, internet dan hal lainnya.
f. Kenali
lingkungan sosial anak. Orangtua perlu mengetahui siapa teman-teman dekat anak.
Hal ini dapat orangtua lakukan secara santai melalui komunikasi yang terbuka
dengan anak. Orangtua perlu menghindari pemantauan ataupun berkesan mengintai
gerak-gerik anak.
DAFTAR PUSTAKA
Wijaya, Juhana. 1988. Psikologi Bimbingan. Bandung: PT Eresco.
Buchori, M. 1982. Psikologi Pendidikan. Bandung:
Jemars
Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si. 2012.
Antropologi pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia
Kurnia, Ingridwati, dkk. 2007. Perkembangan belajar
Peserta Didik. Jakarta: Depdiknas.
Suadianto. 2009. Pentingnya Mengenal Kepribadian Siswa
untuk Meningkatkan Prestasi Belajar. Jakarta: Depdiknas.
Sahibuddin. Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat (Jakarta: Gema
Insani Press, 1996).
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang:
Toha Putra, 1990).
[3] Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si. 2012. Antropologi pendidikan. Bandung: CV
Pustaka Setia halaman 154
[4] Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si. 2012. Antropologi pendidikan. Bandung: CV
Pustaka Setia halaman 155
[5] http://h2dy.wordpress.com/2009/02/17/pentingnya-mengenal-kepribadian-siswa-untuk-meningkatkan-prestasi-belajar, diakses tanggal 16 November 2013.
Pukul.22.15
[7] Kurnia,
Ingridwati, dkk. 2007. Perkembangan belajar Peserta Didik. Jakarta: Depdiknas.
Halaman 54
[8] Kurnia,
Ingridwati, dkk. 2007. Perkembangan belajar Peserta Didik. Jakarta: Depdiknas.
Halaman 57
[11] Suadianto.
2009. Pentingnya Mengenal Kepribadian Siswa untuk Meningkatkan Prestasi Belajar.
Jakarta: Depdiknas. Halaman 35
[12] Suadianto.
2009. Pentingnya Mengenal Kepribadian Siswa untuk Meningkatkan Prestasi Belajar.
Jakarta: Depdiknas.37
[18] aibid
[19] Sahibuddin. Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan
Masyarakat (Jakarta: Gema Insani Press, 1996). Halaman 88.
[20] Sahibuddin. Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan
Masyarakat (Jakarta: Gema Insani Press, 1996). Halaman 89.
[21] Sahibuddin. Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan
Masyarakat (Jakarta: Gema Insani Press, 1996). Halaman 88
[23] http://habapendidikan.blogspot.com/2012/03/metode-keteladanan-uswah-dalam.html
diakses pada tanggal 22november 2013 pukul 23.45
[24] http://www.referensimakalah.com/2012/07/pendidikan-melalui-proses-keteladanan.html
diakses pada tanggal 22november 2013 pukul 23.45
No comments:
Post a Comment